Bab dua belas : Tentang dia yang memelihara luka

1.2K 60 1
                                    

Jangan lupa Vote dan Comments yaaa!

Happy Reading!

xoxo.

* * *

Levine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Levine

━━━━━┅━━━━━━┅━━━━━

"Elrana, kamu datang?" Levine yang baru dari toilet mengerutkan dahinya saat melihat putrinya berjalan berdampingan dengan Keizo di lorong hotel.

Keizo menunduk sedikit memberikan hormat, "om." Sapanya datar.

Levine mengangguk saja dengan tatapan yang tidak berpindah dari putri bandelnya itu.

"Kenapa? Aku gak boleh datang?" Katanya dengan nada tidak santai. Ia melirik levine tidak minat. Harusnya sekarang giliran keizo yang menyelamatkannya kan? Sepertinya rana sudah sangat menunjukkan tanda-tanda bahwa ia tidak nyaman.

Keizo memang sialan. Dasar manusia batu tidak tahu balas budi. Rana mengumpat sepupunya habis-habisan dalam hati.

Levine memijit pangkal hidungnya, berusaha sabar. Walau rana memang selalu memandang negatif setiap niatnya. "bukan seperti itu, kalau tahu kamu akan datang, kamu bisa berangkat bersama dengan keluarga kita."

Rana berkedip dua kali. Keluarga kita?

rana sontak tertawa sinis, "keluarga anda maksudnya?" Nada suaranya geli namun dengan pasti menohok levine tepat sasaran.

Levine merasa sebuah panah tidak terlihat menancap di jantungnya. "Rana..." levine menatap rana dengan ekspresi tidak terbaca, meski sorotnya terlihat sedikit menunjukkan kesedihan yang samar.

Lidahnya kelu, levine mendadak kehabisan kata-kata. Anak gadisnya sangat cantik hari ini. dulu jika levine membawakan rana oleh oleh berupa pakaian. Rana akan antusias dan langsung menjajalnya kemudian menunjukkannya pada levine dengan senyuman lebar dan mata yang berbinar.

Tapi sekarang? Hanya raut wajah dingin dan sorot penuh kebenciannya itu yang selalu diterima levine setiap bertemu. Levine seolah merasa tercekik dan kehilangan jiwa setiap bertemu dengan rana.

Rana menatap levine sekali lagi dengan sorot datar lalu tanpa mengatakan apapun ia melengos pergi. Tidak peduli sopan santun atau tatakrama yang selalu mamanya ocehkan setiap hari.

Levine tidak melepaskan tatapannya dari rana sampai gadis itu menghilang setelah pintu lift tertutup, ia menghela napas panjang. Lalu pandangannya beralih pada keizo yang masih menyorotnya tidak terbaca.

"Saya permisi om." Pamit keizo dengan nada dingin.

"Kei."

suara levine sontak membuat keizo yang sudah berjalan beberapa langkah, memberhentikan langkahnya. Meski tidak menoleh, ia mau mendengarkan. Dan bagi levine itu sudah cukup.

AntiHero #1 : Elrana Amelia Vearic (CRITICAL LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang