2. Cokelat

31 12 10
                                    

Kamu tahu. Ada yang lebih manis dari cokelat. Kamu.

*****

Alvin tersentak saat Rizky dengan seenaknya melempar bola padanya yang sedang tak siap alhasil bola itu mengenai kepala belakangnya karena posisi Rizky yang memang ada dibelakangnya.

Ahelah tadi sepatu sekarang bola. Sialan emang! Gerutunya dalam hati

Alvin berbalik, wajahnya datar. Tampak jelas kekesalan dimatanya. Rizky yang melihat itu hanya mengangkat tangan tanda damai, setelahnya ia kembali menuju Aldo yang sepertinya tengah membagi kelompok untuk ditandingkan.

Alvin mendengus keras lalu kembali berbalik. Alvin melihat seorang cowok tengah duduk mengobrol bersama Salsha, tempat tujuanya.

Cowok itu bangkit setelah namanya mungkin dipanggil Aldo, dan tinggalah Salsha sendiri.
Hari ini, latihan basket memang khusus untuk cowok dulu, hari rabu nanti barulah para cewek yang latihan tapi tadi Alvin yang mengeret Salsha ke lapangan. Tak apa lah lagipula cewek itu selalu mengikuti latihan walau hanya duduk memerhatikan.

Alvin duduk di sebelah Salsha, cewek itu nampak tak peduli dan asyik membaca surat warna-warni yang entah apa isinya.

"Hahaha,"

Alvin menoleh, Salsha sedang tertawa tanpa peduli tatapan aneh dari dirinya.

"Lo kenapa woi! kesambet penunggu pohon asem?"tanya Alvin.

Salsha mendelik lalu melempar Alvin dengan surat cinta yang dipegangnya "ketek lu noh asem!"

Alvin mengambil kertas warna-warni yang dilempar Salsha yang tepat mengenai wajahnya. Bibirnya berkedut menahan tawa saat mengetahui isi kertas tersebut.
"Surat Cinta, ada yang suka juga lo." kekehnya membuat Salsha menggetok kepalanya dengan batang coklat.

"Noh buktinya ada," ucapnya berkacak pinggang dengan tampang menantang.

"Iye-iyeee. Jangan getok - getok elah." gerutu Alvin sambil mengelus kepalanya.

"Biarin wlee," Salsha memeletkan lidahnya lalu membuka bungkusan coklat batang yang dipegangnya. Mulai menikmati coklatnya sambil menonton latihan basket.

"Kepala gue jadi korbanya mulu dah," gerutu Alvin yang heran karena kepalanya yang selalu menjadi sasaran untuk dijadikan bahan kekerasan.

"Kepala lo belum beruntung, haha" Salsha tertawa mengingat saat jam istirahat tadi sepatunya mendarat mulus di dahi Alvin yang saat ini sudah di plester tapi sudah berganti dengan plester warna cokelat bukan plester pororo berwarna biru yang tadi Salsha tempelkan.

"Di kira undian belum beruntung,"

Salsha cekikikan sebisa mungkin tak tertawa terlalu keras.

"Lo kagak ikut latihan?" tanya Salsha setelah tawanya reda.

"Malesin, lagian udah ada Aldo sama kak Rizky yang handle. Gue mah bagian santainya." sahut Alvin.

"Mau santainya mulu lo," Salsha mendorong kepala Alvin kedepan membuat cowok itu cemberut.

"Perlu yah gue pake helm supaya kepala gue aman kalo deket elo?" tanya Alvin sarkastik.

Salsha terkekeh tapi...

Buk.

Satu bola sukses mengenai kepala bagian samping kirinya.

"Woy!"

Salsha menengok dan saat itu juga menemukan Aldo yang tengah mengangkat kedua tanganya tanda damai. Salsha mendengus lalu melempar bola yang ia ambil dibawah kakinya kuat-kuat. Dan hasilnya...

Loveable SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang