Bisma: Jacey is back?

82 5 0
                                    

Aku sudah mulai kelelahan karena dari tadi mondar-mandir di balik pintu kamarku sendiri antara mau keluar kamar atau tidak. Aku ingin keluar dan mengecek kamar Jessie apakah ia sudah pulang atau belum, tapi di sisi lain tidak ada tanda-tanda bahwa Jessie telah pulang, di sisi yang lainnya juga ada bagian dari pikiranku yang berkata untuk apa memikirkan wanita itu? dan jadilah aku disini mondar-mandir seperti setrikaan sejak sejam yang lalu karena konflik batin.

baru saja aku membuka pintu, ku lihat pintu kamar Jessie terbuka. mungkin ia sudah pulang bersama Niall. jadi ku putuskan akan bertemu dengan Jessie setelah Niall pulang.

10 menit.

mereka sepertinya masih berbincang-bincang disana. oh Tuhan, haruskah aku menunggu lebih lama lagi?

Aku menyerah dan memilih segera tidur karena kelelahan. Yang jelas aku sudah lega Jessie pulang dengan selamat walaupun aku tidak melihatnya secara langsung.

***

keesokan paginya aku terbangun dengan kantong mata yang sudah punya kantong mata. semalam aku mendapat nightmare. uhm, aku tak tau itu seharusnya nightmare atau mimpi indah sih. yang jelas aku bermimpi tentang Jacey. Ia mengikutiku ke New York dan berada di satu kampus denganku. biar ku tegaskan, HANYA MIMPI.

aku tak menghiraukan pikiran-pikiran aneh itu dan segera mandi setelah bersapa-ria pada odoth karena jam weker kecilku telah menunjukkan sekarang sudah pukul 6 pagi.

setelah aku menyisir rambutku, aku mengambil tas beserta kunci mobilku dan pergi dari kamarku. baru saja aku mengunci kamarku, aku melihat pintu kamar Jessie sebentar berharap bahwa wanita itu akan keluar dan nebeng tanpa aku harus masuk ke kamarnya untuk mengobraknya.

cklek.

"hai, bis." sapanya dengan senyum riang.

"h-hai" aku ini kenapa? masa hanya berkata hai saja tak mampu? payah.

"aku nebeng kamu aja ya. kan kita sekampus." pintanya.

"T-tapi aku harus menjemput drew dulu. mobilnya disita bokapnya." kataku.

"ah sudahlah. tak apa. yang penting bisa berangkat sama kamu. ayolah cepat. jangan lamban seperti siput." cerocosnya lalu menarik tanganku.

hei. yang punya mobil kan aku.

"sabar, jes." kataku lalu mengelap keringat dinginku. entahlah, perlakuan Jessie padaku tadi sepertinya pernah ku lalui bersama Jacey saat sekolah dulu.

***

"ayolah, cepat. aku tak ingin kita terlambat mengikuti pentas seni hanya karna kau berjalan sangat lamban seperti kakek-kakek" katanya sambil terus menarik tanganku.

"Sabar Jac" kataku malas lalu menghapus keringatku karena kepanasan.

"bagaimana aku harus bersabar jika kau terus berjalan lelet seperti itu. ayolah." katanya lagi lalu menarik tanganku seperti sapi yang tak mau menurut pada pemiliknya untuk masuk ke kandang.

"iya" jawabku singkat namun tak mengubah kecepatan jalanku.

"iya iya tapi jalannya masih kayak keong. kita udah mau telat." katanya masih menarik tanganku.

"tapi sekarang masih jam 4 jac." ucapku sambil melihat jam.

"ya terus?" dia mengganti kegiatannya dari menarik tanganku dengan berkacak pinggang berdiri di depanku.

"ya terus.. pentas seni nya masih jam 6." kataku kesal. sekarang gantian aku yang memimpin jalan menuju parkiran starbucks.

"jadi, untuk apa kau mengajak ku ke starbucks jam 3?" tanyanya lalu mengikutiku.

The 2nd ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang