Bagian Dua

104 11 7
                                    

Lena berjalan ke arah kantin sendirian *catet sendirian*. Biasanya anak baru bakal bergerombol kalo kemana mana apalagi dia cewe,tapi itu tidak berlaku buat Lena. Dengan santai dia berjalan ke kantin dengan wajah datar, ga ada senyum atau mata yang jelalatan. Fokus kedepan seperti patung. Setelah sampai dia memutar matanya mencari bangku kosong dan matanya berhenti pada sebuah bangku kosong yang terletak lumayan di tengah, dia berjalan ke sana, menarik kursinya dan mulai duduk dengan tenang. Lena mengedarkan matanya memutari kantin, membaca tiap tulisan kalau ada yang ia suka, namun sayangnya menu-menu itu tidak menarik minatnya. Lena lalu mengeluarkan earphone di sakunya dan menyumpalkan benda kecil itu ke telinganya.

"Hemb.." sebuah deheman memaksa Lena menoleh, ia menyadari seseorang seperti meminta ijin untuk duduk dengannya, ralat di sampingnya, tepatnya kursi di samping Lena.

"Boleh duduk di sini?" Lena mengitarkan matanya ke semua penjuru kantin "Semua udah penuh.." Lena akhirnya akhirnya memgangguk, lalu memutar musiknya yang belum sempat ia putar. Lena begitu tenang, saking tenangnya ia bahkan tak sadar kalau banyak siswa yang melihatnya dengan heran dan 'aneh'.

Ya laki laki yang sedang duduk di samping Lena itu adalah Rehan ketua OSIS yang tadi pagi begitu heboh di bicarakan Karin dan Kayla. Lena bukannya ga sadar, dia sadar makanya dia sadar dia berusaha tenang di depan semua orang biar ga kegatelan.

Sedangkan Rehan juga sa-sama tenang, ia sedang menikmati kuah bakso dan baksonya tentunya tanpa menoleh ke arah Lena. Dia sempat melihatnya melalui ekor matanya saat Rehan memasukkan suapan kedua. Dia ga kenal aku? Batinnya. Baguslah jadi aku ga salah duduk di sini. Rehan tersenyum sendiri.

Lena akhirnya risih juga. Melihat banyak pasang mata serta kusak kusuk yang sebenarnya ga begitu ia dengar karena kuping yang masih sibuk menelan suara Yesung yang merdu. Baiklah! Batin Lena. Ia lalu berdiri dari kursinya dan bersiap pergi. Rehan sempat menolehnya, namun ia enggan menyapa dulu, ia ingin tahu apa yang akan di lakukan anak itu selanjutnya. Dan di luar dugaan, Lena langsung melangkah pergi tanpa sepatah kata pun meninggalkan jejeran mata yang masih melihatnya sampai ujung koridor. Melihat itu Rehan tersenyum miring.

***

Sekolah usai, Lena memilih pulang segera. Ia tidak menemukan Karin ataupun Kayla di lorong bahkan di gerbang. Ga tau mereka kemana, dan Lena ga mau ambil pusing. Ia melangkah menuju mobil putih yang terparkir di samping gerbang. Seorang bapak setengah tua menyapanya setelah Lena berhasil duduk di jok belakang.

"Selamat siang non..." bapak itu tersenyum sambil melihat dari spion depan. Lena tersenyum

"Pagi Pak To..udah lama? Maaf ya pak..mama ada di rumah?", Lena menjawab dengan ringan dan penuh senyuman, beda dengan Lena yang dingin di sekolah.

"Ada non.." lalu mobil itu berjalan, membelah kota Jakarta yang macet di jam pulang sekolah. Lena menyandarkan dirinya di kursi sambil melempar pandang ke luar jendela. Ia seperti melihat trotoar yang berjalan berbalik arah dengannya. Ada sesuatu yang menganggu pikiran Lena sekarang karena setetes air bening telah menggenang di sudut mata kirinya. Lena buru buru menengadahkan kepalanya, ia tak mau menangis disini terlalu kekanak-kanakan menurutnya.

Mobil itu masuk halaman yang tak terlalu besar, namun cukup bersih dan asri dengan hiasaan beberapa pot bunga yang tertata rapih. Lena segera turun setelah sebelumnya mengucapkan terima kasih kepada Pak To supir pribadi keluarganya itu. Ia berjalan melewati ruang tamu yang sepi, ia tak menemukan mama nya di sana. Lena memang anak tunggal di rumah itu jadi sudah biasa jika ia selalu sendirian di rumah kalau papa mama keluar kota. Langkahnya terhenti di ruang tengah, saat..

"Len..udah pulang?" itu suara mamanya. Lena memgangguk. Namun yang membuatnya kaku berdiri adalah wanita yang tersenyum kearahnya.

"Beri salam ke Tante Maya Len.." Leni, mama Lena mengingatkan. Lena yang sadar dari lamunannya segera mengngguk dan membungkuk sopan

"Siang Tan.." bibir Lena bergetar.

"Siang Lena..gimana sekolahnya? Suka sama sekolah barunya?"  wanita bernama Tante Maya itu bertanya antusias sambil tersenyum lebar. Lena hanya mengangguk mengiyakan.

"Kalau gitu Lena ke atas dulu ya Tan, mau ganti baju.."

"Iya, ganti baju aja dulu terus turun kita makan ya.." Lena tersenyum tipis. Lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia mematung sebentar sebelum membuka pintu kamar, sepertinya ada yang hilang, tapi apa? Lena tersenyum, sakit..

only meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang