Pagi ini Abel berjalan melewati koridor dengan kantung mata yang tebal. Mungkin ini akibat efek dia tidak bisa tidur karena memikirkan ucapan Bintang minggu lalu. Ah lagi-lagi dia jadi kepikiran dengan ucapan Bintang.
Satu minggu sebelumnya. (setelah pergi bersama Bila.)
Saat sudah sampai rumah. Abel langsung menuju kamarnya dan langsung tertidur begitu saja, padahal ini sudah jam 3 sore. Tetapi karena badan, otak, dan hatinya sedang capek, Abel pun memutuskan untuk tidur sebentar.
Setelah mandi, Abel langsung pergi ke kamar untuk menyiapkan mata pelajaran buat besok. Abel merasa bahwa kantuknya tak kunjung hilang. Abel pun berniat untuk tidur lagi. Tetapi niatannya tadi seolah terhenti karena mendengar pintu balkon kamarnya ada yang mengetuk. Apa itu Bintang? Abel pun langsung membuka pintu balkon.
"Ngapain lo dateng malem-malem gini?"
"Malem darimana?! Ini masih jam delapan malem kali."
"Ish yaudah lah langsung to the point aja. Lo pasti dateng karena ada sesuatu. Kenapa, lo mau bilang kalo lo udah pacaran sama Audi?"
"Ihh ya biasa aja dong sensi amat kalo gue pacaran sama Audi. Kenapa lo cemburu?" ucap Bintang tak kalah sewot, apa benar Abel cemburu jika dia berpacaran dengan Rara a.k.a Audi? Tapi nada bicaranya seakan Abel tidak rela jika ia berpacaran dengan R
Audi."Apaansih?! Mana mungkin lah. Gue malah seneng kali. haha." Abel menjawab perkataan Bintang dengan tertawa.
"Yauda sih. Lagian gue kesini mau ngomongin hal yang lebih penting."
"Jadi, ternyata Audi itu Rara temen kita SD. Dan itu adalah point plus biar gue bisa tambah deket sama Audi alias Rara."
Deg...
padahal Abel telah melupakan kejadian tadi. Tapi kenapa waktu Bintang bilang itu Abel merasa sedikit tidak senang ya? Seharusnya dia senang dong, kan Rara adalah teman dekatnya juga pas waktu SD."Wahh bagus dong!! Kalo kayak gitu gue makin yakin kalo lo 99 persen kalian bisa pacaran." ucap Abel yang langsung memeluk Bintang. Bintang yang dipeluk langsung kaget.
****
"Woy! Lesu banget jalannya mbak." Abel langsung menoleh dan mendapati Ardan dibelakangnya. "Emang ya, yang namanya Ardan itu hobby banget ngagetin orang." Abel langsung melanjutkan jalannya menuju kelas, meninggalkan Ardan yang cekikikan di tengah koridor.
"Eh bel, lu utang cerita ya sama gue."
"Cerita apaansih bil? Udah seminggu lu ngomong gitu mulu. Capek dengernya."
"Itu loh, yang lu tiba-tiba keselek es krim pas di MCD. Pasti kan ada alasannya mana mungkin keselek tiba-tiba."
Mendengar ucapan Bila, Abel jadi teringat 1 minggu yang lalu saat di MCD. Abel pun menyuruh Bila mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat Bila terkejut bukan main. "APA?!! JADI KEMAREN ALDEN SAMA TISSA KE MCD BARENG! OH NO!!!" Abel langsung membekap mulut Bila.
"Hm. Gue juga kaget sih sebenarnya, makanya gue pas itu keselek."
"Mereka itu, pacarankah? Tapi gak mungkin deh. Soalnya ya, gue itu gak pernah liat si Tissa jalan atau sekedar omong-omongan sama Alden. Terlebih Alden juga ketua osis pasti dia juga gak ada waktu lah buat ngeladenin sikap gajenya Tissa."
"Udah ah, lagian juga itu udah seminggu yang lalu. Udah lama jadi gak penting lagian-" Abel menghentikan ucapannya karena ada yang menepuk pundaknya. "Ih siapa sih?! Ntaran gue masih mau cerita nih." Ucap Abel tanpa menoleh ke belakang.
"Lagian Tissa kan gak-"
"Abel, jika kamu masih ingin berbicara di kelas saya. Kamu boleh keluar sekarang!" Ucap bu Lely memotong ucapan Abel. Abel yang mendengar suara bu Lely lantas segera menoleh ke arah belakang dengan mulutnya yang membentuk huruf 'o'. Sekelas pun tertawa melihat tingkah Abel. "Sudah sudah! Jangan berisik. Mari kita mulai pelajaran hari ini."
Ardan yang daritadi mengejeknya dari kelas sampai kantin, membuat kesabaran Abel terkuras habis. "ARDAN! LO BISA GAK SIH NUTUP MULUT LO YANG KAYAK CEWEK ITU. GUE GAK HABIS PIKIR YA, NYOKAP LO NGIDAM APA COBA? SAMPE ANAKNYA BEGINI." Teriak Abel di meja kantin yang membuat dirinya menjadi obyek utama. Masa bodo dengan dirinya yang dilihat oleh banyak orang Abel pun melanjutkan makannya. Abel yang mendengar suara tepuk tangan, menghentikan makannya dan menoleh ke arah orang yang bertepuk tangan.
Disisi lain, Bintang yang sedang duduk berdua dengan Audi dan sedang membicarakan sesuatu yang penting tiba-tiba terhenti, karena ingin melihat apa yang sedang terjadi.
Prok prok prok....
"Wow! Berani banget ya teriak - teriak di kantin, dipikir nih kantin punya nenek moyang lo! Ups, gue lupa lo kan cewek urakan jadi-"
Plak.
Abel menampar Tissa, kali ini suasana hatinya sedang tidak enak. Apalagi tadi melihat Bintang duduk berdua dengan Audi. Padahal biasanya Bintang duduk berdua dengannya. Di tambah Tissa yang datang dengan membawa sebuah drama."Lo!" Geram Tissa yang langsung menerkam Abel mulai dari menjambaknya, menyubitnya, memukulnya. Abel yang terkena terkaman dadakan dari Tissa pun belom siap dan langsung jatuh tersungkur. Bintang yang melihat kejadian itu langsung ingin menuju ke tempat Abel tetapi diurungkan niatnya setelah melihat Alden yang telah memberhentikan kegiatan Tissa yang memukuli Abel.
Bintang pun mengepalkan tangannya. Audi yang melihat itu langsung tersadar bahwa Bintang memang menyukai Abel. Alden pun memapah tubuh Abel ke UKS dengan diikuti oleh Bila dan juga Ardan.
***
"Jadi, tadi kamu mau ngomong apa tang?"
"Ehm. Lo mau jadi pacar gue gak?" Tanya Bintang dengan lancar. Audi terkejut dengan pernyataan Bintang. Buat apa Bintang menembaknya jika jelas dia suka terhadap Abel bukan padanya. Audi tersenyum ia seakan tersadar, mungkin dia memang untuk pelarian Bintang sementara.
"Aku gak mau tang, maaf ya. Tapi kita masih tetep bisa temenan kok." Audi pun memamerkan senyumnya. Bintang yang mendengar jawaban Audi pun kaget, bukannya Audi suka pada dirinya, apa dia salah mengartikan sikap Audi selama ini? Sumpah tuh cewek penuh teka-teki aja kayak lagunya Raisa.
"Gue masuk ya bel." Ucap Ardan yang langsung memasuki rumah Abel dan mendapati Bintang yang sudah duduk di kursi tamu Abel. Ardan dengan cueknya melewati Bintang tanpa menyapanya dan langsung memasuki kamar kakak Abel yang namanya sama dengannya.
"Ih si Ardan. Kayak yang punya rumah aja." desis Abel dan melanjutkan perjalanannya ke dalam rumah. Abel pun terkejut mendapati Bintang. Sedangkan Bintang yang melihat Abel langsung berdiri dan menariknya ke teras rumahnya Abel.
"Lo tahu? Masa gue di tolak sama Audi. Perasaan gerak gerik dia itu kayak mengatakan kalau dia suka gue."
"Yah mungkin dia lagi ada masalah. Ya kan mana tahu kalau dia berubah pikiran besoknya."
"Iya juga sih ya." Bintang pun cengengesan mendengar ucapan Abel. Sedangkan Abel merasa sedikit senang sedikit sekali saat mendengar ucapan Bintang bahwa dia telah ditolak oleh Audi.
"Udah sana lo mandi, jangan lupa pake kembang 7 rupa. Barangkali ntar ketularan mantan gue. Lo jadi kayak harimau awut - awutan." Ucap Bintang yang langsung dihadiahi oleh dorongan dari Abel. Abel pun menonjok lengan Bintang.
"Kurang ajar lo."
Maapkeun jika ada typo. Maklum lagi malas cek lagi. Hehe. Tinggalin jejak ya biar saya tahu. Sebenernya sih udah mau fokus belajar dulu karena udah kelas 9. Tapi pengen banget gitu ngelanjutin ceritanya.
*eh malah curcol*
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi
Novela JuvenilBerawal dari Abel yang menyuruh Bintang untuk membuang jauh-jauh perasaannya kepada Abel dan menyuruhnya untuk mendekati Audi anak baru di sekolahnya. Perlahan-lahan Bintang mengetahui kisah hidup Audi dan membuatnya tertarik terhadap Audi dan melup...