Bukan hal yang baru ketika Zilka membuka mata mendapati unit 507 di samping ranjang besi rumah sakit itu. Apalagi dilihatnya pakaian yang sama setiap kali mata melirik.
Sesaat Zilka terdiam menatap langit-langit ruangan, dan bangun seketika memutar sedikit badannya ke samping kanan lalu mencari ponsel di laci yang terbuat dari kayu itu. Setelah ia mendapatkannya tampak sedikit tangannya berkelumit dengan mata yang bergerak lebih cepat ke arah atas dan bawah. Tanpa Zilka sadari unit 507 atau Bintang namanya sekarang memperhatikan yang ia lakukan, Bintang ingin membuka pembicaraan namun tampaknya itu bukan waktu yang tepat, alhasil Bintang lebih banyak diam."Halo, iya aku menerima tawaranmu sebelumnya terimakasih banyak." Begitulah kata singkat yang di dengar oleh Bintang, dengan herannya melihat Zilka berbicara dengan benda yang diam.
"Eeh, Bintang! Hari ini pulang, ah tidak maksud ku keluar dari rumah sakit. Apa kamu akan terus mengikuti ku?"
Entah kenapa perasaan Bintang lebih baik saat namanya di panggil oleh Zilka.
"Tentu saja."
"Bagaimana aku... ah bisa gila aku! Terserah apa yang kamu lakukan aku akan pergi dari sini." Seketika Zilka mengibaskan selimut di kakinya ke arah kiri dan turun dari ranjang itu sambil membereskan barang-barang nya. Sedangkan bintang masih tetap duduk dan arah matanya selalu menatap ke manapun Zilka bergerak.
Ketika Zilka menelik isi koper yang ia bawa seminggu yang lalu, di dapatinya hoodie merah muda dan celana olahraga panjang berwarna hijau yang ber-lis putih-kuning.
Seolah lampu di otaknya hidup ia langsung bangkit dan mencampakkan sepasang setelan itu ke wajah Bintang."Pakai itu! Setidaknya aku berjalan bersama orang normal." Ketusnya memutar bola mata.
Bintang yang terlihat bingung langsung memakainya saat itu juga dengan jas yang belum di lepas.
"Hey! Sana kamu ke toilet atau apa, em masa sih kamu gak tau... oke kamu ke toilet terus lepas semua baju yang kamu pakai lalu ganti dengan baju yang aku lempar itu!"
Tanpa berkata apapun Bintang langsung pergi menuruti apa katanya. Entah dia mengerti atau tidak.Zilka telah mengganti baju pasiennya dengan kaos tangan panjang dan long denim jeans yang senada dengan sneakers abu-abu. Berhubung ini waktu yang cukup lama jadi perban luka yang awalnya melilit kepala Zilka kini sudah di buka oleh perawat dan digantikan dengan bekas jahitan yang tampak seperti codet preman pasar.
Bunyi langkah sepatu yang di kenalnya membuat ia menaikkan kepala yang tadinya agak menunduk dan sekarang mengarah tepat pada sasaran.
"HAHAHAHAHAHAH! Kamu benar-benar manusia planet," tawanya karena bintang yang memakai hoodie terbalik depan menjadi belakang.
"Apakah aku lucu?"
"Ya, sekarang kamu buka hoodie itu, lalu kamu letakkan yang ada kantong dan lubang kepala untuk di depan, ya seperti itu,"
Astaga kenapa seperti roti dengan 6 kotak, roti sobek."Apakah sekarang sudah?" Zilka hanya menjawabnya dengan gumaman.
Sekarang mereka berdua telah menyusuri rumah sakit dan saat ini mereka sudah berada di luar gerbang tempat membosankan itu, Zilka si ratu hemat tentu saja memilih berjalan sampai rumah Adel. Sambil berjalan ia terus memikirkan alasan apa untuk menceritakan tentang Bintang, yang sangat sulit di terima oleh akal sendiri apalagi orang lain.
Sejujurnya Zilka telah lama memperhatikan Bintang selalu membawa buku tebal hitam yang terlihat menyeramkan, Zilka tidak mengerti itu untuk apa tetapi terkadang diliriknya tidak satupun angka atau huruf yang terlihat, namun anehnya Bintang seolah serius seperti membaca koran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooting Star
FantasyKeluh dan kesah penderitaan hidup Zilka terdengar oleh DSS (Departement Shooting Star). dan pemerintahan DSS menurunkan unit no. 507 untuk pengawalan terhadap Zilka, hal ini sering dianggap manusia sebagai bintang jatuh. Unit no. 507 hanya akan ke...