Brrrr!
Leona merapatkan jaketnya saat sarapan. Pagi ini, udara sudah menjadi lebih dingin dari kemarin. Belum lagi katanya, daerah utara Loctus sudah diselimuti salju. Itu artinya, sebentar lagi daerah tengah juga akan turun salju.
Pertandingan pertama dimenangkan oleh Hadlewood. Banyak yang berbahagia karenanya. Tapi mereka tidak pernah tahu kalau dibalik semua itu, enam anak blasteran itu justru mati-matian melindungi permata dari bangsa Kegelapan.
Yoo Ji dan Riko langsung diberitahu apa yang terjadi oleh Profesor Al. Mereka berdua setuju untuk tutup mulut agar tidak ada yang panik karena adanya bangsa Kegelapan.
"Hah, untungnya Yoo Ji sunbae dan Kak Riko mau jaga rahasia ini. Semua akan baik-baik saja," kata Amanda. Sudah empat hari semenjak pertandingan pertama dan hari ini adalah hari Minggu.
"Benar, untung saja. Jadi kita bisa tenang," tambah Arie.
"Walaupun begitu, mereka pasti akan kembali lagi, kan?" tanya Vinnie.
Kai menyesap susunya dan mengangguk. "Benar. Saat itu terjadi, mungkin keadaan akan kembali lebih buruk."
Arie menghela napas. "Tidak bisa dihindari. Meskipun sudah susah payah dilindungi dengan Achler, tetap saja mereka masih bisa menyerang."
"Artinya mereka sudah lebih kuat," tukas Tony.
"Mmm-hmm." Amanda membenarkan.
Leona hanya diam. Tiba-tiba lidahnya kelu. Ia menyeruput tehnya yang seharusnya panas justru sudah menjadi dingin. "Ah, sudah dingin!"
"Udaranya lebih dingin. Harusnya kau habiskan lebih dulu," saran Vinnie.
"Begitu, ya--ugh! Uhuk!" Leona menutup mulutnya karena batuk.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Kai yang duduk di sebelahnya.
Leona tersenyum menenangkan. "Sungguh, aku baik-baik saja. Hanya sedikit pilek pagi ini."
"Mungkin karena hawanya dingin, ya. Kamu belum terbiasa," sahut Arie.
"Istirahat yang cukup, Leona. Kalau begitu saat pertandingan kedua, kau bisa menonton!" ujar Amanda.
"Benar," balas Leona.
Setelah sarapan, mereka menuju perpustakaan untuk mencari tahu lebih tentang Permata Biru Harapan dan portal yang disimpan di ruang rahasia sekolah. Mungkin saja ada berita yang terkait dengan itu.
"Sepi sekali pagi ini," komentar Arie begitu memasuki perpustakaan. Ia melirik ke.arah Kenny yang tengah membaca buku. "Apa kalau hari libur perpustakaan selalu sepi?"
"Tergantung, Rogerston." Kenny membenahi kacamatanya dan berdiri. Kemudian, wanita sebaya dengan wajah bulat dan rambut hitam yang dikepang mendekat. "Bisa titip perpustakaan sebentar? Aku harus ke ruang Profesor Anita."
Arie terdiam, menatap kelima sahabatnya bermaksud menanyakan pendapat. Namun, Leona langsung menyerobot.
"Tentu saja, Mrs. Kenny. Anda ingin titip sesuatu?" balas Leona dengan sumringah.
Kenny tersenyum, menyerahkan kunci yang begitu banyak pada Leona. "Jangan panggil aku Mr. Kenny, aku masih muda. Ini kunci untuk membuka laci di sana, barangkali ada murid yang mau bertanya di mana buku yang mereka cari jika tidak ketemu."
Leona tersenyum. "Tentu saja. Terima kasih, Kenny!"
"Harusnya aku yang terima kasih. Sampai nanti!" Kenny pamit.
Arie memandang Leona heran. "Bukankah kita mau mencari? Kenapa kau mau menjaga perpustakaan?"
Leona menghela napas dan menatap Arie datar. "Kamu bodoh atau bagaimana? Kalau kita punya kuncinya, bisa saja kita mencari buku atau attikel yang tidak tertera di rak. Di tempat penjaga perpustakaan selalu ada tempat untuk menyimpan buku-buku atau artikel yang tidak boleh dipinjamkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
1 - Loctus : The Game Of Portal [END-PO]
خيال (فانتازيا)#Book 1 of Loctus History. [SUDAH TERBIT] Hanya karena ketidaksengajaan seorang wanita mengucapkan sumpahnya, ia membuat enam orang yang tampaknya biasa menjadi orang-orang istimewa yang mampu mengalahkan seluruh kegelapan di Loctus sebelum kegelapa...