Aku, hujan dan malam itu

54 0 0
                                    


Beberapa hari setelah aku memutuskan cinta kita, aku rasa memang aku salah. Begitu cepat mengambil keputusan hingga mudah melepasmu dengan banyaknya pengorbanan kita selama ini, perjuangan kita selama ini, hingga pertahanan kita selama ini. Maafkan aku, sayang. 

Aku meminta kembali berada dihatimu, namun ternyata hatimu telah tertutup untuk cintaku lagi. Aku tahu aku menyesal melepasmu mungkin aku baru sadar hari ini, mungkin aku terlalu egois, dan aku masih mencintaimu dengan penuh keegoisan. Mungkin ini terakhir kalinya aku tak diberi kesempatan untuk dicintaimu. Aku wanita yang bodoh, plin plan dan mudah mengambil keputusan, namun endingnya kau yang terlalu sakit. 

Sepulangnya aku kerja pukul 22:00, aku datang ke rumahnya, ditengah perjalanan  naik motor turunlah hujan, hingga aku begitu malas untuk memakai jas hujan, aku hanya memikirkan kau diderasnya hujan itu. Dingin, menggigil dan hampir beku. Datang untuk meminta maaf, dan membutuhkan jawaban. "kamu kenapa gak nerima aku lagi?"

"aku sedang ingin sendiri." jawabnya. Bahkan sampai orang  tuanya ada dihadapanku dan menyelesaikan masalah kita berdua. Begitu anak kecilkah kita sampai orang tua ikut campur masalah kita berdua. Begitu mudahnya kau mengatakan sudah tak lagi mencintaiku, begitu mudahnya kau ijinkan hatimu ingin sendiri, dan ternyata itu hanya alasanmu saja, kini kau telah memiliki gebetan baru yang entah itu siapa dan apakah dia lebih baik dariku atau tidak? jika iya, aku harap dia yang terakhir untukmu, yang aku pertanyakan adalah apakah dia bisa memperjuangkan cintanya sama seperti aku memperjuangkan cintaku padamu? jika iya, maka pertahankanlah dan jangan kau lepas lagi, karena sulit wanita memperjuangkan cintanya disaat masih dalam fase pacaran. 

Aku tak menyangka semudah itu kau melepaskan cinta yang selama ini kita bangun susah senang, hanya sebatas emosiku saja  dan tak ingin kembali lagi, apa salahnya kita kembali lagi seperti dulu? apa salahnya kita bergurau lagi seperti dulu? apa salahnya jika kita mengulang lagi seperti dulu dan anggap ini pelajaran berharga untuk hubungan kita. Pernahkah ia membayangkan hubungan pacaran saja tak dapat dipertahankan apalagi hubungan suami istri?ingatlah ini fase untuk di uji dalam hubungan, bukan perpisahan. Ingatlah aku tak ingin melupakan kejadian malam itu, dibawah hujan aku tetap datang menemuimu, dibawah angin aku tetap datang menyentuh hatimu, aku tak perduli apapun itu rintangannya, yang jelas aku tetap cinta dan tetap memperjuangkan cintaku padamu. 

Walau aku tahu hasilnya nol, walau aku tahu kau sulit menerimaku kembali, namun jujur, aku akan tetap berjuang dan ingin memperbaiki semua tentang kita, semua yang telah berlalu dan terluka berharap kita obati bersama, berharap kita balut bersama, hingga mengganti dengan lembaran baru yang lebih baik dari hari kemarin. Cinta adalah ketika aku biasa saja, namun tetap menjadi luar biasa dimatamu, dan tetap menjadi apa yang kau inginkan, ada padaku, apa yang kau butuhkan ada padaku, aku tetap jadi milikmu kapanpun kau ada dan kau tiada. 

Tetaplah kau menjadi apa yang aku suka, tetaplah menjadi apa yang aku ingin, dan apa yang aku cintai. Bolehkah aku belajar mencintaimu apa adanya dirimu? bolehkah aku menyayangimu berdasarkan apa yang kau miliki hingga aku mengabulkan apa yang kau ingin dan kau harapkan dariku, aku akan berubah. Aku berjanji akan mencintaimu apa adanya dirimu, setulus yang kau inginkan, sampai detik ini aku akan tetap bertahan untuk tetap mencintai kamu.

Aku, kamu, dan senja kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang