#2

96 10 0
                                    

Ia berbaring di atas sehelai kain piknik dengan tenang. Pandangannya tertuju pada perpaduan oranye dan kuning di langit. Dada bidangnya bergerak naik dan turun secara teratur menyesuaikan napasnya. Rambut hitam legamnya jatuh ke belakang. Indah parasnya beradu dengan indahnya langit senja sore ini.

Sepasang kakiku melangkah mendekat, ia jelas baik-baik saja. Bahkan bibirnya tidak pucat sedikit pun. Aku memandangnya tidak percaya. "Kamu bilang ada yang penting?"

Laki-laki itu menoleh dengan senyumnya yang keren, jantungku berdetak lebih cepat selama beberapa detik. Ia duduk di tempatnya. "Kamu di sini, rupanya."

"Kamu bohong. Kamu tidak sakit, kan?"

Ia tertawa, suara tawanya nyaris berat tapi terdengar merdu. Matanya memandangku yang masih berdiri tidak jauh darinya, kedua lengan kokohnya membentang lebar. "Kemarilah, aku ingin memelukmu."

Masih dengan tatapan tidak percaya, aku duduk di sebelahnya sambil memerhatikannya. Tanpa basa-basi, kedua lengannya merengkuh tubuhku, menariknya hingga tidak tersisa jarak. Ia meletakkan dagunya di puncak kepalaku sambil menghirup aroma rambutku pelan-pelan, aku membenamkan wajahku di lehernya sambil memejamkan mata. Kedua lenganku melingkar pada tubuhnya. Rasanya selalu nyaman.

"Aku sakit," ia berbisik.

"Kamu terlihat baik-baik saja."

Aku bisa merasakan pelukannya semakin erat. Bibirnya menyentuh puncak kepalaku cukup lama. Di bawah senja aku memeluknya erat, begitu pun dengannya, seakan tidak ingin kehilangan satu sama lain.

"Aku merindukanmu, itu sakit. Dan hanya kamu obatnya."

Di bawah senja aku kembali jatuh cinta.


missing you is a disease,
the only medicine is you.

Excerpts of StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang