Gemuruh hujan mengiringi langkahnya yang tertatih. Kain yang dikenakannya sungguh menghalangi langkahnya untuk melaju lebih cepat. Satu per satu air yang turun dari langit perlahan membasahi sekujur tubuhnya menutupi cairan bening yang mulai runtuh dari matanya.
Teriakan dari belakangnya tak ia hiraukan, ia terus saja berusaha berlari melawan derasnya air yang menimpuki dirinya dari langit. Ia terus berlari, berlari dan berlari.
"Dah! Idah tunggu, Nak!" teriak seorang wanita tua mengejar Idah si gadis cantik yang mengenakan kebaya sederhana yang melingkupi tubuhnya dengan lekat, pun kain yang ketat melilitnya dari pinggang sampai mata kaki.
Idah sama sekali tak mengacuhkan teriakan itu. Ia terus berlari memasuki hutan yang dikenal ganas di desanya. Tanpa ia sadari kakinya terkait dengan ranting yang berserakan di sana membuat tubuhnya terjerembab, selendang yang ia kenakan pun terjatuh di tanah yang terbasahi oleh air di atas sana.
Wanita yang tadi mengejarnya memanfaatkan itu untuk menghampiri Idah. Ia berjongkok lalu menyentuh pundak belakang kiri Idah. "Dah. Kamu ikhlaskan, Nak … dia sudah pergi…," ujarnya lirih.
Idah menggeleng lemah. Isakkannya semakin kuat tapi tertahan membuat bahunya bergetar. Wanita tua itu membantu Idah untuk duduk. Idah sudah terduduk, tapi masih membelakangi wanita yang tadi membantunya. "Ka-kabar i-itu bohong…," bantah Idah terbata.
"Idah. Kabar itu bukan hanya kabar burung, Nak. Kabar itu benar adanya. Keluarga calon suamimu mengatakannya."
"Mereka bohong, Bu!"—Idah membuka paksa selendang yang dikenakannya kemudian berbalik menghadap wanita tua renta di belakangnya—"Mereka bohong! Mereka mengatakan itu karena ingin memisahkan aku dari Kang Ipang, Bu!" Matanya menyala kala mengatakan itu. Dadanya bergemuruh mengingat keluarga calon suaminya mengatakan jika Ipang—calon suaminya—telah pergi.
Wanita tua itu menggeleng kuat, sepasang tangannya mencengkeram kedua pundak Idah. "Tidak Idah! Mere—"
Idah menyentakkan kedua tangan yang hinggap di pundaknya dengan kuat. Matanya melotot. Wajahnya berubah tanpa ekspresi. Ia mencoba berdiri dari duduknya. "Aku akan mencari Kang Ipang. Aku yang akan membuktikannya sendiri kalau Kang Ipang masih hidup! MASIH HIDUP!"
Idah berlari sekuat tenaga memasuki hutan yang kini semakin gelap. Ia kembali mengabaikan teriakan di belakangnya. Ia terus berlari lebih kuat hingga sebuah pohon rubuh tersambar petir menimpa tubuhnya. Kemudian … yang ia rasakan setelahnya hanya gelap….
--THE END--
KESEEEEL! MASA KOMENANNYA NGGAK BISA KEPOSTING 😣😭
PADAHALKAN PENGIN IKUTAN GA-NYA TEH RISA HUHUHU 😣
PENGIN BUKUNYAAAAAAAAAA! APA KARENA KEPANJANGANN YA? AU AH 😔SEKIAN CURHATNYA. BAI. (╯°□°)╯︵┻━┻
290617.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Drabble
Short StoryJangan dibuka! Nanti menyesal! Mending dibaca aja ceritanya.