Lima

13.7K 807 40
                                    

Potongan-potongan apel itu terlihat segar ketika kupotong dan kupisahkan dari bijinya. Lalu kumakan, dan kunikmati sensasi segar dan manis saat kugigit dagingnya.
Siang ini kondisi sangat ekstrem, dan nafsu makanku juga persis seperti udara hari ini. Baru beberapa jam lalu hujan badai menerjang dengan hebatnya, dan sekarang panas menyengat seakan mengeringkan air yang telah turun ke bumi.
Untung saja udara seperti ini malah membuatku bernafsu, hasratku untuk makan sangat baik bahkan dalam sehari aku bisa makan bermacam-macam hidangan.

"Lo keliatan gendut banget, gue seneng deh." Mia berkata tiba-tiba, mengagetkanku.

"Lo kapan ada disini?! Gila ya lo bikin gue jantungan tau ga sih. Ntar gue langsung lahiran gue salahin lo." Kataku ketus.
Mia hanya tertawa mendengar tanggapanku.

"Ya lo gendutan banget deh, bisa bulet gitu muka lo. Kayak donat tau ga sih hahaha." Tawanya geli.

Aku pura-pura kesal tapi aku tersenyum bahagia. Memang benar berat badanku naik drastis. Kejadian di rumah sakit beberapa minggu lalu seolah menuntaskan rasa sakit, sedih, kehilangan, stress serta depresiku. Dan sekarang, seolah semua bebanku terangkat. Moodku stabil, dan perutku pun ikut membesar jauh lebih seperti orang hamil 7 hampir 8 bulan, seperti seharusnya.

"By the way ini gue bawain lo Matcha murni, sama mangga. Lo kan udah lama banget ga minum Matcha. Dan ini Matcha nya bener-bener ga pake yang namanya pengawet, kimia ato apapun yang jelek-jelek deh. Ini bagus banget buat bumil."

Mataku melebar bahagia,
"Ih Mia kamu baik banget deh sumpah aku ga boong! Tau aja lagi pingin Matcha!" Histeris reaksiku saat aku tau itu.

"Lo yah gini doang pake bahasa aku kamu. Dasar.." dengusnya.

Aku tertawa puas mendengar dengusannya.

"Mi.. By the way.. Gimana lo sekarang?" tanyaku hati-hati.

"Gue? Gue baik aja kok. Kenapa emang?"

"Engga.. Maksud gue.. Lo belum mau cari pasang,-"
"Stop. I dont want to talk about it." Mia menyela pertanyaanku.

Aku berdiam diri. Jauh dalam lubuk hatiku, aku ingin Mia menempuh hidup baru. Melupakan semua masa lalu yang menimpa dirinya. Tetapi, jika aku ingin menasehatinya, aku harus berkata sembari bercermin.

Aku dan Mia. Mempunyai masa lalu yang buruk. Dan kami sama-sama tidak mau membahas tentang masa lalu. Kami tidak berani membuka halaman yang lalu, untuk sekedar menguatkan kehidupan ke depan.

Kami lemah, oleh karna itu kami menghindar. Kami melupakan dan memutuskan untuk tidak melakukan hal yang dapat menyakiti kami.
Mia tahu itu. Dia sangat paham. Itulah kenapa aku mengerti. Mia terus memaksa aku kembali pada Damian. Aku tahu Mia menginginkan aku dan anakku bahagia dan terjaga. Itu karena ia lebih tersakiti daripada aku. Hatinya pernah hancur, berkali kali lipat lebih terpisah menjadi beberapa bagian.

Nama lengkapnya Mia Angelica Waltz. Iris matanya berwarna coklat muda, dengan kulitnya yang seputih susu. Semua orang juga tahu kalau Mia keturunan luar. Ayah kandungnya adalah pria berwarga negara Skotlandia. Parasnya sangat cantik, minus kantung matanya yang terlihat sangat gelap karena jarang tidur.
Aku dulu mengenalnya sebagai anak yang selalu tersenyum, yang tak pernah mengeluarkan sepatah katapun. Ya, pantas saja. Karena Mia dulunya bisu.

Ya, bisu.

Bisu? Tidak, aku tidak salah. Mia adalah anak yang bisu, tetapi tidak tuli. Di hari ia diperkosa di perpustakaan sekolah, ia menemukan kembali suaranya. Ia bisu karena shock mendalam beserta traumatik masa kecil, yang kian memburuk disaat ia remaja.

Mia tidak hidup bersama ayahnya. Karena ayahnya tidak bertanggung jawab dan pergi, sejak ibunya mengandung. Ia menjadi bisu karena saat kelas 3 SD, ia melihat ibunya bunuh diri.

Matcha and BookstoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang