Bab Sepuluh : Arzen, bodyguard pribadi atau dewa penolong?

6.8K 422 6
                                    

Jangan lupa Vote dan Comments!

Happy Reading!

xoxo.

━━━━━┅━━━━━━┅━━━━━

"Nathaniel."

Nathaniel yang sedang mengantri minuman itu lantas menoleh. Tatapannya langsung bertubrukan dengan iris hitam milik Arzen. Ia sedikit terkejut, dahinya berkerut dalam. "Arzen?" Gumamnya bingung.

Arzen tersenyum datar dengan sorot mata yang dingin. "Bisa bicara sebentar?"

Meski bingung dan masih tidak paham akan situasinya saat ini, nate mengangguk menyetujui ajakan Arzen. Keduanya berjalan ke salah satu spot mall yang tidak ramai dan sedikit sekali orang.

Arzen menghela napas kemudian menatap nate, tidak terbaca. "nathaniel, lo tau kan rana.. punya gue?" Pria tampan berjaket kulit hitam itu bertanya dengan nada yang tenang, seolah tidak menyimpan emosi atau maksud apapun.

Tapi meski diutarakan dengan nada yang biasa saja, Kalimat itu masih mampu menggelitik indra pendengaran nate. Dahinya berkerut. "rana bukan barang." Koreksinya agak tidak setuju dengan pemilihan kata yang digunakan oleh Arzen.

Arzen yang menumpukan kedua tangannya pada pembatas balkon, sontak memutar bola matanya mendengar respon nate. Ia menghembuskan napas kasar lalu berucap dengan intonasi yang penuh tekanan, "dia punya gue." Tatapannya yang semula tanpa arah, kini kembali tertuju pada lawan bicaranya. "Lo harus inget itu.. nate." Tambahnya dengan nada rendah yang mampu mengintimidasi siapapun yang mendengarnya tidak terkecuali nate. Secara naluri, entah bagaimana tapi nate merasa bahwa situasinya saat ini terasa.. berbahaya?

nate menyentuh belakang leher sambari menelaah kalimat Arzen barusan, Kernyitan di dahi laki laki itu semakin dalam ketika menyadari maksud dari kata-kata Arzen. meski seolah instingnya tengah mendentangkan alarm tanda bahaya. Nate tetap mengutarakan isi kepalanya karena ia masih menganggap Arzen sebagai teman sekolahnya. "arzen, apa lo sadar? Lo ngomong seolah rana itu properti lo." Nada suaranya terdengar tidak mengerti.

Arzen berkedip. Ia mengepalkan tangan dibalik tubuhnya, mulai kehilangan kesabaran. Kemudian terdiam. Ah tapi arzen tidak boleh seperti itu lagi. rana akan membencinya jika sampai ia lepas kontrol. Pria tampan itu lantas mengalihkan tatapan dari nate, memejamkan mata berusaha meredam emosi yang berusaha mengambil alih ketenangannya.

Setelah beberapa saat, Arzen mengukir senyuman ramah. "tolong ingat itu baik-baik.." Arzen menyelipkan selembar foto di saku kemeja nate. "nathaniel." Katanya seraya menepuk pelan saku kemeja laki-laki itu.

Nate terdiam dengan perasaan yang mulai tidak enak, gesturenya yang semula santai kini menunjukkan tanda-tanda bahwa nate sedang meningkatkan kewaspadaannya. Tangannya mengambil foto dari dalam sakunya dan tanpa membuang waktu segera melihatnya.

Napas nate tertahan dengan tubuh mematung ketika menyadari siapa sosok dalam foto tersebut. Ia meremas kuat selembar foto tersebut. Sepasang matanya yang mulai memercikkan api kini tertuju lurus pada Arzen. "Apa apaan!!"

Arzen masih mengulas senyuman ramah dengan gesture yang tenang. namun matanya tampak menyipit, tajam. Bak predator yang tengah memantau mangsanya. "tolong ya kerja samanya, nathaniel." katanya ramah lalu melangkah pergi.

Napas nate memburu, ia memandang punggung Arzen dengan emosi yang meletup letup dalam dadanya. Rumor buruk tentang Arzen memang bukan hanya satu dan dua saja, ada banyak sekali. Dan nate yang semula tidak begitu percaya, sekarang justru menyaksikan sendiri bagaimana sifat iblisnya terlihat.

sebelum Arzen benar benar menjauh darinya, nate kalau tidak salah sempat mendengar gumaman yang membuat dirinya semakin diliputi kemarahan yang kian memuncak.

AntiHero #1 : Elrana Amelia Vearic (CRITICAL LOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang