가자

513 120 29
                                    

Jeon Jung-kook

Melihat jaketku yang pernah kuberikan kepada Soo-jung digeletakkan begitu saja di lobby membuatku panas. Beraninya dia melakukan ini kepadaku! Aku telah mencoba meminta maaf, tapi mengapa ia tidak bisa memaafkanku?

🌵🌵🌵
Flashback On

"Kook oppa, sedang apa kau sekarang?" ucap Soo-jung ceria.

"Bukan urusanmu!" jawab Jung-kook kembali dengan ketus. Seperti biasa, jika ia mabuk, ia bahkan melupakan pentingnya Soo-jung baginya. Setelah enam bulan bersama, Soo-jung juga jelas-jelas mengetahui kebiasaan Jung-kook ketika mabuk. Setelah berulang kali dibicarakan, Jung-kook tetap bersikeras untuk meminum alkohol. Memang tidak salah, apalagi dengan pekerjaannya yang membawa stress, tetapi Soo-jung benar-benar tidak bisa menahan emosinya melihat Jung-kook selalu mengangkat suaranya dan meniduri wanita lain di depan matanya sendiri.

"Jung-kook ssi, jika kau melakukan ini terus menerus aku akan memblokir aksesmu ke casino maupun ke club-club di Korea!" jawab Soo-jung kembali dengan nada dingin. Tetapi, tetap saja Jung-kook yang mabuk coba melawan.

"Haebwa! [Coba saja] dan disaat itu juga kita akan putus!" sentak Jung-kook kembali sebelum mengakhiri panggilan.

Seminggu kemudian. . .

"Kook oppa!" ucap Soo-jung ceria dari ujung pintu kamar Jung-kook. Matanya langsung melebar ketika ia melihat pakaian wanita berserakan dimana-mana. Betapa ingin sekali ia memaki Jung-kook dan membakar wanita itu hidup-hidup, tetapi ia tidak ingin menyakiti hati Jung-kook.

"Sedang apa kau disini? Kan aku sudah bilang! JANGAN PERNAH MENGUNJUNGIKU!" teriak Jung-kook yang setengah telanjang.

"Baiklah, sorry for disturbing. . ." gerutu Soo-jung dengan ekspresi sedih sambil berjalan keluar pintu. Di depan pintu, ia disambut oleh Tae-hyung yang menatapinya tanpa berbicara apa-apa.

"I'm sorry. . ." ucap Soo-jung sambil menahan tangisannya.

"Soo-jung a, kau harus kuat. Kau kan kakaknya Soo-yeon, kau harus lebih kuat darinya." tutur Tae-hyung sambil memeluk Soo-jung untuk menenangkannya. Disaat yang bersamaan, Soo-yeon memasuki dorm para member Bangtan dengan ceria, ketika ia melihat Tae-hyung memeluk kakaknya yang menangis, ia langsung menghampirinya dengan ekspresi bertanya-tanya.

"Are you alright? Need a 'sis to sis' talk?" ucap Soo-yeon sambil menenangkan kakaknya yang terus menangis.

"Let's go. . ." balas Soo-jung sambil berjalan keluar membawa kue yang ia bawa untuk Jung-kook.

🌵🌵🌵

"He did that to you? That son of a—"

"Enough! I'm sick of him. . . I'll need time to be alone. I'm planning on going to Swiss to attend the resort colaborations between Lamberts and Lee Corp. I'll be back in a month. . ." ucap Soo-jung dengan wajah sedih.

"Sebaiknya kau tinggalkan dulu Jung-kook, biarkan dia sengsara dulu agar ia mendapatkan pelajarannya. . ." tambah Tae-hyung setelah melihat Soo-jung menundukan kepalanya untuk menahan tangisannya yang tidak terhenti selama sejam.

"He's right. . . We'll contact you if anything goes wrong. . ." ucap Soo-yeon sebelum memeluk kakaknya yang masih menangis. Sejak hari itu, sudah tidak ada Soo-jung yang manis. Lahirlah sang ratu es yang tidak berperasaan, yang menginjak-injak musuhnya dengan keji, dan bahkan membunuh mafia dengan tangannya sendiri.

Flashback Off

"Dimana dia?" tanya Jung-kook sambil menahan emosinya. Setelah sejam menanyakan pertanyaan yang sama kepada staff di penthouse Soo-jung, yang ia dapatkan hanyalah penolakan.

"I'm sorry sir, but Ms. Lee specifically ordered me to—"

"Where is she?" teriak Jung-kook kembali, kali ini ia langsung membuang jaket yang ia pegang ke lantai dan mendorong sang staff kearah dinding. Perlahan-lahan ia menguatkan tangannya yang memegang leher sang staff, membuatnya sesak nafas.

"Let him go you asshole!" teriak seorang wanita dari kejauhan. Dengan mata yang berapi-api, Jung-kook menoleh ke belakangnya dan langsung melepaskan sang staff yang berdiri ketakutan.

"Soo-jung ssi, apakah kau benar-benar tidak mempunyai hati hingga kau membuang pemberian orang lain di lobby hotel begitu saja?" tanya Jung-kook dengan nada dingin sambil mengepalkan tangannya.

"I don't know what you're talking about!" sentak Soo-jung kembali.

"Kalau begitu apa ini?" ucap Jung-kook dengan jari telunjuknya yang menunjuk kearah jaket velvet yang berada di tanah.

"That's not mine!" jawab Soo-jung kembali. Ia benar-benar tidak bisa memercayai matanya sendiri, Jung-kook sedang berdiri di depannya, dan telah menghabisi lima staff penjaga rumahnya, serta membawa jacket velvet yang entah siapa pemiliknya.

"Kau benar-benar tidak mempunyai hati. . . Aku sangat kecewa terhadapmu!" ujar Jung-kook dengan tatapan mengerikan kearah Soo-jung. Mendengar ucapannya saja sudah membuat hati Soo-jung sakit, bagaimana bisa Jung-kook mengatakan itu di depan wajahnya sendiri.

Meskipun mereka berpisah, Soo-jung tidak pernah membuang barang pemberiannya. Tanpa berpikir panjang, Soo-jung langsung berlari kembali ke garasi mobilnya dan membuka mobil Lamborghini miliknya yang berwarna putih. Ia merogoh sebuah jacket yang berada di kursi belakang dan berjalan kembali ke Jung-kook.

"Still don't believe me?" ucap Soo-jung dengan nada menyindir.

Jung-kook tidak bisa memercayai apa yang ia lihat barusan. Lagi-lagi ia termakan emosinya dan melakukan kembali kesalahan yang harusnya tidak ia ulangi.

"Baiklah, maafkan aku. Aku tidak akan pernah muncul kembali di hadapanmu." ucap Jung-kook sebelum berjalan pergi meninggalkan Soo-jung. Ia langsung memasuki mobilnya dan mengendarainya keluar dari penthouse Soo-jung tanpa mengucapkan apapun.

"Lagi-lagi aku membuat kesalahan yang bodoh. Soo-jung tidak mungkin memaafkanku. Dasar bodoh!" batin Jung-kook sambil menyetir mobilnya kembali ke dorm.

Ia disambut oleh wajah Soo-yeon, Jimin, dan Tae-hyung yang garang di depan pintu.

"Care to explain what the heck just happened?" tanya Soo-yeon sambil menahan amarahnya.

"Maafkan aku. . . Aku sudah gila. Aku tidak akan pernah muncul di hadapan kakakmu lagi." ucap Jung-kook dengan nada sedih. Tanpa memedulikan Tae-hyung dan Jimin, ia langsung berjalan kembali ke kamarnya tanpa mengucapkan apapun.

"Okay, that's odd. Did he hit his head somewhere?" gerutu Soo-yeon yang benar-benar bingung menghadapi semua ini.

"Biarkan dia sendiri, jangan ada yang masuk ke kamarnya. Ia butuh waktu untuk merenungkan perbuatannya." ucap Jimin sambil meletakkan tangannya di pundak Soo-yeon dan Tae-hyung. Tanpa diberitahupun, Jimin dengan mudah bisa menebak apa yang terjadi. Jung-kook tidak mungkin marah dan tiba-tiba meminta maaf dalam sekejap, ia pasti telah melakukan kesalahan yang tidak ingin ia akui. Kesalahan besar yang mungkin telah menghancurkan hidupnya. . .

—End of Chapter Four : 가자—

Imperfection🌵jjk [2/7]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang