Prolog

551 15 0
                                    


Kuselipkan secarik kertas ke saku jaketku. Kertas yang telah kubaca berulang-ulang sejak aku menginjakkan kakiku di bandara ini. Tepat sekali! sekarang aku sedang di bandara. Sekitar lima belas menit lagi pesawat yang akan kutumpangi akan take off. Perasaanku saat ini sungguh tak jelas. Semuanya campur aduk antara senang, sedih, bingung, dan sedikit berharap. Apa yang aku harapkan? Hmm aku hanya berharap dia datang. Aku tak berharap orang lain yang datang, bahkan jika itu adalah orangtuaku. Mungkin karena aku tak menyukai mereka... sejak kecil. Sejak kecil mereka tidak terlalu memperhatikan anak satu- satunya ini. Mereka hanya berpikir bahwa anaknya hanya membutuhkan uang mereka. Ah jika aku mengingatnya hanya membuatku dongkol saja!

Daripada memikirkan itu lebih baik memikirkan hal lain. Aku pun mengeluarkan secarik kertas yang tadi aku masukkan ke kantong jaketku. Aku membacanya berulang- ulang. Oke, Mungkin aku gila jika berpikir tulisan itu akan berubah. Tapi memang itulah yang aku inginkan. Sebenarnya sekarang aku sedang menunggu seseorang. Lebih tepatnya berharap seseorang datang. Tapi sudah sekitar satu jam aku menunggu, seseorang itu tak muncul juga. Baiklah, aku menyerah. Tidak mungkin dia datang. Ya tidak amungkin, aku meyakinkan diriku sendiri. Aku hanya berharap terlalu lebih.

Terdengar suara pengumuman dari speaker bandara yang menyadarkanku dari lamunanku. Pengumuman bahwa pesawat yang aku tumpangi akan take off. Aku pun segera beranjak dari dari tempat ini untuk segera boarding. Tak lupa kuselipkan kembali kertas tadi kedalam saku jaketku. Aku sadar bahwa kertas itu terlihat usang. Bukan karena sudah lama, namun karena terlalu sering aku pegang dan aku baca. Bahkan tidak jarang aku menangis saat membacanya. Mungkin karena sering basah oleh air mata, saat ini kertas itu tak jelas bentuknya.

Sambil berjalan aku mengirup napas dalam- dalam. Mungkin memang inikah akhir ceritaku? No, it's not end of my life. It's just a part of my life. Aku pun mencoba menghapuskan air mata yang turun sedari tadi. Akan kucoba menatap lurus kedepan dengan senyum bahagia. Disana, aku pasti menemukan seseorang yang dapat munutup luka ini. Luka yang terlalu lama menganga dan sulit tertutup. Pikirku meyakinkan diri.

"Miss," tiba- tiba ada yang menyentuh pundakku. Aku pun berbalik.

"Yes, what's wrong?"

"Is yours?" sambil mengangkat tas yang memang milikku. Ternyata aku lupa membawanya. Mungkin karena terlalu memikirkan hal yang tidak penting.

"Oh iya. Terima kasih Mas,"

Ternyata yang menolongku lelaki berusia sekitar beberapa tahun diatasku. Dia berpenampilan rapi dan kelihatan perfectionist menurutku. Tubuhnya pun tegap dan atletis. Namun dari semua itu, aku menyukai matanya yang teduh dan senyumannya yang manis. Saat ia tersenyum, akan terlihat lesung pipit di kedua pipinya. Warna kulit yang ia miliki seperti orang Asia kebanyakan. Tidak sepertiku yang memiliki keturunan Perancis-Indonesia. Ya, ayahku memang keturunan Perancis dan ibuku asli Indonesia. Karena itu aku memiliki kulit yang kalau menurut teman- temanku sih indo kagak bule kagak. Dan aku memiliki mata berwarna biru laut seperti ayah. Namun, ibuku menurunkan rambutnya yang hitam kecoklatan kepadaku. Ibu selalu bilang bahwa aku cantik karena memiliki tubuh yang serba blasteran. Oke, sebenarnya aku syukuri akan hal itu.

"Oh ternyata bisa bahasa Indonesia toh," ucap lelaki itu sambil manggut- manggut. Terlihat dari tampangnya yang serius, dia sedikit berpikir.

"Ya begitulah," ucapku sambil tersenyum sopan.

"Oh ya perkenalkan nama saya Dylan," ia mengulurkan tangannya yang kusambut dengan senang hati. Aku pun tidak tahu mengapa aku merasa senang.

"Kayla," jawabku singkat.

"Kemana tujuanmu?"

"Tujuanku ke Paris. Bagaimana denganmu?"

"Same with you"

"Really?" responku terlalu cepat dan tanpa sadar suaraku sedikit keras.

"Yes. Nice to meet you," balasnya dengan tersenyum.

Aku pun hanya balas tersenyum tanpa mengatakan apa- apa. Karena aku yakin dia tau maksudku.

Baiklah. Bolehkah aku berpikir bahwa ini adalah awal yang menyenangkan? Apakah dia orangnya nanti? Aku tak ingin berharap banyak. Yang kuharapkan saat ini hanya menjalani apa yang sudah kumulai. Mulai dengan suasana baru. Negara baru. Lembaran Baru. Dan tentunya orang- orang baru. Akan kutinggalkan semua kenangan yang ku punya disini. Bukankan kenangan dibuat untuk dilupakan? Itulah yang ada di benakku. I'm coming Paris!

------------------

Ini cerita yang udah dibuat dari jaman kapan tau dan baru niat dilanjutin 2017 ini. Semoga saya ga omdo yaaa!! haha

happy reading guys!

I Find YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang