Visualisasinya kalian bayangkan sendiri ya takut kalau nggak sesuai kalau aku kasih hehe. Selamat membaca. Untuk Pov aku buat gantian, tapi tidak seperti dua part kemarin karena part kemarin hanya gambaran kedua pemeran utama sesebelum pertemuan. Dan buat vie_sea06 makasih sudah menunggu cerita ini semoga sukaa yaa. Buat SeeYou173 kapan bikin project baru hehehe
Jangan lupa Vote dan Coment yaa
Amanda's Pov
"Ardi, Sayang. Kangen yaa sama Bunda, anak ganteng bobok siang dulu yaa, Sayang." Ucapku saat bercengkrama dengan Baby Ardi. Meski masih bayi tapi aku suka sekali mengajaknya berbicara dan lucunya dia selalu membalas ucapanku dengan senyuman. Senyuman yang membuatku begitu nyaman. Bayi mungil yang begitu saja membuatku jatuh cinta. Andai aku bisa mengapdosimu, Nak. Batinku. Tapi aku tidak ingin kamu terluka dengan perlakuan papanya Bunda.
"Sya, kenapa tidak kamu bawa saja Ardi pulang? Sepertinya kalian begitu dekat. Kalau Mbak tidak tahu siapa kalian, pasti akan mengira dia anakmu." Aku seketika memandang Mbak Indah yang ada di sampingku saat ia mengatakan pertanyaan tadi. Mbak Indah dan aku memang sedang berada di taman menjaga anak-anak yang sedang bermain.
"Andai Tasya bisa, Mbak. Tasya akan sangat senang membawa Ardi pulang, tapi Tasya tidak bisa, Mbak. Keluarga Tasya nggak akan mengijinkan terutama papa Tasya." Di panti ini tidak ada yang tahu kisahku, dan bagiku tidak perlu semua orang tahu, aku tidak akan suka dipandang dengan pandangan kasian.
"Begitu yaa, Mbak juga sebenarnya sangat ingin membawa Ardi, tapi suami Mbak melarang, bukan karena Mbak atau suami Mbak tidak sayang, tapi takut tidak bisa memberikan yang layak untuknya."
"Mbak, menurut Tasya sesuatu yang sangat diinginkan seorang anak adalah kasih sayang kedua orang tua, bukan hanya sekedar harta." Karena itu yang aku inginkan saat ini, meski ada mama dan papa mendiang Amar, tapi sebenarnya besar harapanku untuk bisa bersama keluarga kandungku sendiri.
"Tetap saja Tasya, mungkin karena kamu belum pernah jadi seorang Ibu, jadi kamu belum tahu rasanya saat anakmu menginginkan sesuatu tapi kamu tidak mampu membelikannya. Di situ terkadang Mbak merasa belum mampu menjadi seorang Ibu. Meski anakmu terlihat tersenyum saat kamu larang atau saat kamuntidak bisa turuti kemauannya tapi yakinlah Tasya hatinya pasti kecewa."
"Maaf Mbak, bukan maksud Tasya menyinggung, Mbak?" Aku tersenyum kikuk saat Mbak Indah bilang begitu, memang benar aku belum jadi seorang Ibu, tapi aku pasti akan jadi Ibu kan? Dan aku tidak ingin mengecewakan anak-anakku.
"Nggak papa, Tasya. Mbak mengerti kok. Ya sudah sepertinya Ardi sudah tertidur, kamu bawa ke kamar saja kasian."
"Iya Mbak, Tasya duluan ya, Mbak." Segera aku beranjak dari taman belakang dengan Ardi yang berada di gendonganku. Membawa bayi mungil ini ke peraduannya di kamar. Andaikan nanti Allah menjodohkan kamu untuk jadi anakku pasti Bunda akan mendapatkanmu, Nak.
Nail's Pov
Acara hari ini sukses. Alhamdulillah tidak sia-sia semalam mencari materi, jadi tidak membuat malu. Ternyata sesudah acarapun masih banyak yang ingin bertanya padahal Ustaznya sudah pulang, alhasil akulah yang dikejar-kejar, untungnya aku bisa jawab. Hari ini alamat pulang malam dah, huft baru magang gini amat yaa, apalagi sudah kerja, duh bisa diperbudak waktu dan kerjaan kalau begini. Batinku.
Meski kerja halal juga termasuk ibadah bila diniatkan untuk Allah, tapi kalau kerja sampai melalaikan waktu salat amit-amit, jangan sampailah. Ya walau aku sendiri juga terkadang tidak selalu di awal waktu salatnya. Suka sedih rasanya saat mementingkan dunia dibandingkan Salat fardu lima waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di penghujung Penantian #Wattys2019
Romance"Tunggu..., bolehkah saya minta tolong?" "Minta tolong apa? Kalau saya bisa bantu saya akan membantu dengan semampu saya" "Maukah anda menikahi saya?" WARNING *20+++* atau buat yang sudah menikah*