Three

47 4 2
                                    

Caitlyn membuka matanya perlahan kemudian menutupnya lagi karna tidak tahan dengan sinar matahari yang menembus jendela kamarnya. Dia menutup matanya lagi berniat untuk melanjutkan mimpi indahnya lagi.

Kringggggg!!!!

Caitlyn meraba meja di sampingnya mencoba mencari handphone nya tapi nihil. Dia berusaha meraba lebih jauh lagi sehingga tubuhnya ikut bergeser lebih jauh dari posisi tidurnya pada awalnya.

Bruk!

Caitlyn mengerang kesakitan karna dia baru saja jatuh dari kasurnya dan kepalanya terantuk ujung meja miliknya. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

"Tolong jangan membiru lebih dahulu" gumam Caitlyn saat dia melihat jidatnya yang sudah agak membiru akibat insiden jatuh dari kasurnya tadi. Dia berusaha menutupi bekas biru itu dengan bedak tapi dia tidak tahan dengan rasa sakit yang dirasakannya saat bedak menyentuh bekas biru itu.

"Apa hal buruk yang akan terjadi lagi kepadaku?" Ucap Caitlyn sedikit berteriak. Gadis itu meraih ikatan rambut miliknya dan mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda.

Hari ini kulkas Caitlyn kosong dan itu tanda bahwa Caitlyn harus berbelanja untuk mengisi kulkas itu yang sudah seperti peti mati.

Dia meraih kunci mobil dan dompetnya kemudian pergi menuju supermarket.

**

"Keju sudah, susu sudah, sayuran sudah, dan apa yang kurang? Makanan ringan?" Caitlyn berjalan sembari mendorong troli nya menuju area makanan ringan. Dia mengambil beberapa ciki kemudian melemparnya ke dalam trolinya. Ponselnya menyala beberapa kali menandakan adanya pesan masuk. Saat dia hendak membuka kunci ponselnya untuk menjawab beberapa pesan dari dosen nya yang menyebalkan itu, sebuah troli menabrak troli miliknya.

"Maaf, maafkan aku" ucap pria itu. Caitlyn mendongak untuk melihat orang yang menabraknya itu kemudian tertegun sejenak.

**

Caitlyn Point Of View

Baiklah, apa apaan ini?

"Caitlyn? Caitlyn Caine bukan? Astaga! Ini aku Cait, Brandon!" Aku berusaha mengingat ingat nama 'Brandon' dalam fikiranku.

"Brandon?" Pria itu berdecak kemudian berkata, "bagaimana dengan 'Maejor'?" Di fikiranku mulai teringat sesuatu. Ya dia Maejor atau Brandon, dia dulu teman satu SMA ku di New York.

"Brandy! Apa kabar? Dan sedang apa kau disini? Bukankah kau tinggal di New york?" Ucapku memeluknya. Dia membalas pelukan ku kemudian tersenyum.

"Aku pindah kesini sekitar 2 tahun yang lalu. Aku menyanyi di sebuah klub tidak jauh dari sini" aku mengangguk mengerti.

"Kau harus memberitau dimana tempatmu tinggal Cait, mungkin kita bisa berbicara kapan kapan" ucap Brandon.

"Tentu saja! Aku akan meng-sms alamatku. Aku harus mempunyai nomormu" Brandon mengeluarkan ponselnya kemudian menyebut nomor telfonnya lalu aku catat. Kami mengucapkan selamat tinggal kemudian pulang.

"Kenapa aku harus membeli makanan sebanyak ini? Caitlyn bodoh!" Gumamku kepada diriku sendiri. Aku tidak menyangka belanjaanku sangat banyak. Bukan karna harga yang harus aku bayar tapi seberapa beratnya belanjaanku membuatku stress.

"Tidak! Tidak!" Teriakku saat salah satu plastik yang aku bawa robek dan memecahkan semua telur yang aku beli.

"Bodoh!" Ucapku mencoba mencari cara untuk membereskan pecahan telur di lantai. Aku berlari ke ujung lorong untuk mengambil kain pel yang ditinggalkan petugas kebersihan untuk mengelap semua pecahan telur.

"Memerlukan bantuan?" Aku mendongak dan melihat Justin yang sedang tersenyum menatapku.

"Mungkin, eh, tapi tidak usah"

"Kau yakin?" Aku mengangguk kemudian mulai mengelap semua pecahan telur kemudian membuang kulitnya ke tempat sampah di ujung lorong. Saat aku kembali, Justin masih disana, berdiri di depan pintu apartemennya.

"Kenapa tidak masuk?" Tanyaku menghampirinya.

"Aku hanya bertanya tanya apakah kau membutuhkan telur. Karna aku punya lumayan banyak didalam" aku ingin sekali menolak tawarannya tapi aku harus jujur. Aku membutuhkan telur telur itu, untuk sarapan besok.

"Tentu, kalau kau tidak keberatan" ucapku. Justin tertawa kecil kemudian menuntunku masuk ke apartemennya. Seekor anjing kecil berbulu hitam kecoklatan berlari kearah ku dan Justin. Justin berjongkok kemudian mengelusnya lalu berjalan menuju kulkasnya.

"Aku kira keluargamu datang"

"Ayahku mengajak kedua adik ku pergi ke Disneyland, jadi aku sendirian" ucap Justin membuka kulkasnya

Anjing milik Justin itu menggonggong kearahku sembari menggoyangkan ekor kecilnya.

"Esther menyukaimu." Ucap Justin. Aku tersenyum kemudian menggendong Esther. Aku berjalan melihat lihat foto yang terpajang di dinding apartemen Justin.

Beberapa fotonya adalah foto masa kecil Justin dan beberapa foto anak laki laki dan perempuan yang mungkin saja adiknya. Saat aku sedang asik melihat lihat, sebuah foto menghentikanku.

**

Sudah lama gak update wkwkwk. Ada yang galau soal pwt indo? Ada? Sama:(

Stay (JUSTIN BIEBER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang