Admit it.

26 2 0
                                    


Aku berjalan terseok-seok di tengah pusat perbelanjaan kota. Bau amis ikan menguar disekelilingku, asap-asap hasil pembakaran menghambur, membatasi jarak pandang. Sudah 3 jam aku tersesat di kota baru ini, dengan orang-orang yang tidak kukenali, dan bahasa yang tidak kumengerti. Aku butuh istirahat.

Hari ini seharusnya merupakan jadwal seminarku, dan pukul sembilan pagi aku masih di sini, di pasar yang aneh dan asing.

Kronologisnya begini; aku menumpang taksi dari hotel, setelah memberitahu tujuanku (yang aku lihat dari google maps) pada sopir taksi yang tidak bisa berbahasa inggris, lalu ia menurunkanku di pinggir jalan yang luas, mengarahkan tangannya seperti bahasa isyarat untuk memberitahuku ke mana harus berjalan, aku berusaha keras untuk mencernanya, namun tidak mampu. Terpikir untuk menggunakan maps, oleh karena itu, aku hiraukan saja sarannya. Namun di tengah jalan, hp ku mati, sehingga aku tersesat seperti saat ini. Jalan ini sangat sempit, bahkan taksi tidak bisa melewatinya.

Aku sudah muak, lelah, merasa bodoh dan arogan. Tersesat di negara orang tanpa ada yang bisa dihubungi merupakan hal terakhir yang terlintas dalam benakku.

Ketika aku duduk di salah satu pelataran toko, seorang pria menghampiriku.

"Kau terlihat seperti bukan orang asli sini" Katanya dalam bahasa inggris.

Aku sedikit terperangah, ternyata Tuhan masih memberikan harapan padaku.

"Ya, saya tersesat. Bisa anda beritahu arah menuju hotel Grand Palace?" Tanyaku penuh harap.

"Tentu, mari ikut denganku."

Kami lalu berjalan bersisian. Ada rasa cemas ketika dengan mudahnya dia memberi tolong padaku, tidakkah ia ingin berniat jahat? Namun, di dunia ini masih ada orang baik bukan?

"Sebelumnya kenalkan saya Lason. Bagaimana ceritanya anda bisa tersesat sampai di sini?

"Saya menumpangi taksi dari hotel tempat saya menginap, supir itu menurunkan saya dekat sini dan memberikan arahan dengan bahasa isyarat. Saya heran, mengapa pelayan transportasi publik tidak bisa berbahasa inggris."

"Bukan karena mereka tidak bisa, namun itu adalah bahasa mereka, bahasa yang harus dijunjung tinggi. Warisan turun temurun yang tidak boleh punah." Ucapnya lembut.

Sejak saat itu aku yakin dia tidak akan berniat jahat setidaknya jika aku tidak melakukan hal jahat juga padanya.

"Kau bilang mereka, kau bukan orang asli sini?"

"Bukan, aku hanya plesiran beberapa hari di sini. Aku dari Perancis."

"Itu hobimu?" Tanyaku, sejujurnya aku sedikit terpukau ketika mengetahui bahwa dia orang Perancis.

"Hobi dan pekerjaanku." Jawabnya sambil tersenyum lagi.

"Bagaimana bisa? Pekerjaan yang aneh."

"Bagian mananya yang aneh, nona?" Tanyanya.

"Bekerja sebagai wisatawan."

"Hahaha, kau sangat lucu. Bukalah saluran youtube-ku dan media sosialku, kau akan mengerti bagaimana pekerjaanku. Lain kali, berpikirlah sedikit terbuka. Kita sudah sampai, ngomong-ngomong." Ia memberikan kartu namanya, kemudian menunjuk gedung hotel tempat seminarku dilaksanakan.

"Terima kasih sudah mengantarku, terima kasih banyak" Ucapku.

"Aku yakin kita akan bertemu kembali, entah besok, dua hari, seminggu ataupun tahun depan. Sampai jumpa ketika saat itu" Setelah mengatakan itu, ia mengacak rambutku sedikit lalu balik badan dan pergi menjauhi hotel.

***
Hari yang melelahkan, lebih baik kugunakan untuk berendam air hangat sambil membaca buku.

Satu-satunya buku yang kubawa ke negara ini adalah jurnal misterius itu.

Kubaca di hampir semua lembar, ada satu halaman yang membuatku merenung sedikit mengenai kejadian tadi.

Kertapura, 06 maret 2011

Everybody has their own way. Admit it.

Yours is better, others are worst.

Ugh sorry, i'm kidding.
Sarcasm is my favorite medicine.

Don't use the same point as an assess.

A fish can't walk on the land.
A Tiger can not climbing the tree.
A monkey can't swimm.

They are unique by their ownselves.
They are doing fine, don't worry.
They are happy among the differences.
And they live in a truly harmony.

What's good for them is their choice.


Aku tersenyum bersalah, seharusnya tidak bersikap arogan seperti dulu.

Unspoken WordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang