Five

549 47 1
                                    


"Ireona." bisikan lembut itu membuatku langsung membuka mataku dan menelan ludah untuk menormalkan telingaku yang terasa tersumbat karena perubahan suhu.

"Kau tidur nyenyak sekali." bisiknya lagi dan aku tersenyum tipis sambil mengeliat pelan. badanku terasa kaku karena tidur dengan posisi duduk.

"Seperti yang kau inginkan." jawabku dan Yi Fan tertawa.

10 menit sejak pesawat ini take off, ia terus memaksaku untuk tidur, dan akhirnya aku hanya berpura-pura tidur.

Sesekali aku mengintipnya yang sedang sibuk dengan laptopnya, wajahnya sangat serius saat menatap layar laptopnya. Dia sedang sibuk dengan skripsinya tetapi masih sempat membawaku ke Yokohama.

"Sebentar lagi sampai." katanya dan menunjuk jendela di sampingku.

Aku mengintip ke bawah, gedung-gedung dan rumah-rumah itu terlihat seperti miniatur perkotaan jika dilihat dari atas sini.

"Bagaimana skripsimu?" tanyaku dan ia mengerutkan keningnya.

"Skripsi?"

"Iya. Daritadi kau mengerjakan skripsimu kan?"

"Skripsiku sudah selesai. Tinggal menunggu waktu sidangku. Maaf lupa memberitahumu, saat itu kau sedang sibuk dengan ujianmu."

"Dan kau tidak terlihat stress memikirkan semua itu." Aku menatapnya takjub.

"Um. Sedikit."

"Amazing..." gumamku.

"Dan itu artinya aku tidak bisa melihatmu lagi di kampus..." gumamku lagi.

Yi Fan tertawa dan mengelus pipiku.

"Tidak juga," Ia tersenyum tipis.

"Aku tidak akan meninggalkan kampus itu selama kau masih di sana." jawabnya dan tersenyum lebar. Aku benar-benar tidak mengerti maksudnya. Apa yang akan dia lakukan lagi di kampus? Mengajar? Maldo andwae...

Pesawat mendarat di Bandara Narita dan langsung membuat pikiranku tentang Yi Fan buyar.

Dari Tokyo kami akan langsung pergi ke Yokohama, dan itu membuat jantungku berdebar.

Aku takut, tetapi aku juga merasa senang, terlebih lagi aku bersama seseorang yang selalu membuat hatiku tidak lagi terasa kacau seperti biasanya.

Seseorang menjemput kami dan membawakan koperku. Orang itu tersenyum tipis padaku kemudian berbicara pada Yi Fan dengan bahasa mandarin.

Yi Fan masih terus mengobrol dengan orang itu dan sesekali menoleh ke arahku, kemudian menggenggam erat jemariku. Membuatku menatapnya dengan tatapan bingung, aku ingin bertanya tentang apa yang mereka bicarakan, tetapi pertanyaanku tertahan di ujung bibirku.

"Tadinya aku ingin naik kereta api Narita Express saja, tetapi dia benar-benar datang menjemput." bisik Yi Fan sambil menundukkan kepalanya.

Perbedaan tinggi badan kami membuat Yi Fan harus terus menunduk, terkadang dia harus sedikit membungkuk. Meskipun aku tidak pendek. entah mengapa terasa pendek jika berada di sampingnya.

"Dia siapa?" tanyaku.

"Dia supir ayahku saat bekerja di Jepang dulu."

"Tokyo?"

"Ya. Aku beberapa kali pernah ke Yokohama juga."

Aku tersenyum tipis dan dia malah berhenti melangkah kemudian berdiri di hadapanku.

"Hari ini, kau kuizinkan menangis sepuasnya."

Aku hanya tersenyum dan Yi Fan menghela nafas pelan.

Between Time and Promise [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang