Empät

254 44 7
                                    

Bisa terbayang bagaimana ekspresi terkejut Hyungseob dan ibunya ketika mereka mendengar pengakuan pemuda itu.

"Jadi.. Kau yang menabrak anak ku?" Tanya Ibunya Hyungseob sambil berdiri. "....Dan kau meninggalkannya dijalanan tak bertanggungjawab?" Sambungnya mulai marah.

Haknyeon merasa ingin mengutuk dirinya sendiri saat ini. Pengecut seperti dia kenapa masih diberi kehidupan oleh Tuhan. Kenapa bukan dia saja yang terbaring di kasur itu. Kenapa harus....seorang laki-laki manis yang memiliki wajah lebih mirip malaikat yang harus menanggung kesalahan dan kelalaiannya. "Maafkan aku Ahjumma. Aku salah membiarkannya begitu saja setelah aku menabraknya." Haknyeon mendekat kearah mereka.

"Eomma.. sudahlah. Ini bukan kesalahannya. Ini sudah takdirku. Kita tidak boleh menyalahkan siapapun atas takdir yang sudah diberi Tuhan saat ini untuk ku." Hyungseob mencoba menenangkan Ibunya. "..Lagi pula dia sudah menunjukkan tanggungjawabnya dengan dia datang kesini, bukan?" Sambung Hyungseob.

Sungguh diluar dugaannya. Haknyeon tak menyangka lelaki ini begitu tegar dengan apa yang sudah terjadi karenanya. Haknyeon menatap Hyungseob dengan tatapan penuh penyesalan.

"Maafkan aku. Karena aku kau kehilangan matamu. Aku akan bertanggungjawab untuk itu." Ucap Haknyeon masih menatap Hyungseob.

Hyungseob tersenyum dengan tatapan kosongnya. "Aku tidak pernah menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi padaku sekarang. Seperti yang aku bilang tadi, ini semua hanya karena takdir."

Apa dia seorang malaikat? Haknyeon tak habis pikir dengan Hyungseob. Ia pikir ia akan dibenci, dihujat bahkan dicaci maki oleh Ibu dan anak ini. Tapi pikirannya salah. Hyungseob tidak hanya memiliki paras seperti malaikat. Namun hatinya pun juga seperti malaikat.

"Siapa namamu? Terimakasih kau sudah menjengukku dan menujukkan tanggungjawabmu." Ucap Hyungseob kembali sambil mengulurka tangannya.

Haknyeon menjabat uluran tangan Hyungseob dan menyebutkan namanya "aku Joo Haknyeon."

Entah kenapa saat tangan Haknyeon menyentuh tangannya Hyungseob merasa aneh. Peristiwa 4 hari yang lalu terlintas kembali dipikirannya. Ia trauma dengan sentuhan orang asing sekarang. Tubuhnya langsung bergetar dan ekspresi mukanya langsung berubah menjadi ketakutan yang amat sangat. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat mengucur dipelipisnya.

"Tidak.... Jangan.... Pergi!" Bentak Hyungseob tiba-tiba. Ibunya dan Haknyeon menjadi terkejut dengan perubahan reaksi Hyungseob. Ibunya langsung memeluk Hyungseob dari samping

"Ada apa denganmu sayang? Ini Eomma.."

Hyungseob memeluk ibunya. "Suruh mereka pergi eomma." Pinta Hyungseob dengan bibir yang bergetar.

"Mereka? Disini hanya ada Haknyeon dan Eomma." Jawab Ibunya.

Tubuh Hyungseob masih bergetar. Haknyeon tidak tega melihatnya. Haknyeon ikut mencoba menenangkannya. "Aku datang kesini tidak untuk bermaksud jahat. Kau kehilangan matamu karena aku. Dan sekarang, aku akan menjadi mata untukmu seumur hidupku." Jelas Haknyeon mencoba menyentuh tangan Hyungseob yang bergetar.

Hyungseob mencoba mengontrol dirinya. Walau sulit, ia harus mencoba mempercayai Haknyeon kalau dia tidak akan melakukan hal yang buruk padanya. Setidaknya, dia bisa merasakan Haknyeon bukanlah pria jahat. Hyungseob meraba tubuh Haknyeon yang kini berada tak jauh darinya mencoba mengambil tangannya. Ia menggenggam tangan Haknyeon dan merasakan Haknyeon benar benar orang baik. Hyungseob mengangguk dengan tubuhnya yang masih sedikit bergetar.

Ibu Hyungseob masih sangat bingung dengan yang terjadi pada anaknya tadi. Kenapa Hyungseob seperti trauma dengan orang orang. Ibunya hanya bisa memendam kebingungannya. Ia tak berusaha menanyakan apa yang sesungguhnya terjadi pada anaknya. Bukannya ia tak peduli. Dia hanya tak ingin membuat anaknya seperti tadi jika ia mengingat-ingat kejadian yang lalu.

Angel without WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang