14. [FLASHBACK]

26 13 0
                                    

Setelah dev pulang fabi hanya sendiri di ruangan. Badmood itu pasti, fabi menonton tv saja. Tak lama ia mendengar suara ketukan pintu

TOK TOK TOK

"Masuk" kata fabi

"Haii bi, udah baikan?" Sosok teman sekelasnya berada di ambang pintu. Ralat sahabatnya.

"Fani...... gue seneng lo dateng. Gue kesepian" ucap fabi pada fani

Tanpa aba - aba fani langsung memeluk fabi, tanpa mempedulikan tentengan buah yang ia bawa.

Setelah beberapa menit mereka melepaskan pelukan

"Cepet sembuh fabi. Gue kangen tau trus juga gue gapunya temen di kelas pas mau ke kantin"

"Kasihan" cibir fabi setelah itu mereka terkekeh bersama

"Ni gue mau cerita deh"

"Cerita aja si"

"Tentang penyakit gue"

"Kenapa?"

"Gue males sama ortu gue yang bilangnya bakal selalu ada buat gue tapi nyatanya nol. Yang bilang selalu nemenin gue, semua itu bullshit ni. Mereka cuma mikir kerjaan mulu. Jakarta-luar kota setiap minggu bahkan setiap hari. Tanpa mikir gue kesepian atau engga, semuanya terlalu rumit buat gue pahamin" inilah fabi selalu terbuka kepada fani. Karna ia hanya percaya kepada fani tidak dengan yang lain.

"Gue ga bisa kasih solusi bi, soalnya ini masalah keluarga lo"

"Ya gue ngerti. Tapi gimana ya, gue kecewa ni. Gue sakit, ya sakit sendiri. Miris. Cuma nangis yang jadi pelampiasan gue" tanpa fabi sadar air matanya sudah turun membasahi pipi.

"Bi gue disini nemenin lo, asal lo tetap terbuka sama gue. Gue selalu ada buat lo. Agreement "

"Agreement " mereka menautkan jari kelingking mereka

"Jangan nangis lagi bi"

"Iyaaa"

Tanpa mereka sadari mama Dan papa fabi menangis di depan pintu ruangan fabi.

Flashback

"Pa, tadi Ada temennya fabi. Dia laki - laki "

"Sekarang dia di ruangan fabi ma?"

"Iyaa namanya devaldo "

Mereka ingin membuka pintu tetapi mereka mendengar percakapan

"Ni gue mau cerita deh"

"Cerita aja si"

"Tentang penyakit gue"

"Kenapa?"

"Gue males sama ortu gue yang bilangnya bakal selalu ada buat gue tapi nyatanya nol. Yang bilang selalu nemenin gue, semua itu bullshit ni. Mereka cuma mikir kerjaan mulu. Jakarta-luar kota setiap minggu bahkan setiap hari. Tanpa mikir gue kesepian atau engga, semuanya terlalu rumit buat gue pahamin" inilah fabi selalu terbuka kepada fani. Karna ia hanya percaya kepada fani tidak dengan yang lain.

"Gue ga bisa kasih solusi bi, soalnya ini masalah keluarga lo"

Mama-papa fabi menangis mendengar perkataan anak satu - satunya itu

"Pa, kita bawa fabi keluar negeri untuk pengobatan dia"

"Iya ma, Yang terbaik untuk fabi"

Mereka membuka pintu Dan melihat fabi Dan fani sedang berpelukan.

"Fabi, papa sama mama mau pindahin perawatan kamu keluar negeri biar kamu sembuh. Dan kami minta maaf selalu ga Ada waktu buat kamu sayang"

"Gausah ma ,pa. fabi disini aja. Kalian kerja aja kaya biasanya"

"Pikirin kesehatan kamu fabi"

"Ngapain? Ga ada yang peduli sama saya ini "

"Kita peduli sama kamu"

"Peduli dengan cara apa? Kalian sibuk kerja tanpa mikirin saya"

"Sekali ini aja fabi, kamu berobat untuk kesehatan kamu. Kamu anak satu - satunya kita. Dan kita gamau kehilangan kamu Fab"

"Saya pikirin nanti"

"Fani lo disini aja temenin gue" sambung fabi kemudian

"Iya bi" fani duduk di sofa ruangan

"Ma, pa saya ngantuk. Kalian bisa pulang"

"Jaga diri baik - baik fabi"

"Iya, saya udah biasa jaga diri sendiri ko"

Akhirnya orang tua fabi pergi dari ruangan Dan kembali pulang ke rumah

"Ma pa maafin fabi, sebenernya fabi gamau kaya gini. Tapi keadaan Yang memaksa. Kalian juga Yang ga pernah peduli fabi. Maaf" batin fabi

"Ni, makasih"

"Sama - sama bi"

" kalo Lu mau balik, balik aja gue bisa sendiri ko"

"Yaudah gue pamit, udah malem juga. Hati - hati ya disini bi"

"Lo juga hati - hati ni"

"Iya, gue balik. Daaahh.."

"Dahhh.."

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Gpp updt dikit y.
Slowupdate.
See you.

ROUGHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang