Eleven

555 44 2
                                    

Hallo !!!
Maaf banget untuk slow update nya FF ini.
Aku kira part ini sudah dipublish, ternyata belum sama sekali, padahal sudah lama banget selesai ditulis.
Maaf banget yah, terlebih lagi aku lagi kena Writer's Block akhir-akhirnya ini.
Hehehehe


Happy Reading!


Aku menatap lekat-lekat wajah di hadapanku yang entah sejak kapan terus membuatku ingin menatapnya setiap hari seperti ini. Aku merasa Yi Fan tidak tidur dengan tenang, ia mengerutkan dahinya, terlihat seperti sedang berpikir di dalam tidur. Sedangkan aku terbangun beberapa menit yang lalu karena suara hujan deras disertai suara petir beberapa kali. Aku bahkan bisa melihat kilat halilintar dari jendela di depanku, meskipun sudah ditutupi dengan kain gorden, aku masih bisa melihat kilat yang terus menyambar di dalam kegelapan malam itu.

Aku menatap Yi Fan lagi, ia semakin mengerutkan wajahnya, ia benar-benar terlihat lelah, membuatku tanpa sadar mengelus lembut wajahnya dan dahinya yang mengerut dari tadi.

"Mianhae." bisikku pelan, sangat pelan sampai aku sendiri tidak mendengar jelas apa yang kubisikkan tadi, terlebih lagi suara hujan di luar masih begitu keras. Aku tidak ingin membangunkannya dulu, aku masih ingin melihat wajah tidurnya, meskipun bukan wajah tenang seperti biasanya.

"Hmm." Aku buru-buru memejamkan mataku lagi saat tangan Yi Fan kembali mendekap tubuhku. Ini pertanda beberapa saat lagi Yi Fan akan terbangun. Yi Fan bergumam tidak jelas dan sesaat kemudian, dekapannya merenggang, aku kembali membuka mataku dan menatapnya. Ia sepertinya benar-benar kelelahan, tetapi kali ini wajahnya sudah terlihat tenang, ia tidak mengerutkan wajahnya lagi, membuatku tersenyum lega.

Aku mengecup pipinya sekilas dan melepaskan dekapannya. Aku yakin tangannya pasti sudah sakit karena terus mendekapku dari tadi malam.

"Mianhae." kataku lagi dan mengecup bibirnya. Aku menjauhkan wajahku saat Yi Fan balas mengecup bibirku, tetapi ia kembali mendekatkan wajahku dan mengulum lembut bibirku setelah membisikkan kata 'Selamat Pagi' dalam bahasa Mandarin.

"Kenapa tidak membangunkanku?" tanyanya dan aku tanpa sadar langsung membalikkan tubuhku, memunggunginya. Aku masih merasa malu mengingat semalam aku menangis lagi di hadapannya.

"Kenapa?" tanya Yi Fan setelah tertawa pelan karena aku membalikkan badanku dengan cepat.

"Sepertinya dari tadi kau menatapku, kenapa sekarang berbalik?" tanyanya lagi dan memelukku dari belakang, dan menempelkan bibirnya di puncak kepalaku, mengecupku sekilas.

"Tidak apa-apa." jawabku akhirnya.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Yi Fan dan mempererat pelukannya, menghilangkan jarak di antara kami. Aku hanya mengangguk dan Yi Fan berdeham.

"Masa?" Yi Fan mencoba mendekatkan wajahnya, tetapi aku langsung menutup wajahku dengan tangan dan membuatnya tertawa lagi.

"Jangan tertawa." keluhku dan Yi Fan menahan tawanya.

"Baiklah. Aku akan beritahu satu hal..." gumamnya sambil menjauhkan rambut dari wajahku.

"Dua tahun lalu, di Air Canada Centre itu..." Yi Fan berkata pelan, kemudian terdiam lagi. Sekarang aku ingin sekali melihat wajahnya.

"Kenapa?" tanyaku saat Yi Fan sama sekali belum melanjutkan ucapannya. Aku mengingat kembali suasana Air Canada Centre saat itu. Aku tiba di court itu beberapa menit sebelum Pertandingan NBA dimulai. Aku hanya sempat menatap beberapa orang saat itu, karena masih belum terlalu ramai, saat kursi penonton mulai penuh, aku sudah tidak berani lagi menatap siapapun, hanya sesekali fokus pada pertandingan yang berjalan sangat seru, serta komentator yang tidak berhenti bicara.

Between Time and Promise [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang