10. Bersama

2.3K 51 8
                                    

Rumah Sakit Ishida, 11.30 AM

"Aku sudah dengar..", ucap Akira pelan tanpa menoleh ke arah Alice yang sedang duduk di atas tempat tidur pasien. Sangat tak di duga bagi Alice melihat suaminya pulang hanya untuk menjenguk nya. "Kau lupa minum obat atau tidak mau ?"

Itu pertanyaan yang sulit bagi Alice. Ia bahkan tak tau apakah ia lupa atau tidak mau. Ia belum sepenuhnya yakin dengan jawaban yang ia simpan di dalam benaknya. "Kenapa ya.. ?", gumam Alice menghindari pertanyaan dari Akira. Laki-laki yang menyerahkan hidupnya untuk bersama Alice itu pun hanya menghela nafas.

"Ini adalah waktu-waktu yang tak kuinginkan, tapi.. aku akan merindukan waktu yang seperti ini..", ucap Akira sambil meregangkan sendi-sendi ototnya. Alice hanya menatap punggung lebar Akira. "Kenapa kau tak menyuruh Satoru dan Emil masuk ?", tanya Alice dengan nada datar.

"Kenapa ? Kenapa ya.. ?", jawab Akira dengan enteng. "Akira..", geram Alice yang seperti memaksa Akira untuk menjawab. "Ya... mereka berdua ditarik oleh Haruka-san..", jawab Akira menoleh ke arah Alice dengan sengiran. "Jangan lihat ke arah ku.", ucap Alice pelan. "Hah ? Kenapa ?", tanya Akira bingung.

"Jangan lihat."

"Kenapa ?"

"Jangan lihat."

"Kau malu ? Tapi kau tidak telanjang--"

"Jangan lihat !", ucap Alice meninggikan suaranya.

Akira pun membelakangi Alice tanpa berkata apa pun. Tak lama kemudian, Alice pun mulai mendekati Akira dan melingkarkan lengan mungilnya di sekitar leher Akira sambil tersenyum. "Tidak seperti biasanya kau memeluk ku duluan..", ucap Akira sedikit terkejut. "Tidak seperti biasanya kau tak membalas pelukan ku.", jawab Alice sambil memperlebar senyumnya. Tak lama kemudian, Akira pun membalikkan badannya dan memeluk erat badan mungil Alice.

"Hangat...", gumam Alice yang merasakan kehangatan yang menyebar di hatinya. Dia merindukan kehangatan ini. Dia simpan kerinduannya selama beberapa bulan terakhir. Dan pada akhirnya, ia mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Ayo, pulang dan kita bisa melakukan lebih dari ini..", bisik Akira di telinga Alice. "Hei, sejak kapan kau jadi mesum ?", tanya Alice sambil menyipitkan kedua matanya. Sontak wajah Akira langsung memerah padam dan melepaskan pelukannya, "Me-Mesum ?! A-A-Aku tidak me-mesum !", jawab Akira seperti orang gagap.

"Sangat jelas bohongnya..", ucap Alice dengan nada datar. Akira pun mengembungkan kedua pipinya, "Hmph ! Kau merusak suasana !", ucap Akira cemberut. "Aku tidak merasa begitu..", jawab Alice menahan geli melihat Akira yang cemberut seperti anak kecil. "Tertawa semau mu !", ucap Akira memalingkan matanya. Ia masih cemberut.

Alice pun memberinya tanda agar mendekat. Awalnya ia tak menghiraukan nya. Setelah Alice bujuk untuk mendekat berkali-kali pun, baru Akira menurut. "Maaf.", gumam Alice setelah mencium cepat bibir Akira. Tidak ada respon dari Akira untuk beberapa menit.

"O-Oi.. kita sudah menikah selama 7 tahun dan wajah mu memerah setelah ku beri ciuman di bibir ?", tanya Alice tak yakin melihat wajah merah padam Akira. Ia malah sempat membuka jendela kamar untuk menghirup udara segar. Tak lama kemudian, Akira pun menoleh ke arah Alice, "Aku beruntung menikah dengan mu ! Koishiteru*~~", ucap Akira tiba-tiba sambil menempelkan pipinya ke pipi Alice.

(*Aku mencintaimu~~)

"Aku juga.. ", gumam Alice sambil tersenyum.

------

Beberapa minggu setelah Alice keluar dari rumah sakit..

"Okaa-san, minum obat !", panggil Emil walau ia tau ibunya tak ada di sekitarnya. Setelah beberapa hari di rawat di rumah sakit, Alice pun di perbolehkan untuk pulang ke rumah dengan syarat ia harus rajin meminum obat-obatannya. Dengan begitu, satu rumah selalu mengingatkan Alice untuk meminum obat agar kondisi badannya cepat membaik.

"Suara cempreng !"

"Mata empat !"

"Gila kerja !"

"Pilih-pilih teman !"

"Mesum !"

"Ee..."

"Hah ! Kau kalah !!", ucap Satoru sambil melayangkan kepalan tangannya ke langit. "Yang terakhir benar-benar menusuk hatiku..", gumam Akira dengan sedihnya. Yang Emil harapkan adalah kehadiran ibunya yang turun dari lantai 2, tapi ternyata hanya dua orang yang selalu mencemooh satu sama lain. Dan pemenangnya selalu Satoru.

"Otou-san, okaa-san dimana ?", tanya Emil kepada ayahnya. "Sedang mandi.", jawab Akira sambil menatap anak perempuannya. Emil hanya ber-oh-ria dan memutuskan untuk memberi obat kepada ibunya setelah ia selesai mandi.

TOK TOK

"Permisi.", ucao seorang laki-laki dari luar pintu ruang makan. "Siapa ?", tanya Akira yang sudah duduk di meja makan. "Ini saya, Tuan. Maaf menganggu makan pagi anda, tapi Tuan Muda Satoru mendapatkan tamu.", jawab pelayan laki-laki yang sudah bekerja di rumah itu selama 6 tahun. "Tamu ?", tanya Satoru tak dapat terpikirkan satu orang pun di otaknya.

"Perempuan kah ?", ucap Akira bercanda sambil menatap sipit anak laki-lakinya. "A-Aku tak punya teman perempuan !", bantah Satoru dengan sedikit rona merah di pipinya. Pelayan tersebut berdeham dan membuat Emil, Satoru, dan Akira mem-fokuskan diri ke pintu.

"Satoru~~", panggil seorang anak laki-laki berambut hitam. Sebuah kacamata bertengger di telingannya. "O-Otori ?!", ucap Satoru terkejut. "Iya, ini aku !! Ayo kita main hari ini !!", ajak anak laki-laki yang memiliki nama Otori tersebut sambil memeluk Satoru erat. "Le-Lepaskan !", ucap Satoru berusaha melepaskan pelukan super erat dari 'tamu'nya.

"Hei, Emil.. apa menurutmu anak yang bernama Otori itu aneh.. ? Otou-san tak pernah melihat laki-laki memeluk laki-laki lainnya dengan erat seperti itu..", ucap Akira dengan volume suara sekecil mungkin. "Iya, aneh sekali. Emil ingin membunuhnya...", ucap Emil dengan tatapan tajam. Akira dapat melihat aura kekejaman di sekitar Emil. Tepatnya ia menatap Otori dengan tatapan membunuh.

"Ja-Jangan bilang bahwa Emil...", pikir Akira tak percaya dalam hati. "Selamat pagi.", ucap Alice yang baru saja turun dari tangga. Alice yang melihat Otori pun bingung. "Pacar ?", tanya Alice kepada Satoru. Pertanyaan yang aneh bisa dibilang, tapi begitulah sifat Alice. "Bu-Bukan !!", bantah Satoru kesal. Beda halnya dengan Otori, rona merah tertempel di kedua pipinya.

"Ja-Jangan bilang...", pikir Alice membuatnya benar-benar terkejut. Ia pun langsung menatap Akira yang ternyata sedang menatap nya juga. "Anak kita dalam bahaya..", pikir kedua pasangan suami-istri tersebut melalui tatapan mata.

------

12.00 PM

"Akira..", panggil ku sambil bersender di bahunya. "Hmm ?", jawab Akira yang sedang membaca buku. Aku pun tersenyum dan menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa..", jawab ku sambil memejamkan mata.

Walau masalah ku belum selesai, tapi aku yakin.. Bahwa bersama keluarga ku, aku tak perlu menghadapinya sendirian. Aku merasa tenang seperti ini. Di dalam genggaman nya, aku merasa semua hal akan baik-baik saja..

Pikirku dalam hati.

FIN.

○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●○●

Maaf banget kalo endingnya maksa, soalnya author bener-bener engga dapet feelnya pas buat cerita ini. Sekali lagi, author minta maaf ! (_ _)

Ngmg", siapa yang tau apa arti pikiran Alice sama Akira tentang temen nya Satoru, si Otori ? :3 komen yaaa xD vote jugaa xD

After-Marriage LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang