Chapter 6

1.9K 80 0
                                    

Quinza melemparkan pandangan pada satu orang wanita yang tiba-tiba duduk seperti orang khawatir pada temannya, padahal ia bisa lihat sendiri kalau wanita dengan gaya rambut bob memakai topi berwarna merah itu hanya sendiri.

"lo nggak kenapa-napa?"

Seperti itu yang Quinza dengar, wanita itu bertanya dengan nada yang sangat khawatir. Quinza merasa ketakutan.

"Bun...bunda orang itu aneh"

Quinza menunjuk yang membuat Widya juga ikut melihatnya, melihat putrinya merasa ketakutan dan risih dia segera menggendong Quinza menjauh.

Quinza menikmati kembang gula yang sangat manis, jika biasanya Widya melarang Quinza untuk memakan makanan yang manis itu sekarang ia memperbolehkannya. Baginya asal Quinza bisa tersenyum itu sudah cukup membuatnya bahagia.

***
"Gua ingat sesuatu tentang diri gua"

"Apa yang lo ingat?"

Jinan menatap lurus ke depan, berusaha mengumpulkan memori apa yang ia ingat.

"Gua lari ketakutan"

"Terus?"

"Gua melihat ada jurang itu aja"

Airin mengangguk sok mengerti, dia mondar-mandir sibuk memikirkan sesuatu.

"Hanya dua yang bikin lo mati, pertama lo jatuh dari jurang dan yang kedua ada yang sengaja mendorong lo"

"Mendorong gua? Tapi feeling gua sih bilang selama hidup gua tuh orangnya baik nggak mungkin ada yang sejahat itu sama gua"

"Baik apanya kalau lo aja selalu bikin gua naik pitam yang ada gua juga niat tau bunuh lo"

"Tapi percuma sih, gua udah mati juga hantu mana bisa mati dua kali"

Airin memutar malas matanya, dia segera mengambil tas ransel di atas sofa berwarna cream bludru.

"Lo mau kemana?!"

"Ngerjaiin tugas, lo jangan kemana-mana! Jaga nih rumah kalau ada yang ngerampok jahilin aja nggak apa-apa gua ikhlas bye!"

Pintu tertutup dengan sangat keras dan lagi-lagi membuat Jinan kaget.

"Sabar Jin.. Kalau nggak ingat lo yang mau bantuiin gua, udah gua cekik lo dari dulu pe'a!!"

Airin turun dari dalam bis lalu berjalan menuju kafe yang di maksud oleh Devian, dia segera masuk ketika menemukan kafe dan bisa ia lihat dua cowok sedang duduk berhadapan dekat kaca besar kafe.

"Hai Airin"

Devian menyapanya lalu di ikuti oleh Dominio yang menyapanya juga.

"Gua telat yah?"

"Hmm nggak.. Kita juga barusan nyampe kok"

"Gua kiraiin udah telat, lo mau makan apa minum? Biar gua yang pesanin"

Airin menawarkan diri, dia merasa tidak enak karena datang terlambat.

The Doll : The Terror of DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang