Airin melempar pandangan sinisnya saat melihat Dominio cengengesan sambil sesekali menggaruk tengkuknya.
"Yaelah Rin gua minta maaf, gua kira lo mau pergi nge-date sama Devian"
Airin tidak membalas ia hanya memutar mata jengah lalu melemparkan senyum pada sang pemilik rumah.
"Mari masuk"
Mereka bertiga pun semua masuk ke dalam rumah, mereka langsung di bawa menuju ruang makan yang dimana sudah ada pria paruh baya yang duduk di meja makan untuk memimpin.
"Jangan sungkan, anggap rumah sendiri saja asal jangan di jual"
Mereka semua lantas tertawa mendengar lelucon, Airin kagum pada sosok wanita yang sibuk menghidangkan makanan untuknya.
"Terima kasih"
"Sama-sama nak"
Wanita yang tidak lagi muda itu masih tetap menampilkan wajah yang cantik dan senyum hangat yang hanya di miliki seorang ibu.
"Quinza kemana Tante?"
"Quinza tidur, sepertinya dia lelah bermain seharian"
Airin dan Devian memang mengantar Quinza untuk pulang kemarin yang akhirnya membuat mereka berada disini, sebenarnya mereka tidak ingin memenuhi panggilan makan tapi karena mereka memaksa ya sudah Devian dan Airin mengiyakan saja lagipula Airin sudah bosan makan mie instan terus jadi kalau ada makanan gratis kenapa harus di tolak?
"Udah tancap aja terus makannya, gua makan kembang busuk pun nggak apa-apa lagipula kan gua bukan manusia"
Sindir Jinan yang sedari tadi melayang di dekatnya, hantu itu benar-benar tidak bisa membuatnya sedikit menikmati makanan.
Setelah acara makan selesai, Widya mengantar Airin untuk berjalan-jalan melihat seisi rumah. Airin sedikit takjub wanita di sampingnya ini benar-benar sangat ahli dalam mengatur rumah selain itu masakannya sangat enak.
"Ini foto siapa Tante? Kakaknya Quinza yah?"
Airin menebak karena dilihat foto itu merupakan foto yang sudah lama di ambil terlihat dari efek kamera yang sedikit kekuning-kuningan.
"Benar, dia anak pertama kami tapi sudah meninggal"
"Maaf Tante saya nggak bermaksud untuk membuat Tante sedih"
Widya lalu tertunduk lesu namun sedetik kemudian menunjukkan senyum dan mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.
"Saya dengar kamu tinggal sendiri"
"Kok Tante tahu sih"
Widya lalu menunjuk seseorang yang memakai kaos hitam.
Oh Dominio...
"Kalau kamu ada waktu, kamu kesini yah main itung-itung nemenin Tante dan Quinza"
Airin pun mengiyakan sempat berbincang sedikit sampai akhirnya Dominio datang dan memberitahu kalau mereka harus pergi ke suatu tempat, dari ekspresi Dominio, Airin sudah tahu kalau sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
"Eits bro siapa yang bolehin lo duduk di depan?"
Devian berusaha mencegah Dominio masuk ke dalam mobil miliknya.
"Nggak ada, tapi suka-suka gua dong mau duduk dimana"
"tempat ini khusus untuk Airin, lo duduk di jok penumpang aja"
"Oh ternyata lo tahu modus juga kiraiin nggak, tapi bodo amat gua nggak bakal kasih kesempatan buat lo"
Dominio lagi-lagi berusaha untuk masuk dan Devian yang masih keukeuh untuk menghalangi, Airin yang melihat sedikit memijat kening pusing melihat tingkah 2 lelaki di hadapannya yang seperti anak kecil.
"Berhenti!!"
Mereka masih tetap berantem dan tidak mendengar apa yang di katakan Airin barusan.
"Kalau kalian nggak mau berhenti gua naik taksi!"
Seketika Devian dan Dominio sudah duduk di tempatnya masing-masing, Airin bernafas lega karena mereka berdua akhirnya mendengarkan ancamannya.
"Bagus,anak pintar"
Airin mengelus kepala Devian dan Dominio dari belakang layaknya seorang ibu yang bangga terhadap anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doll : The Terror of Daisy
TerrorAirin Pinka wanita yang memiliki kemampuan untuk melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat oleh manusia normal lainnya. Hidupnya berubah tatkala hantu yang mati penasaran meminta bantuannya dan dari semua itu terkuat satu-persatu rahasia besar yang d...