Jika ada yang menjual kebahagiaan, mungkin aku akan beli 10 kg

42 0 0
                                    


Aku seperti senja yang tersesat dalam gelapnya malam aku seperti ruangan tanpa udara yang singgah begitu saja dengan tiupan angin sekelibat mata memandang seakan aku bermuara kalbu yang tak ku temukan lagi hingga di ufuk barat dan timur sampai aku yang menentukan waktu tersebut. Sungguh diantara muara sore aku temukan jingga yang tak lagi terlihat indah dan malam yang gelap hingga tak dapat aku sembunyikan lagi bahkan jingga itu telah aku rindukan. Cinta darimu contohnya. 

Berhari-hari dalam kegelapan menyusang rindu yang tak terobati hingga kau tersesat dilain hati bersama yang lain dan aku bahagia dalam bibir tipisku untuk kamu yang maha rindu kekasih dalam doaku. Semudah itu kau melepaskan cintaku yang pernah kita ciptakan bersama dengan jatuh bangun, dengan keringat dan tangis yang terus membekas luka. Dengan mudahnya kau berpaling lalu kau bahagia tanpa memikirkan aku bagaimana rasanya tanpa kamu dihari-hariku.

 Apa kau tak pernah melakukan kesalahan dengan emosi hingga kau menyesatkan diri sendiri? apa kau tak pernah bersandiwara dalam senyum sampai kau tak tahu aku disini ingin memuntahkan cinta yang dulu tertanam lalu ingin ku lepas jauh-jauh sampai ke ujung negeri ini. Jauh dan jauh  singgah dari dihatiku. Apa kau tak pernah melakukan kesalahan dan selalu dimaafkan oleh orang lain, apa kau terus saja mengingat masalah dan kesalahan orang lain sampai tak sedikitpun kebaikanku terlintas dihatimu. Benar saja kata pepatah "sekecil kesalahan selalu di ungkit-ungkit dan diingat sedangkan seribu kebaikan selalu tersimpan rapi bahkan ketika melihatpun pura-pura tidak tahu."

Sebegitu salahkah diriku dimatamu sampai kau tak pernah membalas pesanku dengan baik dan lemah lembut, apa kau sekasar ini hingga kekejaman mudah kau tunjukkan pada saat kekasihmu membutuhkan kedewasaan. Tegas dan kejam itu berbeda. Setidaknya ketegasan menyelesaikan masalah dengan bijaksana dan dewasa sedangkan kejam, terlalu mencampakan orang lain dan mengabaikan pengorbanannya yang kau anggap itu biasa saja, padahal itu perjuangan yang belum tentu kau temukan dilain waktu pada wanita lain. Aku berusaha meninggalkan masa laluku demi hubungan kita, aku berusaha semaksimal mungkin untuk kau masih tetap tegar bersamaku namun sayangnya kau tak lagi memberikan kesempatan itu untukku. Kau lebih memilih mencari wanita yang lebih baik dariku. Silahkah, jika itu yang kau mau, aku rela kau bahagia dan  aku akan melepaskan dan ikhlas secara perlahan.

Jika ada yang menjual kebahagiaan, mungkin aku akan beli hingga 10 kg.

Ya Allah, aku minta maaf masih merindukan dia. Masih terfikirkan tentangnya, masih ingin didekatnya dan terus mengintai waktunya untuk terus bersamaku. Sayangnya dia sudah tak ingin menyapaku lewat kepingan hati yang lembut, mungkin Engkau memberikan waktu untuk kita introspeksi diri, mungkin Engkau memberikan  masalah untuk kita berpisah karena ini jalan terbaik darimu untuk kita dewasa.

Wahai kau kekasih doaku, maaf sampai saat ini aku masih merindukanmu, jangan siksa aku lagi ya dengan caramu sendiri. Kau boleh melupakan, namun jangan kau siksa aku dengan terus dendam padaku dan membenciku, aku ingin melupakanmu dengan baik dan kaupun tetap menjadi baik dan dewasa tanpaku.

Fikirku selalu berbisik di telinga "untuk apa kau menangisi pria seperti itu? Tak pernah ada saat kau butuh, saat kau terjatuh seperti ini, Ia bahkan menjatuhkanmu lebih dalam lagi, membuatmu cemburu, bahkan tak pernah ada rasa iba padamu, apalagi menghargai pengorbanan yang pernah kau tunjukkan padanya, kau perjuangkan sampai ditetes terakhir air matamu dia belum juga sadar bahwa kamu tulus ingin memilikinya kembali. Tuhan berkata beda dan kamu hanya membutuhkan cinta."

Seegois itukah aku hanya membutuhkan cintanya sendiri sedangkan ia tidak. Sekeras itukah aku hanya bisa memulai jauh lebih dari yang aku tahu sedangkan ia berhenti sampai disini. Sejauh mana kita melangkah sedangkan langkahan itu tak dapat dipijaki lagi olehnya, di telusuri olehnya apapun itu halnya. Terkadang dunia ini begitu kejam padaku, seakan aku tak lagi dihargai oleh apa yang aku inginkan namun sayangnya ini ujian. Kata orang. Namun kapan aku lulus karena selama ini, aku selalu mendapatkan ujian dan ujian terus menerus. Jauh sekelibat mata memandang tangis yang kian mengering secara perlahan hingga menusuk nusuk dada yang ingin ku obati secara perlahan, tak perlu lagi mencari perhatian darinya karena ia sudah tak memperdulikan apa itu cintaku, apa itu perjuanganku dan apa itu ingatanku tentangnya. Jika lelah, sudah pasti jika ingin sudah dari dulu, jika pergi masih aku fikirkan untuk pergi dari ingatanmu dan lari dari kenyataan ini.

Terkadang rindu membuatku patah dalam semangat berjalan menyusuri hingga sesak di dada memendam rasa yang tak bertanggung jawab sekelibat mata memandang asa dan tenggelam dalam duka lara hingga berlari dari kenyataan dunia yang tak lagi mengenalkan sisi apapun itu tentang aku dan dia. Jika aku merasakan apa itu cinta, maka ketahuilah cinta itu ada disetiap lara yang pernah hadir dan menepi saat ia terusir dan terbaring saat ia sakit dan terlampiaskan saat mulai berlari dari nyatanya kehidupan pahit yang terabaikan.

Jika kau ingin kembali, kembalilah pada malam-malam hingga kian terbelenggu dalam kenangan tenang saja, aku masih ada disitu menunggu kamu mengingat tentang kita. Aku masih ada saat kau rindu aku, pejamkan matamu dan bayangkan kebersamaan kita, disitu sudah pasti ada aku yang masih menunggu harapan-harapan yang lebih indah dari hari kemarin. Berfikirlah positif sayang, kita bisa membangun kisah yang lebih baik lagi dan aku masih mampu hal itu, apakah kau sendiri masih mampu? Mampu memulai kisah kita yang baru? Jika tidak.... 

(4/07/2017)

Aku, kamu, dan senja kitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang