7. History

603 81 54
                                    

Veranda menatap gulali yang disodorkan oleh Keynal. Mereka baru saja sampai di tempat ini dan Keynal langsung membelikan gulali yang tak lain adalah makanan kesukaan Ve sejak kecil. Kecil. Ve memukul ringan kepalanya dengan sebelah tangan karena lagi-lagi ingatan yang lama tiba-tiba saja kembali.

"Gimana? Enak?" Tanya Keynal yang baru saja kembali.

Veranda mengangguk. Padahal ia belum ada menyentuh gulali tersebut sedikitpun.

"Mau naik wahana? Kayaknya yang itu seru,"

Kedua mata Veranda mengarah kearah tunjuk Keynal, sebuah bianglala yang sedang berputar perlahan. Permainan itu adalah permainan kesukaan Veranda, tapi kenapa Keynal mengetahuinya?

"Mau? Kalo gak mau juga gak apa sih, salah juga aku ngajak kamu kesini siang-siang, tadinya mau malem aja tapi..." Keynal menggantungkan kalimatnya.

"Tapi...?"

Keynal menyengir kuda. "Nanti malem ayah nyuruh aku buat kenalan sama calon tunanganku, hehe.. makanya gak bisa,"

"Oh,"

Hanya itu respon Ve ketika mendengar kata 'Calon Tunangan' yang keluar dari mulut Keynal. Ia perlahan mulai memakan gulali yang sedaritadi hanya ia amati saja, sementara Keynal asik sendiri dengan ponselnya.

Lama, itulah yang Keynal benci. Ia melirik sekilas kearah Veranda yang bahkan nyaris menghabiskan gulali di tangannya itu, dengan nafas berat ia bangkit berdiri membuat gadis yang duduk di sampingnya menatap dirinya kebingungan.

"Aku ajak kamu kesini buat seneng-seneng, kita main bareng. Bukan duduk-duduk kayak gini," ucap Keynal singkat, ia mengulurkan sebelah tangan untuk membantu Ve berdiri. Tetapi bukannya berdiri, Ve malah diam mengamati gulali yang tersisa sedikit di tangannya.

"Aku..."

"Kamu gak bisa? Kenapa? Bukannya setauku artis itu juga manusia 'kan? Ayo,"

Dengan sedikit paksaan, Keynal menarik pergelangan tangan Veranda dan berlari menjauh dari bangku yang sebelumnya mereka duduki itu. Tujuan pertama Keynal adalah bianglala yang sedaritadi masih berputar, pengunjung yang cukup sepi membuat Keynal langsung mendapatkan tiket.

"Heheh," itulah yang Keynal lontarkan ketika mendengar omelan Veranda mengenai aksi 'penarikan paksa' yang terjadi tadi. Termasuk beberapa fans Ve yang ingin berfoto dilewati oleh Keynal begitu saja.

Petugas membukakan pintu salah satu kamar(?) bianglala, entah apa disebutnya itu author tidak tau. Veranda masuk terlebih dahulu disusul oleh Keynal yang kemudian menutup dan mengunci pintu besi yang tingginya tak lebih dari perut orang dewasa.

Ruangan(?) Itu mulai berjalan kearah kanan, semakin naik dan naik perlahan. Veranda memfokuskan pandangannya kearah jendela ruangan(?) Tersebut, sambil sesekali ia tersenyum ketika sekilas ingatan masa kecilnya terlintas di kepala.

"Andai waktu itu aku bisa lebih cepet..." Ve melirik sekilas kearah Keynal yang sepertinya takjub dengan pemandangan kota dari atas sini. "Mungkin sekarang kita udah bahagia, Nal. Gak perlu pake acara pemaksaan lagi,"

"Urm, Ve," panggil Keynal.

"Ya?"

"Pertama-tama aku mau minta maaf karena udah nyulik kamu pas pulang sekolah kayak tadi. Kedua, aku juga mau minta maaf karena mungkin..." Keynal menghela nafas beratnya. "Mungkin ini terakhir kalinya kita bisa berduaan kayak gini. Kamu tau kan ayahku? Apapun harus dilakukan kalo beliau udah nyuruh,"

Veranda tersenyum, "Iya, aku tau kok,"

"Ka-Kamu gak ngerasa apapun?"

Veranda mengalihkan pandangannya dari pemandangan luar kearah Keynal. Kemudian ia menggeleng pelan, "nope, nggak ada tuh,"

L For Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang