Sakit Tapi Tak Berdarah

55 14 27
                                    

Heooool. Cerita ini terinspirasi dari seseorang. Seseorangnya siapa? Hanya aku dan Tuhan yang tahu.
.
.
.
.
.
.
Wilujeung reading.

[].

"Lo, kan, nggak jomblo kayak gue, nih. Kalau lo mau beli es krim, ya, tinggal minta aja kali ke pacar lo." Aku mendelik mendengar pernyataan Jea. Heolll! Dia pikir pacar aku sebaik itu apa? Mau kasih aku es krim di saat lagi pengin-penginnya kayak gini? Pliz! Itu nggak akan terjadi sampai kapanpun juga.

"Heh! Gue ngomong sama lo, lo malah ngelamun!" Anjrit! Sumpah! Ini sakit! Seenaknya dia tepuk bahu aku.

"Lo gilak!" Aku berdiri sambil berkacak pinggang menatapnya garang.

"Sorry, kelepasan. Abis, lo sih, malah ngelamun."

"Iya, kan, bisa, enggak usah mukul gituh."

"Iya, iya. Sorry, deh." Aku memutar bola mata mendengar permintaan maafnya.

"Enes, sorry. Nes, sorry." Aku tak menanggapi Jea. Aku mengerucutkan bibir kembali duduk sambil menyilangkan tangan.

"Katanya mau beli es krim?" Dia mengingatkan lagi soal es krim yang aku inginkan. Kayaknya, wajahku semakin keruh sekarang.

Aku arahkan pandanganku ke kedai es krim di tempatku duduk sekarang. Taman komplek dekat rumahku memang dekat dengan kedai es krim favoritku. Ah, ilerku kayaknya udah mengintip di balik lipatan bibir ini. Pasti lelehan es krim cokelat yang lembut itu menyegarkan di tenggorokan. Apalagi rasanya, lidahku pasti bergoyang mengecap kelembutannya. Ugh! Membayangkannya membuat bibirku merindukan kelembutan es krim itu.

"Woy! Ngelamun lagi! Ilerlu, tuh jatuh." Jea mengibas-ngibaskan telapak tangannya di wajahku.

"Hah?" Mataku melotot. Tanganku segera mengelap iler yang benar-benar keluar dari mulutku. Setelahnya, aku memberikan tatapan setajam siletnya Fennie Rose pada Jea yang duduk di sampingku. Kurang ajar! Dia udah ngerjain aku. Nggak ada setetes pun iler mengalir dari bibirku.

"Sialan lu!" umpatku kembali menatap kedai es krim di seberang jalan sana.

Aku dengar Jea terkekeh, aku tak menghiraukannya. "Gue traktir. Gue tau lo bokek. Jadi, gue traktir."

Awalnya aku kesal mendengar Jea mengatakan kalau aku bokek. Iya, sih aku emang bokek, tapi, kan enggak perlu diperjelas juga. Ah, lupakan soal aku bokek. Ingat, Jea mau traktir aku. Mataku berbinar kemudian menghadap Jea dan mengenggam tangannya. "Beneran, Je?" Jea mengangguk. "Aaa, lo emang sahabat terbaik guweee." Aku memeluk erat sahabat terbaikku itu.

"Ada maunya aja lo, meluk-meluk gue." Aku cengengesan mendengar ucapannya.

Akhirnya! Bibirku kembali merasakan lembutnya es krim cokelat yang membelai di dalam lidahku. Kala kelembutan itu turun melewati tenggorokanku, ada sensasi dingin dan lembut yang kurasakan dalam bersamaan.

"Whoaaa! Je tengkis Je tengkis. Ah, lo emang terbaiiiik!" teriakku girang sambil memeluk leher Jea dengan sebelah tangan.

"E, e, e, Nes, Nes. Pelan-pelan woy! Entar esnya ja…,"—Jea teriak sambil megang tangan aku yang meluk leher dia—"…tuh."

Mulutku terbuka lebar saat es krim cantikku terjatuh di tanah. Aku berlutut sambil menatap es krim itu nelangsa. Tanganku menggapai udara. Wajahku menengadah ke langit sembari menatap pedih awan di atas sana. Hatiku sakit. Es krim cantikku, traktiran dari Jea harus jatuh dengan nista di atas tanah yang tak berdosa. Oh, Tuhaaan!

"Em, Nes. Are you okey?" Pertanyaan bodoh itu, Jea lontarkan untukku, udah jelas aku enggak baik-baik aja sekarang.

"Sakit, Je. Sakiiit. Sakit tapi tak berdarah, Je." Pandanganku kembali terjatuh pada es krim yang kini mencair. Kedua tanganku meremas rumput yang berdiri tegak di tanah tempat es krim cantikku ternistakan.

"Enes. Lo … lebay."

[].

🍦🍦🍦

Hahaha, asal kamu tahu. Jang salah paham sama judul yang dikiranya cerita ini bakalan menyayat hati. Nyatanya? Ngahaha nilai sendiri, lah.

#kreatiftanpabatas.


Teg pelopor kurbel biar ramai irmaharyuni

Teg kawan hamin enam. Mangats, Gengs.
MosaicRile matchaholic, blueincarnation rebel_hurt, Cathetel MykaFadia_, Choco_latte2 stnurlaila, cupchocochip Jou-chan, Jeon_Eun Shinshinayu,

Lupa lagi siapa aja, ngahaha maklum udah tuir ahahha.

Bandung, 14 Juli 2017.

Salam hamin enam.

Hildar.

Katanya DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang