"Astaga, kaki itu!"
-
Aku membekap mulutku erat menahan diriku untuk tidak berteriak. Kaki itu sudah cukup untuk menjelaskan padaku wujud dari sesuatu yang sejak tadi kuperdebatkan.
Semuanya semakin jelas ketika kulihat kepala serigala itu kini telah berada tepat disebelahku namun belum sempat ia menoleh kearahku sebuah suara derapan keras membuatnya langsung berbalik dan menggeram keras bersiap untuk menyerang.
Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi dan sesuatu apa dibelakangku ini yang suara derapannya serasa menggetarkan tanah ditempatnya berlari. Hanya saja aku amat bersyukur karena berkatnya serigala tadi tidak jadi menyergapku.
Dengan nafas yang tertahan dan degup jantung yang masih tidak karuan aku mendengarkan perkelahian dibelakangku dengan saksama. Tidak sedikitpun suara aku lewatkan. Bunyi ringkihan dan geraman yang sangat jelas membuatku yakin bahwa sesuatu yang datang tadi adalah sesuatu yang besar dan menakutkan.
Bak..bak..bak
Aku mendengarkan suara tubrukan itu dengan perasaan harap cemas. Jelas sekali bahwa serigala-serigala tadi satu persatu rubuh karenanya. Aku jadi semakin penasaran sekaligus bingung.
Aku masih sibuk dengan pikiranku ketika sesuatu jatuh dengan keras disebelahku membuatku langsung tersadar.
Dag..dig...dug...deg..deg..
Nafasku tertahan. Aku menelan ludahku dengan susah payah. Jantungku kembali berpacu kencang.
Sesuatu yang ada disebelahku kini tak lain adalah serigala yang kulihat tadi. Tubuhnya penuh luka dan darah segar mengalir deras dari lehernya yang tersobek. Aku membekap mulutku kuat, ingin rasanya aku lari sekencang-kencangnya dari tempatku kini berada. Namun tubuhku tak kunjung bergerak. Aku memekik dalam batinku.
"Hey! Ayo bangun..bangun!!Ini didalam mimpikan?Benar dalam mimpi kan? Oh, ayolah jangan bercanda. Kenapa dengan semua ini?Kalau benar ini dalam mimpi Tolong cepatlah!Bangunkan aku!."batinku.
Serigala itu balas menatap nanar kearahku. Tak lama kemudian ia mendorong tangannya mendekat kearahku. Dengan tubuh yang masih bergetar aku menggeser sedikit demi sedikit diriku. Menjauh supaya tak tersentuh olehnya.
Samar-samar aku dapat melihat serigala itu menyeringai. Namun aku tak terlalu mengubrisnya, yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana aku bisa menghindari tangannya yang terus mendekat kearahku sementara aku kini sudah berada diujung sisi pohon.
"Kumohon, tidak!"bisikku ketika tangannya berhasil meraih renda dasterku. Buru-buru aku menarik pakaianku menjauh darinya namun kukunya justru tersangkut direnda bawah dasterku.
Tidak, daster kesukaanku yang selalu kugunakan saat tidur. Kini aku merasa sedikit menyesal telah menggunakannya.
Aku hendak menarik renda dasterku perlahan namun suara langkah kaki sesuatu yang besar dibelakangku itu membuatku langsung buru-buru menariknya kasar lalu bersembunyi disisi sebelahnya berbalikan dengan posisinya sekarang. Renda dasterku jadi sedikit sobek, tapi aku tidak peduli. Aku ingin menyelamatkan diriku terlebih dahulu.
Belum sempat aku menghela nafas atau bersyukur karena lepas dari serigala tadi. Sebuah tangan yang kukenal kini terjatuh tak jauh dariku. Dan karena posisi tanah tempatku kini agak menjerumus, tangan itu kini menggelinding dan berhenti tepat diatas kakiku yang tidak mengenakan alas kaki.
Sensasi sentuhan itu membuat tubuhku merinding sampai kepucuk kepala. Aku mengerang dalam diam. Dengan tangan yang masih bergetar aku berusaha mengambil tangan yang terlepas itu lalu langsung membuangnya kasar.
Bodohnya aku, aku tidak menyadari kalau masih ada sesuatu disebelahku. Hempasan tangan itu sontak langsung menyadarkannya. Aku merutuki diriku yang tidak menyadarinya. Kini kudengar ia menggeram dan geramannya membuat bulu kudukku berdiri seketika.
Kurasa ini benar-benar akhir dari hidupku.
Kudengar langkahnya berjalan kearahku. Suara hentakan yang kasar dan geraman yang menakutkan membuatku langsung pasrah. Inilah akhir mimpiku. Kalaupun bukan, inilah akhir hidupku.
K
ini ia telah berdiri didepanku, menatapku nyalang. Meski begitu kuakui aku sedikit terkejut karena sesuatu yang berdiri didepanku kini adalah juga serigala.
Sejurus pertanyaan bermunculan dipikiranku. Mengenai kenapa ia menyerang sesamanya dan bagaimana ia bisa besar seperti ini. Belum pernah sekalipun kulihat serigala yang membuatku harus mendongakkan kepala untuk melihatnya karena saking besarnya.
Kami masih saling bertatapan, lama. Meskipun kini tatapannya tak lagi senyalang tadi. Tapi aku masih takut untuk bergerak. Bahkan hanya untuk sekedar bernafas.
Ia menyaringkan geramannya membuatku tersentak ketakutan. Mataku terasa perih, kurasa aku akan segera menangis.
Ia menundukkan kepalanya bersiap untuk menerkam.
"Tidak..tunggu! Kumohon tolong biarkanku hidup."pintaku sambil memohon padanya. Aku benar-benar pasrah, mungkin ini didalam mimpi tapi aku tau kalau aku harus menyelamatkan diriku terlebih dahulu.
Serigala besar itu tetap menggeram dan bersiap-siap ingin menyerang.
"Kumohon."ujarku mulai menangis
"Aku hanyalah orang yang tersesat. Aku tidak tahu apa-apa. Aku tidak kenal kau ataupun mereka dan aku juga tidak berniat mengganggumu. Tidak bisakah kau lepaskan aku? Atau Ka..Kau boleh membunuhku tapi bisakah kau jangan mencabik-cabik tubuhku. Aku masih muda, hampir 18 tahun. Aku bahkan belum sempat punya pacar. Aku juga belum kuliah. Setidaknya biarpun aku mati aku tidak mati mengenaskan. Bisakah? Kumohon. Tolong!" kataku sambil menangis bersujud dihadapannya.
"Ini konyol, padahal hanya dalam mimpi. Kenapa semua jadi begini."batinku sambil terus menangis.
Jantungku terus berdegup kencang dan air mataku mengalir deras. Suara isakanku terdengar semakin kencang. Kurasakan pandanganku semakin memudar dan
GELAP!!
-
KokoroKuroe©
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Alpha - In a Dream - #COMPLETE
WerewolfMalam itu aku tertidur seperti biasa. Tidak ada hal aneh ataupun unik sebelumnya yang cukup untuk membuatku berpikir untuk memulai sebuah kisah tentang Werewolf. Kuakui sebelumnya aku memang sempat membaca cerita tentang Werewolf. Mungkin sekitar 5...