Bab Enam : Tamparan tak Terlihat

8.3K 576 9
                                    

haiii~ yuk tinggalkan jejak ya!

Happy Reading!

xoxo.

━━━━━┅━━━━━━┅━━━━━

"Lama banget." sungut rana dengan wajah tertekuk dan gadis dengan rambut tercepol asal itu bangkit dari sofa. Melangkah menghampiri Arzen.

Arzen terkekeh seraya meletakkan martabak keju itu diatas sebuah piring keramik. Rana mengekorinya dari belakang dengan sepasang matanya berbinar, ia memejamkan mata dan mencium aroma yang menguar dari martabak yang dibawa Arzen.

Rana bertepuk tangan senang, "eh wangi banget loh." Katanya kepada Arzen dengan antusias. Arzen hanya meliriknya geli. "Aku aja yang bawa." Rana mengajukan diri dengan wajah cerah.

Keduanya berjalan kearah sofa, Arzen melipat tangannya di dada dan mengikuti rana dari belakang, asik memandang Rana yang saat ini sudah lebih dulu duduk diatas sofa dan memasukkan potongan martabak keju itu kedalam mulutnya.

"Makannya pelan pelan." Intruksi Arzen lembut, ia duduk disisi kosong sebelah rana dan tersenyum kearah gadis itu. Arzen menahan tawanya saat remahan keju menempel di pipi rana. "Ini makannya gimana sih." Ia terkekeh. Tangannya terulur untuk mengusap pipi rana lembut dan menyingkirkan remahan keju itu.

"Ini enak banget, cobain." Rana langsung memasukkan potongan martabak kedalam mulut Arzen. Sepasang mata Arzen membola, terkejut. Pipinya menggembung karena potongannya ternyata besar. Ia kemudian mengunyahnya pelan dengan susah payah.

Rana menaik turunkan alisnya. "Enak kan?" Ia memasukkan potongan lain pada mulutnya, merasakan martabak itu seolah meleleh di dalam mulutnya. "Beli dimana sih?" Rana bertanya penasaran.

Arzen menenggak segelas air dan menatap rana, "deket clendestin. Tadi kasih tau bara." Jawab Arzen.

Rana ber-oh ria. Ia bersandar di bahu Arzen dan membuka sosial medianya. Memencet tombol like untuk beberapa foto orang-orang yang memang dikenalnya Dan kebetulan memang muncul di berandanya. tiba tiba notif dari direct message akun lain membuat rana menaikkan kedua alisnya.

"Kamu ngapain dm an sama teresa?" Alis rana berkerut, mengalihkan pandangan dari ponselnya dan memandang Arzen meminta penjelasan. Dadanya berdegup kencang sekaligus terasa sesak saat ini.

Arzen menoleh, ia menggeleng cepat. "Ini gak seperti yang kamu pikir, saudaranya teresa ada yang kena kasus. Dia minta tolong aku siapa tau aku punya kenalan pengacara yang bagus. Yaudah aku kasih nomor om vinzo." Jelas Arzen dengan jujur.

Rana terdiam, merasa kepalanya sedikit pening. Akhir-akhir ini ia agak terlalu sensitif dan paranoid sepertinya. Entah kenapa ia mulai takut bahwa Arzen tiba-tiba jatuh cinta dengan gadis lain ketika berselingkuh.

Urusan hati itu, agak tricky.

Rana menyorot Arzen, "oh gitu." Nadanya terdengar lemah. Rana mengalihkan pandangan kearah lain dan terdiam, merenung. bahunya bersandar pada sofa. Ia sejujurnya sangat ingin Arzen hanya untuknya saja. Rana tidak mau membagi Arzen dengan siapapun meski itu hanya untuk beberapa menit.

Cemas. Rana terlihat cemas. Arzen seolah tahu apa yang mengganggu rana. Ia menarik rana kedalam pelukannya. Mengelus rambut gadis itu. Jika cemas atau gelisah, rana akan sangat diam.

"Kita gak bakal berubah, aku.. gak bakal berubah. Kamu tenang aja, gak usah mikir macem-macem." Ujar Arzen lembut, membuat kehangatan menjalar di hati rana. Seolah kalimat Arzen mempu mengenyahkan segala kekhawatirannya seketika. "Gak usah overthinking, aku gak akan kemana mana."

AntiHero #1 : Elrana Amelia Vearic (CRITICAL LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang