7. Just Game

301 23 5
                                    

Aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Aku sudah memakai seragam biasa jadi tidak terlihat mencolok. Setelah mengaca, ku raih tas dan topi hitam lalu mengambil kontak mobil dan segera turun kebawah.

Dari ujung tangga aku melihat Mom, Dad, sama Allen lagi sarapan. Tunggu, siapa itu di sebelah Allen? Dengan rasa penasaranku, aku pun menghampiri mereka.

"Pagi semua," sapaku dan kulihat siapa yang duduk di sebelah Allen.

"Arza?" kagetku begitu tau siapa yang disebelah Allen.

"Hai, Queen." sapanya dengan senyum mengembang.

"Kok lo disini?" tanyaku.

"Gue jemput lo dong, ga boleh? Sekalian ketemu camer," ujar Arza membuat Mom sama Dad tertawa.

"Iya, gapapa dong Va, Arza kan baik mau jemput kamu. Ayo ikut sarapan." setuju Mom.

"Yayaya," ujarku pasrah lalu duduk disebelah Allen dan memakan sarapanku.

"Mama seneng deh, kamu punya temen yang baik, padahal kamu kan anak pindahan. Mom sempet khawatir kamu anak yang pendiam." ujar Mom membuatku membelalakan mataku bulat.

Apa? Gue? Pendiem? Yang bener aja. Gue diem karena ga ada yang ngajak ngobrol kali.

"Ava pendiem? Mom ngaco ah, mana mungkin Ava yang cerewet gini pendiem di sekolah." ujar Allen dan tanpa sadar kuangguki.

"Apa? Cerewet?" ujarku cepat saat sadar apa yang dikatakan oleh Allen barusan.

"Hahahaha," tawa mereka meledak.

Iya deh, ketawain aja terus, ga peduli.

Selang 10 menit kami sudah selesai sarapan. Aku beranjak dan pamit ke Mom sama Dad.

"Mom, Ava berangkat dulu ya." ujarku.

"Iya sayang, hati-hati di jalan," balas Mom hanya kuangguki.

Aku berjalan meninggalkan Arza yang masih pamitan sama Mom. Kulirik dia berlari mengejarku.

"Kok ninggalin gue sih," gerutunya.

"Lo kelamaan." ujarku datar.

"Yaudah buruan naik." ujarnya.

Aku hanya diam dan naik ke jok. Tanpa di suruh pun aku memeluknya dari belakang. Aku hanya sedang males buat debat pagi ini. Ku lihat dari spion Arza tersenyum. Gila, kenapa aku baru sadar kalau senyumannya semanis itu.

Aih, apaan sih Queen.

Selama perjalanan ga ada yang berbicara. Aku bersyukur karena aku lagi males buat ngomong pagi ini. Entah, tiba-tiba mood ku jadi jelek.

Gerbang sekolah udah keliatan. Aku tersenyum kecil lalu melepaskan pelukanku. Takut ada yang ngegosipin yang nggak-nggak lagi.

Setelah Arza memakirkan motornya, aku segera turun.

"Kenapa ga pegangan?" ujarnya disertai seringai.

"Lo gila ya," ujarku datar.

"Lo napa sih, jutek banget." gerutu Arza sambil mengerucutkan bibir. Aih, imut banget.

"Gatau, gue lagi ga mood aja." ujarku dan menatapnya malas.

"PMS lo ya?" tanya Arza.

"Nggak tuh," jawabku.

"Jangan jutek gitu dong sama gue. Gue kan udah baik gitu jemput lo." ujarnya sambil mengacak-acak rambutku.

"Gue ga nyuruh lo. Udah deh gue mau ke kelas. Ntar juga mood gue baik lagi. Ok?" ujarku lalu berjalan meninggalkan Arza yang masih mematung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang