Prolog - Mengapa?

27 4 3
                                    

Ah, mimpi itu lagi. Mengapa dia lagi? Aku lelah. Mengapa kenangan itu lagi? Aku muak. Mengapa tidak hilang juga? Seberapapun aku berusaha menghapus ingatan tentang dia, tetap tidak bisa. Sepertinya dia beserta kenangan yang dibuatnya sudah membekas di ingatanku. Aku tidak membencinya. Apalagi kenangan bersamanya. Aku hanya lelah. Mengapa? Karena kenyataan tidak sesuai dengan bayanganku. Kenyataannya sangat jauh berbeda dari bayangan. Kenyataannya, dia meninggalkan aku dengan senyum manisnya. Dia terlihat sangat baik tanpa aku. Ah, aku lupa. Wanita baru disampingnya itu pasti membuatnya terlihat baik. Terima kasih karena telah membuat dia bahagia. Sedangkan aku? Terus saja memimpikan masa depan yang indah bersama dia. Membayangkan setiap janji yang telah dia ucapkan. Aku tidak terlihat baik tanpa dia. Sama sekali. Setelah bertahun-tahun menjalin kasih dengannya dan kemudian dibuang begitu saja, bagaimana bisa aku terlihat baik?

❇❇❇

Aku menatap layar ponselku. Melihat foto yang baru saja dia upload di sosial media. Dia menunjukkan senyuman manisnya. Senyumnya memang selalu manis. Meskipun hubunganku berakhir pahit, tetap saja senyumnya manis. Dia memejamkan matanya. Pose yang aku ajarkan kepadanya, karena dia berkata dia tidak bisa berpose di depan kamera. Tetap menggunakan arahanku ternyata. Dan disebelahnya, seorang wanita mengecup pipi kirinya. Bahagia sekali pasangan ini. Ah, hampir lupa. Ia memberikan keterangan foto itu, "Tetap bersamaku sayang. Aku mencintaimu sampai rambutku memutih!❤" Hhhhhh. Kata yang sama seperti yang dia katakan kepadaku beberapa tahun lalu. Aku rasa dia akan memperlakukan wanitanya seperti dia memperlakukan aku. Aku tidak masalah jika ia melukai hatiku. Tapi aku tidak ingin ia melukai hati wanita lain. Mengapa? Karena aku terbiasa untuk disakiti. Aku tidak masalah jika ia meninggalkan aku. Mengapa? Aku sudah terbiasa ditinggalkan. Aku takut jika wanita lain tidak siap ditinggalkan oleh dia dan kemudian menangis saban hari. Yang kuharapkan hanyalah semoga saja wanita itu menjadi yang terakhir untuknya. Jika tidak, akan semakin banyak wanita berharga yang disakitinya.

❇❇❇

Kemudian aku membuka Line. Melihat profil dia, dan tertulis "areeta💜" di statusnya. Ah, padahal dulu namaku yang tertulis disana. Aku membaca pesan-pesan singkat darinya ketika aku baru saja menerimanya menjadi kekasihku. Sangat manis. Aku suka ketika ia memuji foto profilku. Aku suka ketika ia memberikan kata-kata sebelum tidur. Aku suka ketika ia mengatakan ia rindu padaku. Pesan dari dia memang selalu sukses membuatku tersenyum senang. Seperti sekarang ini. Aku masih saja membayangkan bahwa dia masih milikku. Dia selalu membuatku lupa akan dunia. Sayang, dia bukan lagi milikku. Mengapa? Mengapa dia sulit kulupakan?

❇❇❇

Aku rasa, sebentar lagi aku akan menjadi gila. Ketika menangis, aku selalu membayangkan dia mengusap air mataku. Ketika kesal, aku selalu merasakan tubuh hangatnya memelukku penuh kasih. Ketika bosan, aku melihat bayangannya melakukan hal konyol untuk membuatku terhibur. Mengapa? Untuk apa dia melakukan itu semua kalau pada akhirnya dia meninggalkan aku? Kurasa dia sama sekali tidak mengingatku. Kurasa dia tidak mengenang masa saat ia bersamaku. Mengapa aku terus memikirkan ia yang sama sekali tidak memikirkanku? Aku tidak bisa begini. Aku harus bangkit dari keterpurukan ini. Masih banyak hal lain yang harus aku capai. Kuharap aku segera melupakannya.

to be continued

Let MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang