Delapan

19K 1K 261
                                    

Macha tampak semangat saat kutempelkan pada dadaku dan ia mulai menyusu. Aku tersenyum bahagia memandangnya.
Beginikah perasaan menjadi seorang ibu? Seolah perjuanganku selama ini tidak sebanding jika yang kudapat adalah malaikat kecil milikku ini.
Sudah berhari-hari kehidupanku ditimpa oleh kebahagiaan. Tidak ada kesedihan atau kepedihan yang merundungku. Aku bersyukur atas kedamaian yang tengah kurasakan.

Tepat saat ia tertidur, suster masuk untuk membawanya kembali ke ruang bayi.
Aku mengambil biskuit dan mulai mengunyah perlahan.

"Permisi." Suara seorang lelaki menyapa telingaku.

"Kak Richi!" Sapaku senang. Saat aku mencari botol minum, Kak Richi mengambilkan dan membuka tutupnya lalu menyerahkan padaku.

"Hei Vi! You looks very happy. You are wonderful Vi. Proud of you." Kak Richi mendekatiku dan mencium keningku. Dalam sedetik aku terkejut atas perbuatannya.

"Vi. Aku berhari-hari cari kontakmu susah banget nemunya. Aku baru tau kamu udah cerai dari Damian.. Semenjak dari Mall itu aku makin penasaran aja." Cerita Kak Richi.

"Iya kak Viany ngehapus semua sosmed... Cuma punya nomer hape aja sih sekarang." Jawabku.

"By the way, aku tadi diluar udah liat Macha sebelum dibawa kesini. She looks so beautiful Vi. Aku juga ketemu Val tadi dibawah."

"Thanks Kak." Aku memamerkan deretan gigiku, bahagia mendengar putriku dipuji.

"Val ga berubah ya Vi. Masih aja galak daridulu, hahaha.."

"Iya tuh Kak. Namanya juga Kak Val. Gitu aja daridulu."

"Mau pulang kapan Vi? Aku anterin yah kalo pulang?" Tawar Kak Richi.

"Ga usah Kak, makasih ya. Kan ada Mia. Mia bawa mobil kok kesini."

"Oh ya udah kalo gitu. Tapi kamu jangan sungkan Vi. Kalo butuh apa-apa buat kamu dan Macha. Aku siap kok usaha buat kamu." Mata kak Richi menatap dalam ke mataku.

Aku merasa bersyukur. Ada seseorang lagi yang perhatian terhadapku dan Macha. Apalagi orang itu adalah Kak Richi.
Kak Richi adalah teman satu kerjaan Kak Val. Sedari kecil aku telah mengenal Kak Richi, tetapi kami tidak terlalu dekat dan jarang bertemu.

"Makasih Kak. Tapi jangan repot-repot loh Kak."

"Vi. Aku siap kok kalo misal kamu butuh apa-apa gitu.. Apapun itu. Kamu tinggal bilang aja. Everytime, kalo aku bisa langsung aku lakuin."

"Iya Kak Richi, Viany nanti pasti kasih tau ke Kakak deh."

"Boong kamu Vi. Dari dulu kan kamu paling anti sama yang namanya minta tolong. Jangan apa-apa dilakuin sendiri dong Vi."

"Hehehe. Iya Kak nanti Vi bilang deh, pasti. Janji."

"Good." Kak Richi tersenyum, senyumannya langsung membuat hatiku tenang.

.
.
.
.
.

Sudah 2 bulan ini Macha hadir menerangi hari-hariku. Walau waktu tidurku menjadi kacau, tubuhku yang selalu lelah, dan apartemenku yang tiba-tiba menjadi super berantakan, aku tetap merasa sangat bahagia.
Mendekapnya, menyusuinya, dan menimangnya. Betapa Macha adalah anugrah Tuhan dalam hidupku yang buruk ini. Ia bagaikan pelita dibalik kesedihan hatiku.
Kak Val dan Mia serta Kak Richi ikut sibuk dan andil dalam merawat Macha.
Macha tumbuh menjadi bayi gemuk menggemaskan yang selalu senang jika digendong. Pipinya yang gemuk merona kemerahan, dan suara tawanya membuatku bahagia setiap saat.

Mia mulai mencari tempat untuk membuka toko bukunya. Ia sudah resign dari pekerjaannya, dan ia yang paling banyak ambil bagian dalam ikut mengurus Macha.

Matcha and BookstoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang