Jacey: That's True

86 5 0
                                    

Aku terbangun tepat pukul 1 dini hari. ku coba untuk mengucek-ucek mataku dan tersadar bahwa aku tidak lagi berada di mobil Bisma. melainkan di kamar apartemenku sendiri. aku mencoba untuk mengingat kembali apa yang terjadi padaku sebelumnya.

***

"kau punya twitter? apa usernamenya?" tanyaku antusias. bahkan aku tak tau bahwa bisma sudah menjadi anak twitter. if you know what i mean.

"@bismakarisma. kau juga punya? biar aku yang nge follow kamu duluan deh." tawarnya.

DEG.

twitterku hanya satu dan itu menggunakan nama JACEY.

"uhm, tidak usah deh. mem-follow mu sama saja mem-follow orang bawel. semua di tweet. memenuhi TL saja." kataku ngeles.

"sial. terserah kau saja lah." balasnya lalu kembali  asik dengan iPhone-nya.

***

sepertinya setelah itu aku membajak bbm-nya dan sedikit berdebat dengannya. dan tiba-tiba ia berdiri meninggalkanku. ia pergi ke kantin, bukannya makan, malah pergi lagi.

maksudku benar-benar pergi dari kantin. biar ku perluas, pergi dari kampus. ia membolos dan mau tak mau aku harus mengikutinya. di tengah aku bersungut-sungut, ia mengancamku akan menurunkanku dijalanan dan terjadi perdebatan kecil disana.

***

"berhentilah bersungut-sungut atau ku turunkan disini." ancamnya.

"lagian jika kau tak ingin membolos mata kuliah kenapa kau mengikutiku, bodoh?" tanyanya dengan nada seperti menodong padaku.

"kau yang bodoh. aku kan berangkat bersamamu. aku tak rela jika harus menghabiskan uang untuk naik taksi." kataku polos. mungkin lebih ke arah tampang tak bersalah. apa bedanya? dari segi huruf saja sudah beda.

aku memandang keindahan New York yang sedang diguyur hujan ini. aku sangat suka hujan dari dulu. entah kenapa selalu membuatku tenang. dan aku teringat dulu aku pernah melalui moment seperti ini dengan bisma saat sekolah dulu.

Ada sedikit rasa sesak begitu melihat kenyataan sekarang aku adalah sesosok Jessie bukan lagi Jacey di mata seorang Bisma Karisma yang sangat dan akan selalu kusayangi. bahkan sampai detik ini aku masih dapat merasakan kupu-kupu berterbangan di perutku saat bersamanya.

tiba-tiba kepalaku menjadi pusing. dan aku mendengar sebagian kalimat yang diucapkan bisma sebelum akhirnya aku menyerah melawan rasa sakit ini dan semuanya gelap.

"kalau begitu bersyukurlah..."

***

aku hanya dapat berpikir mungkin aku kelelahan.

saat aku hendak kembali tidur, aku teringat bahwa aku belum menyalakan alarm di hp ku. bisa-bisa aku terlambat besok.

ku coba cari di tasku dengan teliti.

tidak ada.

aku terdiam sejenak dan menghela nafas.

aku teringat bahwa terakhir ku masukkan ke saku celanaku setelah melihat-lihat timeline twitter, stalking bisma tentunya.

dan aku tak menemukannya lagi. apakah mungkin terbawa oleh Bisma? ya sudah lah. lagipula sudah ku beri password. mana mungkin bisma akan kepikiran bahwa passwordnya kombinasi dari namanya sendiri dan tanggal kematianku.

Mungkin bagi stiap orang tanggal kematian adalah tanggal duka. tapi bagiku berbeda. di tanggal itu lah aku dapat mengetahui bahwa kami saling mencintai.

The 2nd ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang