Chapter 12

1.2K 62 3
                                    

Airin melangkah penuh percaya diri tentu saja karena hari ini dia tidak terlambat jadi dia mempunyai banyak waktu untuk sedikit bersantai.

"Auuu"

Airin meringis saat ada mahasiswa dari fakultas lain tiba-tiba menabrak bahunya, mahasiswa yang tidak ia ketahui namanya itupun segera meminta maaf lalu kembali berjalan dengan tergesa-gesa. Airin menggidikkan bahu tanda tidak peduli sampai ia melihat rombongan mahasiswa lainnya yang turut berlari ke arahnya.

"Ada apa?  Kok tiba-tiba mahasiswa pada lari-lari gini?"

Airin mencoba menghentikan Tiut, mahasiswa bertubuh gempal yang kebetulan satu fakultas dengannya.

"Di lobi... A-anu..."

"Di lobi emang kenapa?"

"Ada mayat!!!"

Airin mematung sejenak saat ia mendengar kata mayat, Tiut kembali menyusul untuk melihat kehebohan di lobi. Airin juga segera berlari untuk memastikan bahwa yang terlintas di pikirannya itu salah. Dia berusaha menerobos kerumunan mahasiswa dan betapa terkejutnya ia ketika melihat mayat tersebut, dia menutup mulutnya untuk menahan mual.

"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Tasya"

Tim forensik dan polisi segera mengidentifikasi mayat Tasya, beberapa reporter juga telah datang dan garis pengaman dipasang agar proses identifikasi tidak terganggu.

Airin kembali dengan tatapan yang kosong, kakinya seolah kehilangan sendi-sendinya. Tubuh Airin lunglai dan hampir menyentuh lantai jika seseorang tidak cepat menangkap tubuhnya.

"Lo nggak kenapa-napa kan Ai?"

"Ta..Ta.. Tasya mati"

Suaranya bergetar, matanya berusaha menahan linangan air mata yang sudah siap tumpah dengan cepat Dominio membawa Airin kedalam pelukannya.

"Domi, lo percaya kalau gua bisa lihat hantu?"

Ucap Airin saat ia sudah tenang, Dominio membawa Airin ke halaman belakang taman kampus dimana tempat itu sangat sepi namun tidak bagi Airin, tempat itu sangat ramai dengan makhluk yang tidak bisa Dominio lihat.

"Meskipun gua belum pernah liat, tapi gua percaya lo bisa lihat itu semua"

"Baiklah  kematian Tasya bukan karena pembunuhan sama seperti kasus Pio, Tasya juga di bunuh oleh roh jahat tapi roh jahat tidak bisa melakukan itu semua tanpa bantuan manusia"

"Maksud Lo? Jadi roh jahat itu minjam tubuh manusia untuk membunuh seseorang?"

"Kurang lebih seperti itu, mereka tidak bisa menyentuh tapi mereka bisa merasuki jiwa dan gua yakin pembunuhnya itu adalah orang yang sama"

"Dari mana lo tahu kalau pembunuhnya adalah orang yang sama, maksud gua mungkin aja orangnya beda"

"Nggak Domi, Pio dan Tasya sama-sama punya luka yang sama yaitu di bagian leher bukankah aneh kalau dua mayat memiliki luka yang sama dari pembunuh yang berbeda?"

Sebenarnya ada satu lagi mayat yang memiliki luka yang sama tapi Airin enggan menceritakan pada Dominio, dia hanya tidak ingin mengorek luka lama dan Dominio juga tidak harus mengetahuinya.

"Kasus Pio belum selesai kan Domi?"

Domi mengangguk, sudah berapa minggu sejak kematian Pio tapi polisi belum bisa menangkap siapa pelakunya, jangankan menangkap mereka saja tidak bisa menemukan sidik jari di tubuh Pio meskipun ia di bunuh oleh seorang manusia, tapi percayalah roh jahat itu cerdik.

"Ternyata lo disini Airin"

"Oh ada Dominio juga, hai"

Sapa Devian yang hanya di balas tatapan sinis oleh Dominio.

"Pulang nanti bareng yah lo nggak lupakan janji kita?"

"Hmm iya Dev"

"Kalau gitu gua duluan, bye"

Dominio seketika sewot saat mengetahui Airin dan Devian akan pulang bersama hari ini.

"Lo janji kemana sama anak buku itu"

"Kepo banget sih!"

"Yah jelas! Mana bisa gua tenang liat calon istri gua jalan sama cowok lain"

Pipi Airin memanas saat Dominio tahu-tahu menyebut calon istri.

"Pulang nanti bareng gua, lo bisa pergi bareng Devian asal..."

"Asal apa?"

"Asal gua juga ikut, pokoknya gua ikut!! Nggak terima penolakan"

Dominio segera beranjak dari tempat duduknya berjalan meninggalkan Airin namun baru berapa langkah ia segera berbalik badan.

"Airin jangan suka sama Devian!! Suka sama Dominio aja tenang gua udah tobat jadi buaya"


The Doll : The Terror of DaisyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang