Happy reading yooo ❤
*****
"Kita pamit ya, bun," Ali mencium punggung tangan Bunda Resi, diikuti Prilly setelahnya.
"Iya. Hati-hati ya, Li. Jangan ngebut," Pesan Bunda Resi. Beliau memeluk Prilly sejenak, kemudian melepaskan pelukannya.
"Siap, bunda," Ali menyahut demikian.
"Sering-sering main kesini lagi ya, Prill. Jangan sibuk sama tugas kamu terus."
"Iya, bun. Bunda tenang aja," Jawab Prilly.
Sementara Prilly dan Bunda Resi mengobrol ringan, Kaia datang menghampiri mereka dan berdiri disamping Bunda Resi. Dilihatnya Bunda Resi masih terasa berat untuk membiarkan Prilly pergi, terbukti dari bagaimana bundanya itu mengulur waktu dengan mengajak Prilly mengobrol. Kemudian pandangan Kaia beralih pada sang adik. Ali, ia tengah sibuk dengan ponselnya, entah apa yang dilakukannya dengan Iphone-nya itu.
"Jadi lo berdua udah mau berangkat nih?" Tanya Kaia.
"Iya, ka. Kita pamit ya," Tutur Prilly. Oh, sudah selesai berbincang dengan Bunda Resi rupanya.
Prilly memeluk Kaia sejenak.
"Hati-hati ya, Prill. Kalo Ali ngebut bilang aja ama gue, biar gue ceramahin nanti," Kaia perlahan melepaskan pelukannya. Prilly terkekeh mendengar ucapan Kaia itu, sedangkan Ali, ia mendengus kesal mendengarnya.
"Yang adeknya dia itu siapa sih. Gue atau Prilly? Perasaan gue dibully terus deh," batin Ali menggerutu kepada Kaia, bukan Prilly.
"Siap, bos," Prilly mengangkat tangan kanannya layaknya hormat kepada atasan. Ia tersenyum menatap Kaia.
"Dan lo, jagain dia. Awas aja kalo sampe lecet, abis lo ama gue," Kaia menunjuk Ali.
"Iya iya," Ucap Ali memutar matanya malas.
"Kapan kita ngumpul lagi? Lo hutang cerita ya sama gue," Kaia berbisik ke arah Prilly membuat Ali maupun Bunda Resi mengernyit heran melihatnya. Kenapa harus berbisik-bisik, pikir Ali.
"Lusa aja deh ya, kak. Nanti aku ceritain sedetail-nya deh," Prilly menjawab dengan berbisik juga. Membuat Ali serta Bunda Resi semakin bingung.
"Kalian berdua ngomongin apa sih, sampe bisik-bisik gitu," Tutur Bunda Resi.
"Iya nih. Berasa kayak kita yang diomongin. Ya kan, bun?" Sahut Ali meminta dukungan dari Bunda Resi. Segera Bunda Resi menganggukkan kepalanya cepat.
"Kita gak ngomongin apa-apa kok. Yuk, Li. Kapan berangkatnya kalo kita terus-terusan ngobrol," Prilly berucap dengan lembutnya.
"Yaudah deh. Yuk. Kita berangkat ya, bun, Kai."
"Assalamualaikum," Ali dan Prilly mengucapkan salam dengan bersamaan.
Ali menggandeng tangan Prilly menuju ke mobilnya. Hal itu, menciptakan debaran halus di jantung Prilly. Dulu ia sering diperlakukan seperti itu oleh Ali, namun tetap saja jantungnya masih berdebar-debar karena perlakuan Ali tersebut.
Ali membukakan pintu mobil untuk Prilly. Belum juga debaran dijantung Prilly hilang, perasaannya kembali menghangat karena perlakuan Ali yang menurutnya manis itu. Hingga Prilly duduk dengan sempurna, Ali pun menutup pintu dan berjalan menuju kursi depan kemudi, tepat di samping Prilly duduk.
Semua itu tak lepas dari pandangan Kaia dan Bunda Resi. Ali benar-benar melakukan janjinya, lihatlah betapa perhatiannya ia pada Prilly, pikir Kaia.
Ali meletakkan ranselnya di kursi belakang. Kemudian memasang seatbelt-nya dan mengecek seatbelt Prilly, yang telah Prilly pasang sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Something Wrong
Fanfiction"Ketika cinta menuntunmu ke jalan yang menyakitkan" Ketika Tuhan mengkehendakinya. Kita bisa apa? *** Sebuah kisah tentang persahabatan, cinta, dan keegoisan. Sebuah cerita tentang persahabatan yang hancur karena cinta yang tidak terucap. Persahabat...