Bab XX. The Black Jewel

1.6K 182 59
                                    

Burung berkicau saat sinar sang surya mulai terlihat di ufuk timur. Leona mulai terbangun dari tidurnya. Ia sangat mengantuk semalam jadi ia tidak sepenuhnya menyadari apa yang terjadi padanya.

Benar-benar... Detik berikutnya, ia mulai sadar dan terbelalak melihat pemandangan di depan mata kepalanya sendiri. Kai tidur di samping ranjangnya dalam posisi duduk dan tangannya menggenggam tangan erat tangan Leona.

G-gawat! Leona menggigit bibirnya dan mulai menarik tangannya perlahan. Saat itu, tangan Kai kembali menggenggam tangannya.

Duh, bagaimana ini?! Masa aku begini terus?! Leona mulai gemas. Mukanya mulai memerah tapi ia tidak memedulikannya. Ia mengguncang tubuh Kai.

"Hei, Kai. Kai! Kai Schrupter!" panggil Leona. "Kim Ha Yeon! Bangunlah!" teriaknya.

Kai mengerjap mendengar namanya dipanggil. Ia mengangkat kepalanya dan mendengus.

"Berisik! Bisa diam tidak?! Aku baru tidur, tahu!" kata Kai kesal.

Leona menatapnya datar. "Lalu, apa yang kamu lakukan saat aku tidur semalam? Ng, apa kau juga melakukan ini dengan sengaja atau tidak?" tanya gadis itu datar dan menunjuk tangannya yang digenggam oleh Kai.

Secara sontak, Kai menarik tangannya dan memandang Leona datar dengan semburat merah di pipinya. "Tentu saja ini tidak sengaja! Mana mungkin aku melakukan ini padamu, bodoh."

"Sudah kuduga," gumam Leona. Ia menyilangkan kedua tangannya. "Kenapa kamu tidur di sini semalam?"

"Malas," balas Kai cuek. Ia menopang dagunya dan mengetuk jarinya seperti biasa. "Lagipula, aku juga mengantuk saat menjagamu."

"Oh, begitu." Leona mengangguk. Matanya mengamati wajah Kai yang agak memar. "Kamu tidak mengobati wajahmu?"

Kai menggeleng. "Aku disuruh menjaga seorang gadis bodoh yang berpura-pura kuat tapi pada akhirnya pingsan juga, paham?"

Leona mengepalkan tangannya. "Kamu ini... hah!" Ia menghela napas dan turun dari ranjang. "Kau tahu aku bukan anak kecil, 'kan?"

"Hei, kamu mau ke mana?" tanya Kai dingin.

Leona mencibir dan mengambil beberapa obat luka dari kotak P3K. "Biarin. Aku bukan anak kecil. Lagipula, ada juga lelaki bodoh yang tidak mengobati wajahnya yang terluka parah. Ketampananmu menghilang tahu!"

Kai cemberut dan menatap Leona kesal. "Berisik! Lalu, kamu mau apa dengan itu?"

"Mau apa lagi? Ya, aku mau mengobati lelaki bodoh yang membiarkan wajahnya hancur! Ini sebagai ucapan terima kasihku karena sudah menjagaku semalaman. Aku merasa tidak enak padamu!" balas Leona sambil menuju ranjangnya kembali. Ia menjulurkan lidahnya. "Setidaknya, aku mau menolongmu!"

Kai terdiam dan memalingkan mukanya. "Biarkan saja. Aku baik, kok."

"Kau tidak baik!" kata Leona.

Kai mendengus. "Aku baik-baik saja!" katanya mulai keras.

"Kau... tidak... baik-baik saja!" balas Leona tak kalah keras dan penuh penekanan di setiap katanya. Ia menatap Kai lekat-lekat. "Setidaknya, biarkan aku membantumu."

Kai terdiam dan menghela napas. Ia menunduk dan berkata, "Terserah kamu!" Mukanya mulai memerah.

Leona tidak memedulikan jawaban Kai. Ia mulai mengobati beberapa luka di wajahnya dan menempelkan beberapa plester di luka lecet. Selama itu, Kai tidak berani menatap Leona yang tengah mengobatinya karena jarak mereka sangat dekat. Mungkin terlalu dekat.

"Parah sekali kamu! Kenapa mereka sampai memukulimu?" tanya Leona saat mengobati luka memar di pipi Kai.

"Ya... mereka menanyaiku beberapa hal," jawab Kai pelan sambil memalingkan mukanya.

1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang