FOUR : ZINA

99 9 0
                                    

From Allah, for Allah, and back to Allah


Rima pov

Alhamdulillah, akhirnya aku udah dapat kelas. Sekarang aku duduk di kelas X ipa 3. Dua menit yang lalu baru saja bel istirahat berbunyi. Saat aku hendak merapikan buku-buku, tiba2 seseorang yang seumuran denganku datang menyapaku.

" hai. Mau ke kantinkan? Bareng yuk." Tawar gadis itu.

" iya aku mau ke kantin. Emm, yaudah. Yuk. "

Di perjalanan menuju kantin, kami hanya diam tak saling menegur. Akan tetapi saat kamu tiba di kantin, gadis itu memulai pembicaraan di antara kami.

" ohiya, lupa kenalan. Kenalin nama aku sasya. Kalau kamu siapa?"

" nama aku Rima."

" ohh.. eh, Rima gimana kalau kita duduk di meja yang pojok? Mumpung kosong tuh. "

" yaudah terserah kamu aja deh. "

" kalau gitu kamu duduk aja duluan disana, nanti aku yang mesenin makanan kamu. Kamu mau makan apa sih? "

" aku mau bakso dan es teh manis aja deh."

" yaudah. Bentar yahh. "

Sambil menunggu pesanan kami datang, aku dan Sasya sedang asik berbincang-bincang. Mulai dari membicarakan tentang sekolah, rumah, sosmed, dan saat kami membicarakan tentang asal daerah kami, aku terkejut dengan pernyataannya.

" aku orang asli padang. Baru beberapa hari yang lalu aku tiba di jakarta. Aku disini tinggal sama tanteku. Mama yang mengirimkan aku kesini, alasannya biar aku bisa deket sama anak temennya tante aku. "

" ternyata kamu orang padang juga yah? Berarti kita sama dong. Aku juga dari padang loh. Baru juga beberapa hari aku di jakarta. "

" ahh yang bener Rim? Kamu orang padang? Terus kemaren kamu ke jakarta naik pesawat apa? Jangan2 kita satu pesawat lagi."

" kemaren aku naik pesawat Lion air pada pukul 06:10. Terus aku duduk di kursi nomor 103."

Tak lama kemudian pesanan kami baru datang, banyak sekali murid yang makan di kantin ini, makanya pesanan kami agak lambat di antar.

" makasi mba." Jawabku seraya tersenyum dengan pelayannya.

" yang bener kamu? Berarti kamu yang duduk dekat lelaki yang di tengah itu yah? Loh kok nggak bilang sih? Bener kan kita satu penerbangan. Aku tuh duduk di kursi nomor 101 tau. "

Sontak aku langsung membelalakkan mata saat melihat pernyataannya sasya.

" oohh kamu yang menundukkan pandangan itu kan? Pantesan kayak nggak asing aku liat muka kamu sya."

Sasya hanya tersenyum menanggapi pernyataanku. Tetapi aku masih penasaran dengan seseorang yang akan di kenalkan dengannya itu. Karena aku orangnya yang super duper penasarannya, aku memberanikan diri bertanya kepada Sasya.

" ohiya Sya, kalo boleh tau,, siapa sih orang yang akan di kenalin sama kamu itu? Maaf yah aku jadi kepo, hehe. "

Sasya sempat terdiam sejenak, kemudian ia menjawab pertanyaanku.

" gini Rim, aku juga gak tau siapa orang itu. Yang aku tau dia itu seorang ikhwan loh. Katanya papanya itu punya banyak perusahaan, bahkan sudah ada satu perusahaan yang udah di wariskan untuk dia walaupun kata tante aku dia masih SMA. Aku sendiri belum pernah kok liat dia. Jadi intinya itu,, aku mau di jodohin ama dia. Dan jika udah tamat SMA nanti, aku akan dinikahin sama dia. Pokoknya nggak seru banget deh. "

NelangsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang