Bisma: all of the memory

78 4 0
                                    

aku tak tau kenapa aku melakukan itu semua. padahal daridulu darah Indonesia yang mengental dalam darahku ini sudah jelas-jelas melarangnya. Aku mencintainya. melebihi apapun. honestly, aku dan dia daridulu memanglah teman dekat. yang saling mencintai. aku tau itu. dulu dia pernah menangis karenaku. kecewa karena aku dari dulu adalah seorang yang bisa dibilang famous dan begitu banyak wanita yang mendekati aku. terutama dina. apa aku salah kalau menganggap itu sebuah kecemburuan? 

***

"sial. aku harus kemana lagi ini." gerutuku sambil terus berlari dengan melihat ke belakang sesekali. gadis itu masih terus mengejarku. Dina.

pandanganku teralihkan oleh seorang gadis berambut coklat kehitaman panjang yang terlihat sedang menyendiri dipojok kantin. aku melihat ke belakang lagi. sepertinya Dina tak mengikutiku  lagi. aku berlari ke arah gadis itu yang sepertinya terlihat.....melamun?

"hai" sapaku ramah lalu duduk dihadapannya.

"h-hai" jawabnya lirih lalu memakan kentang goreng didepannya dengan perlahan.

"bolehkan aku duduk disini?" tanyaku.

"m-sure" jawabnya.

"ku dengar kau anak baru dari Aussie. Am I wrong?" tanyaku lalu menopang daguku dan memperhatikan mata coklatnya yang tak tau fokusnya kemana.

"No. You're right. aku tidak bisa menggunakan bahasa Indonesiaku dengan baik dan lancar saat berbicara, padahal aku dapat mengerti apa yang dibicarakan orang lain dengan benar. So, no one want to be my friend in this school." katanya dengan aksen inggrisnya yang lancar. untung saja mom pernah membawaku ke amerika beberapa bulan. jadi bahasa inggrisku tidak terlalu buruk jika harus berhadapan dengan bahasa inggris Aussie yang sedikit ribet.

aku tertawa.

"apa yang kau tertawakan?" tanyanya sedikit terlihat tersinggung.

aku menghentikan tawaku dan menatapnya lembut.

"I want to be your friend. best friend." kataku dengan menekankan pada kata best friend.

"Seriously? aa. thanks" katanya dengan mata berbinar.

"bisma. apa yang kau lakukan disini dengan anak baru ini?" tanya Dina yang tiba-tiba saja berada dibelakangku. aku menatap Jacey yang mendadak diam dan kembali menatap kentang gorengnya.

"kau yakin bisa berinteraksi dengan si aneh ini? berbicara Indonesia saja tidak bisa. sudahlah tinggalkan saja." katanya dengan nada enteng lalu menarik tanganku untuk beranjak dari situ. ntah apa yang kupikirkan sekarang, aku hanya dapat refleks menghentakkan tanganku dengan kasar dan berdiri dihadapannya dengan tatapan aku-membencimu-jauhi-aku-sekarang.

aku menoleh ke arah Jacey dan boom! she's gone.

baru saja aku merasa dapat membuatnya senang. DINAsaurus ini mengganggu saja.

"stay away from me" bentakku pada Dina lalu bergegas mencari Jacey.

seperginya Dina dari pandanganku, aku benar-benar kelabakan harus mencari Jacey. kemana sih anak itu?! ah, itu dia.

aku menghampirinya yang terduduk di rumah pohon yang berada di taman bermain sekolah ini, sambil menangis.

"jangan terlalu dimasukkin hati ah Jac kata-kata nenek sihir itu. dia memang seperti itu kok orangnya." kataku lalu menghela nafas karena kelelahan lalu duduk disebelahnya.

"I'm stupid. stupid. kenapa aku memilih untuk ke Indonesia sih. stupid me!" teriaknya terlihat frustasi.

"kau lihat rerumputan yang ada dibelakang taman bermain ini?" tanyaku tersenyum kecil. kulihat ia mengangguk.

The 2nd ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang