"Kamu tahu, tidak selamanya yang sama-sama saling mencintai berakhir bahagia."
•••
ALARM berbunyi sangat keras membuat pendengeran Yana sedikit terganggu, dengan sigap ia mematikan alarm itu lalu kembali tidur.
Hampir lima menit Yana tertidur kembali, sepertinya ia lupa rencananya hari ini bersama Bian.
Yana langsung duduk saat terbangun dari tidurnya, rambutnya berantakan ada bekas iler di dekat mulutnya, tidak jauh berbeda dengan kakaknya—Alan.
"Aduh, gue lupa. Jam berapa ya?" Yana mengambil ponsel di atas nakas di sebelah tempat tidurnya. Terdengar hembusan nafas lega dari mulut Yana, berarti belum pukul sepuluh pagi.
"Untung masih jam 8 pagi, kalau gak gagal deh jalan hari ini." Ujar Yana yang sedang membereskan tempat tidurnya, lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
🌸
Mobil berwarna silver itu tepah terparkir di halaman rumah Yana. pemiliknya keluar dari mobil sambil memegang ponsel di tangan kanannya, mengirim pesan pada Yana.
Bian menekan bel rumah Yana, ini memang belum pukul sepuluh, Bian memang sengaja menjemput Yana lebih awal, dia sudah kangen berat.
Belum ada yang membukakan pintu rumah, akhirnya Bian menekan bel lagi, tidak beraturan sekarang, yang penting ia dibukakan pintu.
"Belum bangun pasti cewek satu itu." Ujar Bian yang sudah duduk di kursi berwarna putih yang diletakkan di teras rumah. Ia mengirim pesan kepada Yana.
Entahlah sudah berapa lama Bian duduk di kursi itu, sampai ada yang membukakan pintu. Setidaknya ada yang membukakan pintu untuknya, walau bukan Yana. Iya bukan cewek itu, melainkan Alan yang sudah berdiri di dekat Bian.
Alan menatap heran Bian lalu melirik jam yang melingkar di tangannya, setelah itu tersenyum jahil. "jalan ya?" tanya Alan tiba-tiba lalu ia masuk kembali ke dalam rumah diikuti Bian di belakangnya.
"Hehe, iya, Kayana udah bangun belum?" Bian duduk di sofa ruang tamu, di sebelah Alan tentunya yang sibuk dengan ponselnya.
"Ada, lagi dandan kali. Biasanya sih kalau dia dandan itu sampai dua jam, lo gak tau 'kan kayak mana tu cewek dandan?" perhatian Alan tak lepas dari ponsel di tangannya.
Bian bisa saja tidur di sini dulu kalau memang benar sampai dua jam.
"Enggak, gak pengen tau juga."
"Mau tau 'kan lo?"
"Enggak."
"Yakin? Nanti lo mati penasaran lagi."
Ujar Alan yang telah meletakan ponselnya di saku celana."Iya deh," ujar Bian pasrah, Alan memaksanya.
"Tanya sendiri aja sama orangnya, gue males ngomong."
Bian melongo saat mendengar perkataan dari Alan, dia tidak menyangka ada cowok yang seperti ini. Ditambah lagi, Alan yang pergi begitu saja, kakak dan adik sama saja.
Bian hanya geleng-geleng kepala saja.Cowok itu berdiri wajahnya terlihat frustasi karena menunggu Yana.
"Hai, yuk jalan." Bian menoleh ke sumber suara tapi Yana telah berjalan lebih dulu di depan Bian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idiot Girl | √
Dla nastolatkówBerpura-pura. Ketika aku berpura-pura apakah kehidupanku menjadi indah atau sebaliknya. Ketika aku menjadi orang lain apakah kau masih mencintaiku seperti dulu, atau tidak? aku ingin mencari orang yang setia di bumi ini. Sampai aku tahu, lik...