SA-5: Sial Sial Sial

57 9 5
                                    

Terkadang, menjadi secret admirer itu adalah pekerjaan yang mudah. Walau sering melibatkan perasaan berujung sakit. - Pricia Vimefa

•••

Postingan Bryan terus saja menari-nari di otakku. Kadang kala, aku serasa ingin menceker wajah siapapun, asal emosiku terbiaskan.

Komentar dari akun si Paticia Ifni itu sangatlah mencurigakan. Bryan membalas komentar alay bin lebay plus jablay miliknya, diikuti dengan teman Bryan yang menggoda mereka. Siapa sih cewek itu?

Aku menekan nama dari akun tersebut dan muncullah akun cewek tersebut dengan nama Paticia Ifni Suhaila. Dari foto profilnya, sepertinya wajahnya ke -oriental-orientalan. Huh, ini lagi. Dengan akun yang diprivat sehingga aku tak bisa melihatnya. Dasar, alay! Untuk apa coba akun privat?

Kampungan iyuh!

Rasanya aku ingin menggorok sesuatu. Tangan kejam ini sudah gatal ingin melakukan kejutan.

Hum, aku mematikan ponselku kemudian merebahkan diri di ranjang spongebobs kesayanganku. Mataku menerawang, wajahku menatap lurus ke arah langit-langit kamar.

Hidup gue gini-gini amat yah. Aelah, first love and first kiss gue direbut samanya. Aelah, mati ae lu sono, Bri!

"Terkadang, menjadi secret admirer itu pekerjaan yang mudah. Walau sering melibatkan perasaan yang berujung sakit." gumamku entah kepada siapa.

Sore di Minggu ini begitu menyiksaku. Mama dinas ke luar kota hingga esok pagi, papa yang masih di Spanyol, dan dirumahku tidak ada pekerja sekalipun. Tuhan, mana aku hanya bisa masak telur ceplok lagi. Sial!

Ah sudahlah, mending bocan, daripada gabut gini.

•••

"Yang beb..."

"Ih Mefa cantik deh."

"Mefa chuyank akoh. Lo baik deh."

"Apaan sih, Re? Gue bilang enggak yah enggak dong. Males ah gue. Biarin masuk jurnal, orang gue malas kok. Uda deh ah."

"Tapi kan Fa, sayang aelah. Mana ini kesempatan satu-satunya. Sayang loh, kelas lain aja berharap bisa ikut kemah sosial ini. Nah, elo? Kebalik, tau gak."

Tepat sekali, aku tidak ingin mengikuti acara kemah sosial itu. Sebagai salah satu manusia yang anti keramaian, apapun itu resikonya, aku tetap tidak mau mengikuti acara tersebut.

Kemah sosial itu akan dilaksanakan tanggal  21, yang artinya seminggu lagi akan dilaksanakan. Memang sih, acara itu merupakan kegiatan amal dikarenakan setiap kelompok peserta kemah diwajibkan bisa mengumpulkan uang minimal 500 ribu yang didapatkan dari penjualan kreasi setiap kelompok.

Entahlah, yang namanya aku anti keramaian, aku tidak ingin ikut.

"Biarin." aku menutup aplikasi instagramku dan berlalu darinya menuju perpus. Bosen aku dengerin ocehannya yang mengajakku kemah.

"Eh, mau kemana lo?"jeritnya ketika aku sudah berada di ambang pintu. "Toilet." jawabku sebagai alibi. Aku haya ingin merilekskan pemikiranku sejenak.

Kakiku menapaki koridor gedung IPA dengan mulut yang tak henti-hentinya berkomat-kamit merutuk kekesalanku hari ini. Kepalaku menunduk menghadap sepatu pantofel hitam pemberian tante Ipah.

SECRET ADMIRER. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang