"Peduli itu bukan hanya tentang ada atau tidaknya, tapi tentang bagaimana perlakuan yang membuat orang lain merasa nyaman."
3333333333333333333
Author POV
Bunyi piring dan sendok bersautan di atas meja makan yang hanya ditempati Risya dan Rasya. Sudah lima belas menit mereka berada di sana dengan nasi goreng dan teh hangat buatan Risya.
Untuk satu minggu kedepan, Denis dan Gita-ayah dan mamanya, tidak bisa tinggal di rumah karena membantu pernikahan tantenya yang berada di luar kota.
Setelah meminum teh hangatnya, Rasya mengakhiri makan malamnya dengan membereskan semua piring dan gelas kotor yang berada di atas meja, maklum saja, dari tadi pagi ia belum mencuci semua perkakas itu.
Risya dan Rasya sepakat untuk membuat jadwal bersih-bersih rumah selama Denis dan Gita pergi. Risya yang bersikukuh untuk membuat jadwal itu, karena kalau tidak, kakaknya itu pasti akan lepas tanggung jawab untuk mengurus rumah.
"Kurang lama, tuh, makannya, sekalian aja besok baru selesai." Rasya menatap adiknya dengan tatapan menyindir, sedangkan yang ditatap hanya melirik Rasya jengkel.
"Cuci piringnya kan bisa nanti, Bang. Rajin banget lo habis makan langsung dicuci, biasanya juga enggak."
"Gue udah ditungguin temen-temen gue, Risya! Lo cepetan makannya, biar sekalian gue cuciin."
Risya membulatkan matanya ketika mendengar bahwa Rasya akan keluar bersama teman-temannya, itu tandanya Risya akan sendirian di rumah, ia tidak bisa sendirian, Risya takut.
"Lha, Bang, kalau lo pergi gue sama siapa di rumah?"
"Sendirian lah! Masa gak berani, sih?" Rasya lagi-lagi menatap Risya yang masih mengunyah nasi gorengnya.
"Ya ampun, Bang, tega banget sih Lo sama gue? Gue gak mau sendirian! Pokoknya gak mau! Gue takut!"
Rasya memutar bola matanya, bisa-bisanya Risya takut padahal ia berada di rumahnya sendiri, bukan rumah orang lain. Adiknya ini memang paling jago membuat ia kerepotan.
"Terus lo mau ngikut gue gitu? Yakin lo tahan pulang malem, terus besok lo bakalan telat gara-gara susah dibangunin, lo mau kaya gitu?" Rasya tidak yakin akan membawa Risya kumpul bersama teman-temannya, mengingat ini sudah malam dan di luar pasti dingin.
"Bang! Gue takut sendirian!" Risya menghentak-hentakkan kakinya tanda tidak terima. Ia bersikukuh untuk ikut Rasya, apapun resikonya.
"Iya deh iya, lo boleh ikut gue, tapi resiko tanggung sendiri."
Risya tersenyum sembari membatin, "YESS! Gue gak belajar hari ini."
Rencananya, ia akan belajar biologi malam ini, itu karena lusa, kelasnya kebagian ulangan harian biologi yang susahnya minta ampun, hafalan ini-itu, belum lagi gurunya yang killer. Bagaimanapun juga, Risya harus minta ajarin Tania besok, karena temannya itu jago biologi.
"Cepetan dihabisin Risya! Gue tinggal kalau kelamaan."
"Iya Baaaang iya!" Dengan lahapnya, ia menyantap nasi gorengnya yang tinggal seperempat itu.
3333333333333333
"Jadi langsung aja kita bacain twitter yang masuk ke akun @triplearadio, gue bakal bacain 3 tweets paling menarik dan juga ada beberapa tips buat kalian yang hari ini merasa kesepian."
Risya menyandarkan badannya di kursi penumpang dengan perasaan tak menentu. Entah mengapa, ia merasa bersalah pergi malam-malam bersama kakaknya. Ia merasa tidak biasa dengan lampu-lampu jalan yang tidak merata peletakannya, tidak biasa dengan sepinya jalan, tidak biasa dengan angin malam yang menusuk hingga ke tulang-tulangnya. Padahal Risya sendiri yang ngotot ikut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gagal Move On
Teen FictionRisya menatap sendu layar laptopnya, berkali kali ia me-refresh kotak masuk emailnya, namun tidak ada yang berubah. Pesan terakhir yang ia dapat adalah sebuah undangan, dimana sang pengirim adalah orang yang ia cari-cari selama satu tahun belakangan...