11. Kehilangan

479 50 2
                                    

"HUAAAAAAAHHH!!!"

Keynal terbangun dari tidurnya, ia meraba meja yang ada di sampingnya. Sudah pukul lima pagi, dan belum ada tanda-tanda pintu terbuka. Keynal sengaja menunggu adiknya pulang, namun karena hari semakin larut ia memutuskan untuk tidur di sofa untuk menunggu.

Bahkan hari sudah berganti, tapi Elaine masih belum pulang. Keynal sudah berkali-kali mencoba menelfon Elaine, total mungkin sudah 50 kali ditambah semalam. Tetapi tetap saja Elaine tidak mengangkat, bahkan memberi kabar saja tidak.

Tumben sekali. Keynal berusaha menghilangkan seluruh pikiran negatifnya, ia bahkan sempat berfikir mungkin saja Elaine menginap di rumah temannya, karena sudah mengantuk Elaine pun tidak menghubungi dirinya. Mungkin saja seperti itu.

Keynal bangkit, mengambil jaketnya dan juga kunci motor. Ia sudah memikirkan untuk mencari Elaine dari semalam, namun rasa kantuknya mengalahkan segalanya alhasil ia harus rela mencari Elaine di pagi hari subuh seperti ini.

Keynal mengambil handphone-nya yang ada di saku celana sambil mengendarai sepeda motor, ia tau resiko-nya terlalu tinggi, namun mau bagaimana lagi ia harus melakukannya. Dengan tangan kiri yang menekan nomor handphone Melody, tangan kanan Keynal fokus untuk menyesuaikan kecepatan motor.

"Halo?" Sapa dari ujung sana.

"Mel, tolong ke sekolah sekarang bisa nggak?" Tanya Keynal.

"Lho, tumben. Kenapa?"

"Aku butuh berkas sekolah, aku mau tau dimana anak kelas sepuluh temen sekelasnya Elaine tinggal,"

"Kok?"

"Elaine gak pulang semaleman, Mel!" Sahut Keynal.

Tepat saat Keynal menyahut seperti itu, sebuah truck pengangkut bahan bakar minyak melintas menyebabkan motor ninja milik Keynal harus terpental beberapa meter jauhnya dari perempatan tanpa lampu merah tersebut.

"Nal? Keynal!" Melody terus berteriak dari ujung sana, terutama saat mendengar bunyi keras seperti tadi.

~

Rabu pagi, rumah sakit.

"Ehmm..." Keynal berusaha membuka kedua matanya, tetapi hanya sebelah yang terbuka. Ia menatap ke atas, sorot lampu kamar yang terang menyapanya membuat Keynal harus sedikit menutup mata kirinya itu.

Rumah sakit, itulah yang ada di pikirannya sekarang ini. Mengingat, terakhir kali dirinya sadar adalah saat ia sedang bertelfonan dengan Melody dan sebuah truk menabraknya. Tubuh Keynal kaku total, tak ada yang dapat digerakkan sama sekali kecuali mata kirinya yang untungnya masih berfungsi dengan normal.

Ia melirik ke arah kirinya, tangan yang diinfus ditambah dengan sebuah genggaman hangat. Veranda. Ia menggenggam tangan Keynal, tak begitu kuat memang namun mampu membuat Keynal merasa hangat. Veranda masih tertidur pulas, ingin rasanya Keynal mengelus kepala bidadarinya itu namun apa daya ia sama sekali tak dapat menggerakkan tubuhnya.

Keynal membalas genggaman Veranda, membuat gadis tersebut terbangun dari tidurnya. Gelagapan, itu lah yang terjadi saat ini, tak jarang Veranda melihat Keynal sambil mengucek kedua matanya bergantian dengan sebelah tangan seakan-akan tak percaya apa yang sedang dilihat olehnya.

"Tu-Tunggu bentar," ucap Veranda

"Gausah. Aku mau kamu diem aja disini, sebentar aja," Keynal mengeratkan genggamannya kemudian.

L For Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang