Twelve [END]

874 40 17
                                    

"Aku mau ke gereja. Kau mau ikut tidak?" tanya Yi Fan dan membuatku langsung mengalihkan pandanganku dari layar laptop yang penuh dengan tulisan-tulisan yang sudah hampir dua jam membutakanku. Pertanyaan Yi Fan terasa seperti penyelamat bagiku.

"Mau. Aku lelah juga." jawabku dan Yi Fan tersenyum.

"Baiklah. Kau siap-siap setelah aku ya." katanya dan malah duduk di sampingku.

"Dari mana saja?" tanyaku dan menutup berkas-berkas Microsoft Word di layar laptopku, oh... Laptop ini baru dibelikan Yi Fan minggu lalu, karena aku ternyata sudah melupakan laptopku di Seoul, aku benar-benar lupa kalau laptopku tertinggal di kamarku.

"Ada sedikit urusan tadi." jawabnya singkat dan mengerutkan hidungnya kemudian tersenyum tipis.

"Stop scrunching your nose." gumamku pelan sebelum menutup layar laptop.

"Why?" Yi Fan menahan tawanya dan terus menatapku lekat-lekat.

"Kau tidak punya ruang kerja ya? Benar-benar bekerja di sini? Seharian?" tanyaku, mengalihkan pembicaraan, sambil memandang ke sekelilingku.

"Sembilan puluh persen memang di sini." jawab Yi Fan sambil melirik jam tangannya.

"Oh. Aku siap-siap dulu." tukasnya dan bergegas masuk kembali ke dalam rumah.

Aku kembali menikmati pemandangan di belakang rumah Yi Fan. Meskipun cuaca begitu cerah, tempat ini tetap terasa sejuk. Banyak tanaman yang ditanam, serta pepohonan rindang. Tempat ini memang cukup nyaman sehingga Yi Fan tidak memerlukan ruang kerja khusus untuknya lagi.

Aku mengubah posisi dudukku sehingga kepalaku bisa bersandar pada sandaran kursi taman yang sedikit pendek itu. Kepalaku sudah cukup lelah sejak tadi pagi menerjemahkan bahasa Korea ke dalam bahasa Inggris. Belum lagi cerita novel yang kuterjemahkan ini sedikit berat, membuatku semakin sakit kepala.

Sebuah kecupan singkat pada bibirku berhasil membangunkan tidur singkatku. Aku langsung membetulkan posisi dudukku dan membuka mataku. Yi Fan sudah terlihat rapi dan bersih, tidak seperti tadi, ia terlihat agak berantakan.

"Giliranmu." katanya dan menarik tanganku.

"Aku sudah menyiapkan pakaianmu." bisiknya dan membuatku mengerutkan keningku, meminta penjelasan, tetapi Yi Fan hanya tersenyum tipis dan hanya menepuk-nepuk bahuku, body language darinya untuk menyuruhku cepat dan tidak ingin menjawab pertanyaanku. Ia sudah melakukan hal-hal aneh tanpa mau menjawab pertanyaanku terlebih dahulu.

Mau tidak mau aku hanya menurut karena aku yakin tidak akan mendapatkan jawaban langsung darinya lagi.

Seperti beberapa hari yang lalu, kami harus buru-buru meninggalkan rumah pagi-pagi buta hanya karena ia meninggalkan sesuatu di mobil Nathan. Sesuatu itu yang sampai sekarang aku tidak tahu apa, dan ia tidak mau memberitahuku.

Aku menyelesaikan mandi siangku dan saat keluar dari kamar mandi, aku melihat Yi Fan sedang merebahkan dirinya di atas kasur, ia memejamkan matanya. Aku ragu harus membangunkannya atau tidak, dengan keadaanku yang seperti ini, tetapi jika aku tidak membangunkannya, ia akan semakin terlelap dan kunjungannya ke gereja akan batal, lagi... Ini bukan pertama kalinya.

"Yi Fan-ssi? Bukannya kau bilang sudah menyiapkan pakaianku? Mana?" tanyaku dan Yi Fan langsung membuka matanya, ia terlihat kaget.

"Sejak kapan aku berkata seperti itu? Kau mimpi siang bolong?" tanya Yi Fan balik dan aku langsung mengerlingkan mataku. Dia mulai menjahiliku lagi.

Aku hanya berjalan melewatinya dan membuka lemari pakaianku, memilih salah satu dress simple yang setidaknya sopan digunakan di gereja.

"Itu yang kita beli minggu lalu?" tanya Yi Fan dan aku hanya mengangguk kemudian kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk memakai pakaianku.

Between Time and Promise [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang