AUTHOR POV
Suara apa itu?
Itu suara Queen yang ga sengaja nyenggol pintu yang ia tahan untuk menguping sehingga menjadi menutup.
Dengan cepat Queen berlari menuruni anak tangga sebelum Daniel tau siapa yang telah mendengar keluh kesahnya. Queen berlari dan terus berlari lalu masuk ke kelasnya. Sedangkan Daniel yang kurang cepat membuka pintu rooftop tidak tau siapa yang menguping.
"Hosh, hosh, hosh," Queen ngos-ngosan karena berlari dari rooftop ke kelasnya yang jaraknya lumayan jauh.
"Lo habis ngapain ngos-ngosan gitu?" tanya Claudia yang melihat Queen masuk kelas sambil ngos-ngosan.
"Hehe, gapapa kok, gue cuma pingin lari aja. Udah lama ga lari-lari gue." jawab Queen disertai cengiran.
"Ish, kuker lu Queen?" sahut Stella.
"Bocah," tambah Jeslyn sambil memeletkan lidah.
"Au ah, gue capek. Gue mau ke perpus dulu," ujar Queen dan mengerling pada mereka.
"Lah capek kok malah ke perpus?" tanya Cyntya.
"Buat tidur, hahahaha..." jawab Queen enteng dan tertawa keras.
Semuanya pada natap Queen yang maaih ketawa. Karena merasa di perhatikan, Queen pun diam dan melihat teman-temannya yang sedang menatapnya dengan tatapan aneh. Akhirnya Queen hanya nyengir kuda dan berjalan keluar.
"Ijinin gue ya Jes," ujar Queen sebelum benar-benar keluar.
"Iya dah,"
Sepanjang koridor Queen memikirkan kata-kata Daniel yang sangat tajam tadi. Itu benar-benar menyakiti hatinya secara ga langsung.
Kalo emang ga suka, kenapa teman-temannya tadi bilang di kantin keras gitu?
Akhirnya Queen udah sampai di perpus. Ia segera mencari bangku pojok agar tidak ada yang tau kalo dia tidur di sana. Ya. Daridulu Queen emang selalu begitu. Kalo mood nya buruk, pasti dia milih tidur. Dengan begitu waktu dia bangun, mood nya baik lagi.
Setelah menemukan tempat yang strategis, Queen pun menenggelamkan wajahnya. 10 menit berlalu, tapi Queen belum tidur. Aneh, biasanya ga sampe 5 menit udah tepar dia.
Kok gue ga bisa tidur ya, apa jangan-jangan gue masih kepikiran kata-kata Daniel tadi?
"Kalo gue boleh milih, lebih baik gue ga tau apa-apa daripada tau semuanya tapi cuma bikin nyesek." gumam Queen. Tanpa sadar air matanya menetes.
Tiba-tiba ada yang duduk di sebelahnya. Membuat Queen tersentak kaget dan segera menghapus air matanya dengan cepat lalu menoleh.
"Lo nangis?" tanya seorang cowok yang tiba-tiba duduk di sebelahnya itu.
"Gak, cuma kelilipan debu di meja nih," bohong Queen.
"Gausah bohong lo, udah keliatan banget kalo lo tadi nangis," ujar cowok itu.
"Ngaco ah, sok tau lo," elak Queen.
"Haha, okelah gue nurut aja sama lo. Oh ya, kenalin gue Arzachel Aditya. Panggil gue Arza." ujar Arza nama cowok itu. Yah, Arza lumayan ganteng. Ga lumayan ai, ganteng banget malah. Hidung mancungnya, bibir seksinya, alis tebalnya, mata hazelnya.
"Gue Avarine Queena. Lo boleh panggil gue Ava atau Queen." balas Queen dan senyum mengembang.
Arza ganteng juga ya. Ya ampun apaan si lo Queen. Tapi emang beneran ganteng kok.
"Gue panggil lo Queen aja deh, cocok banget sama orangnya. Cantik, kayak ratu." ujar Arza sambil mengerling.
"Apaan dah," ujar Queen disertai pipi yang memanas. Sial. Dia blushing.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Queen
Teen Fiction[Hiatus] Avarine Queena, anak baru di SMA Garda. Yang menggemparkan sekolah karena dia jadian dengan cowok most wanted di SMA Garda yang terkenal dingin, cuek, dan datar. Entah apa yang membuat mereka bersatu, tapi awal mula yang buruk membuat hubun...