Kini mereka tengah berada di cafe, seperti apa yang dev tadi bilang. Bahwa ia akan mengobrol dengan fabi di cafe.
Hening.. itulah yang sekarang mereka berdua rasakan, tidak ada percakapan apapun. Mereka fokus pada pikiran dan pesanannya masing - masing.
"Emm, ta?" Kini dev membuka suara.
"Iyaa?"
"Gua mau kenal lu lebih jauh" pernyataan dev kepada fabi.
"Dengan alasan apa?" Fabi tidak ingin di mainkan oleh seorang laki - laki. Dan selama ini ia juga tidak pernah berpacaran.
"Gua ga bisa kasih tau sekarang" dev menatap fabi, sedangkan fabi membuang muka ke arah jendela.
"Gua takut kebawa perasaan, trus lu pergi gitu aja dev"
"Ga akan ta. Gua ga akan kaya gitu"
Sanggah dev yang memegang dagu tata. Ia mengangkat dagu fabi agar fabi menatap matanya."Oke, gua percaya"
__________
Mereka berada di parkiran cafe. Dev menaiki motor sport nya.
"Ayo naik ta"
"Gua takut dev. Itu tinggi" gumam fabi kepada dev.
Dev memutar bola mata sambil mencibik "Ck. Ga akan jatuh. Lu aman sama gua ta" dev mengulurkan tangan kearah fabi
Fabi menerima tangan dev dan langsung naik ke atas motor. Tangannya menutupi bagian paha yang terekspose jelas.
"Pegangan ta" dev bilang kepada fabi. Tapi fabi tak merespon .
"Jelita, pegangan. Nanti jatuh" dev mengulanginya lagi
"Emm, anu dev" fabi tergugup.
"Anu apa? Jangan buat gua ambigu" dev melirik belakang "ohh bilang dong"
"Iyaa, paha gua kemana - mana inih dev" dengan suara berbisik kepada dev.
Dev melepas jaketnya dan ia berikan ke fabi "Ini pake buat nutupin paha lu" menyerahkan jaket kepada fabi.
Fabi menerimanya "makasih dev"
"Iyaa, yaudah pegangan ya"
Saat dipersimpangan jalan, dev tidak membelokan motornya ke perumahan fabi. Melainkan menuju taman.
"Kita mau kemana? Rumah gua disana" tunjuk fabi kearah perumahan.
"Suatu tempat"
*
*
*
"Ta, turun. Kita udah sampe" dev menatap sekelilingnya begitupun fabi."Mmm iyaa dev"
Mereka turun dari motor dev. Motor itu di tepikan di pinggir jalan. Mereka kiri menapakan kaki di atas rerumputan yang indah. Disana banyak pohon - pohon. Dan ada yang paling besar. Ketika itu pula fabi melihat sebuah ayunan yang di buat dengan tali seperti rami. Lalu matanya menjelajah dan menemuka rumah pohon yang sangat bagus baginya. Ketika fabi ingin berbicara dev angkat suara
"Huhhh, gua selalu kesini. Ini yang selalu buat hati gua sejuk, gatau kenapa" dev membuang nafasnya kasar dan menatap rumput yang mulai meninggi.
"Disini enak ya, sejuk" fabi sambil menghirup nafas dalam - dalam.
"Memang" balas dev singkat.
1 sekon....
2 sekon....
3 sekon....
Hening, diantara mereka menjadi lebih canggung.
"Dev, mau naik itu boleh ga sih?"
Fabi memecah keheningan dan menunjuk ayunan yang menggantung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROUGH
Teen Fiction"Yang saya butuhin disini kasih sayang mah, bukan uang. Uang gabisa beli kasih sayang" skakmat. "Uang ga selamanya buat kita bahagia, bahkan bahagia bisa tanpa uang" lanjut fabi "udah ma, saya cape mau tidur" lalu ia menarik selimut dan menidurkan...