"Hatsyi!" Leona menutup hidungnya dengan tisu. Pagi ini, ia sudah mulai terkena flu. Padahal, hari ini mereka berencana mengintai bangsa Kegelapan saat pertandingan. Dapat dipastikan bahwa bangsa Kegelapan akan mengincar keenam berlian itu.
"Leona, kau baik-baik saja? Kau tampak sangat payah hari ini," kata Amanda cemas. Ia duduk di ranjang Leona.
Leona memaksakan seulas senyum dan mengangguk. "Tentu saja. Ini hanya flu biasa. Uhuk!"
Vinnie ikut bergabung. "Kalau begini, bagaimana?! Kita kekurangan orang!"
"Kalian pasti bisa, karena kalian lebih kuat dibandingkan aku!" kata Leona menyemangati keduanya.
Tiba-tiba, Jeanette si ratu gosip masuk ke asrama putri dengan terengah-engah.
"Berita terkini!" serunya. "Bangsa Kegelapan mengirim surat bahwa mereka mengincar hadiah untuk tugas kali ini! Mereka mengincar keenam berlian yang akan dijadikan sebagai hadiah untuk para peserta turnamen di pertandingan ini!"
"Hah?!" Hampir seluruh anak perempuan kelas mereka terkejut kecuali mereka bertiga.
"Jadi, tugas para peserta mengambil berlian, ya?" tanya In Ha.
Jeanette mengangguk. "Benar. Berlian yang menjadi tugas para peserta itu justru mau diambil oleh bangsa Kegelapan. Bahaya kalau begini!"
Leona terdiam. Ia sempat berpikir betapa bodohnya bangsa Kegelapan, mengirim surat ancaman seperti itu justru akan menambah keamanan di sekitar pertandingan.
"Bodoh sekali mereka! Tak kusangka mereka sebodoh ini," gumam Vinnie sambil mendengus.
"Kelihatan bukan seperti mereka saja," balas Amanda pelan.
Yeah. Ini bodoh. Terlalu bodoh lebih tepatnya jika harus kukatakan. Tapi kenapa mereka repot-repot seperti ini? Mereka menantang Achler atau bagaimana? Keamanannya justru akan bertambah untuk melindungi berlian itu, batin Leona. Ia berpikir kalau mereka sudah 'terlalu bodoh' untuk seperti ini.
Tunggu... tidak mungkin! Aku merasa ini sulit dipercaya. Mereka terlalu bodoh seperti ini. Mereka tidak licik seperti biasany--tunggu! pikir Leona. Pandangannya beralih pada Amanda.
"Amanda, kau sudah menemui Mr. Hamler?" tanya Leona.
Amanda menggeleng. "Belum, kenapa?"
"Mungkin saja..." Ucapan Leona terhenti. Ia mendekatkan diri pada kedua temannya. "Ini jebakan."
"Hah?!" Keduanya mengerutkan alis bingung.
"Yeah. Bagiku, mereka terlalu bodoh jika seperti ini. Mungkin saja, mereka belum yakin benar bahwa berlian itu adalah kunci portalnya."
"Apa maksudmu?" tanya Vinnie yang masih bingung.
Amanda terdiam. "Tunggu! Jangan-jangan..."
Leona mengangguk pelan. "Benar. Mereka ingin kita membuka celah. Sebenarnya, mungkin mereka tidak tahu apa keenam kunci selanjutnya. Satu hal yang mereka tahu, keenam kunci itu adalah berlian. Berlian istimewa dan hanya orang tertentu yang memilikinya. Berlian itu kembar. Mereka mungkin mendengar berita dari Mr. Hamler bahwa tugas para peserta turnamen berikutnya adalah mengumpulkan berlian dari Danau Frooz."
"Jadi..." ucapan Vinnie terhenti.
"Dengan mengirimkan surat ini, mereka akan membuat kekacauan di sekolah. Mereka membuat sekolah panik. Lalu, saat panik, mereka akan menambah keamanan dan--uhuk! Kalian tahu selanjutnya."
Vinnie menatap Leona dalam. "Jadi, mereka akan tahu kalau keenam Berlian Ratu adalah kuncinya? Mereka akan menghancurkannya, 'kan?"
Leona mengangguk. "Ya, kurasa begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]
Fantasy#Book 1 of Loctus History. [SUDAH TERBIT] Hanya karena ketidaksengajaan seorang wanita mengucapkan sumpahnya, ia membuat enam orang yang tampaknya biasa menjadi orang-orang istimewa yang mampu mengalahkan seluruh kegelapan di Loctus sebelum kegelapa...