The 2nd Chance

253 5 0
                                    

banyak yang minta sequel .-. (padahal cuma 3 orang/?) #ahsudahlah

sequel nya kalo mau liat di sudut pandangan bisa diliat dari per bab nya yeah ;;)

yang ini masih sudut pandangnya Jacey. hhe.

Aku terduduk di rerumputan dengan lesu dan memuji nama-Nya tanpa semangat. Jarang sekali aku seperti ini selama aku pernah berada disini, 1 tahun yang lalu. aku sangat merindukan bisma. aku menatap rerumputan didepanku dengan tatapan kosong. tiba-tiba ada sepasang kaki yang tak asing. aku langsung melihat ke pemilik sepasang kaki tersebut, Tuhan.

"Ada apa jac? kau lesu sekali dan tampak sangat tak bersemangat." ia menatapku dengan lembut. tatapan yang sama dan tak pernah membuatku bosan akannya.

"aku? tak apa." aku tersenyum kecil dan kembali menatap rerumputan yang setiap harinya hanya bergoyang ke-kanan dan ke-kiri mengikut senandung para malaikat. Ia berjongkok sehingga wajah-Nya berhadapan dengan wajahku.

"Aku tau kau sedang berbohong pada-Ku. ayolah. kau ini di surga, bukan neraka. janganlah sekali-sekali berbohong disini." Ia masih tersenyum.

"Aku tau dan percaya Kau adalah Allah yang serba tau. mengapa masih bertanya padaku bagaimana perasaanku sekarang?" aku masih belum berani untuk menatap-Nya.

"Aku ingin tau kejujuranmu. aku ingin tau hasil dari semua yang telah kau dapat di dunia." Ia menaikkan daguku sehingga aku dapat menatap-Nya.

"aku rindu bisma. bisakah aku bertemu dengannya?" aku menatap-Nya memohon.

Ia terduduk dengan santai dan meninggalkan posisi jongkok-Nya.

"bagaimana kalau kuberi kau tawaran yang lebih baik?" ia tersenyum hangat.

"apa itu?" aku menatap-Nya bingung.

"ku beri kau satu kesempatan untuk bisa bersama nya lagi. Tapi kau harus selalu meng-hubungiku dengan berdoa. Tapi.." Ia menggantungkan kalimat-Nya.

"tapi?" aku bertanya dengan nada benar-benar bingung kali ini.

"jika ia mengecewakanmu, aku akan memintamu kembali bersama-Ku lagi dan tak akan ku beri izin untuk ke dunia pada kesempatan berikutnya." Tuhan.

"baiklah." aku menyetujui tawaran itu dengan tersenyum simpul.

"bersiaplah" Ia berdiri meninggalkanku dengan senyuman-Nya yang seperti biasanya.

***

The 2nd ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang