6

2.7K 386 5
                                        

Aku tidak pernah menyadari sudah sejauh mana kedekatan kami. Aku bahkan tidak pernah mengira bahwa aku bisa dekat dengannya, semua seolah terjadi begitu saja; ajaib dan menyenangkan!

***

Aku mendengus kesal ketika Wonwoo meninggalkanku yang masih bediri di depan stan cotton candy, dasar tidak sabaran!

"Kenapa kau meninggalkanku?"

"Lama sekali, dan aku malas mengantre."

Aku menghela napas, sepertinya aku memang salah telah mengajak makhluk pemalas seperti Wonwoo ke bazar makanan seperti ini. Serius, aku menyesal.

"Tahu begini, aku lebih baik mengajak Jihyun tadi." Gumamku lalu berjalan mendahuluinya dengan langkah kaki yang sedikit dihentakkan.

Setelah cukup lama berjalan, perhatianku kemudian tertuju pada salah satu stan yang menjual ttoekbokki, aku lalu berbalik hendak mengajak Wonwoo, tapi ternyata dia tidak berada di belakangku.

"Astaga, anak itu kemana?"

Pandanganku menyapu seluruh area bazar, tapi aku bahkan tidak bisa menemukan bayangannya sekalipun.

"Dia tidak mungkin hilang 'kan?"

Aku jadi panik sendiri, pasalnya ini tempat ramai. Wonwoo mungkin tidak akan hilang karena dia bukan anak kecil lagi. Tapi entahlah, aku hanya khawatir jika sesuatu hal terjadi padanya.

"Astaga, bagaimana ini?"

Aku sebenarnya bimbang. Di satu sisi aku ingin mencari Wonwoo, tapi di sisi lain, aku sangat lapar dan ttokebokki itu terlihat sangat menggoda.

"Lebih baik aku isi perut dulu." Putusku kemudian, lalu ikut bergabung di depan stan dan meminta satu porsi ttoekbokki.

***

"Astaga, aku lelah sekali."

Aku memilih duduk di kursi taman area bazar. Aku lelah sekali setelah berkeliling mencari Wonwoo, tapi tidak bisa menemukannya di mana pun.

Kakiku pegal dan aku gerah sekali. Awas saja, ketika aku menemukan anak itu, aku akan mem--

"Kau seperti anak hilang duduk disini."

Kepalaku terangkat dan yang pertama kali kulihat adalah sebuah cotton candy berwarna pink di hadapanku, lalu disusul dengan wujud Wonwoo setelahnya.

Aku berdiri. "Kau dari mana saja?" Tanyaku sedikit kesal. Aku mencarinya sedari tadi, tapi tiba-tiba saja wujudnya muncul di hadapanku dan bertingkah seolah dia tidak pernah kemana-mana.

Wonwoo tidak menjawab dan memilih menyodorkan cotton candy itu ke depan wajahku, "kau bilang mau cotton candy 'kan?"

Aku tidak menerimanya dan malah menatapnya kesal.

"Ya sudah kalau ti-"

"Ya! Ini punyaku."

Aku melihat Wonwoo mengulum senyumnya ketika akhirnya tanganku merebut cotton candy itu dari tangannya.

"Kau mengantre untuk ini?"

Wonwoo berdehem lalu menggeleng salah tingkah. "Tidak."

Mataku memicing tidak percaya. "Jeongmal?"

"Ya sudah ka-"

"Kau kenapa sih? Kau 'kan beli ini untukku, kenapa mau diambil terus?" Ujarku ketus lalu mulai memakannya.

Enak.

"Kau mau?"

Wonwoo menggeleng. "Kau saja."

Aku ikut menggeleng. "Tidak boleh begitu, kau sudah mengantre untuk ini, jadi kau harus coba."

"Tidak."

"Sedikit saja, ini enak."

"Tidak."

"Ah ayolah Jeon Wonwoo, gigimu tidak akan sakit hanya karena permen kapas ini, sedikit saja. Ini enak, aku serius."

Wonwoo menghela napas, dia menyerah dan akhirnya kami menghabiskan cotton candy itu berdua.

Setelah itu, kami berkeliling mencari tempat duduk yang lebih nyaman dan sejuk.

"Ahreum." Panggil Wonwoo setelah kami berdua duduk di salah satu bangku taman yang agak jauh dari kawasan bazar.

"Hm?"

"Aku ingin bertanya."

Aku mengangguk. "Tentu."

"Tapi kau harus jujur."

Aku mengangguk lagi.

"Dan cepat."

"Iya, Jeon Wonwoo."

Wonwoo tersenyum.

"Aku temanmu?"

"Ya."

"Kau senang bersamaku?"

"Ya."

"Kau nyaman di dekatku?"

"Ya."

"Kau mau jadi kekasihku?"

"Y-a..."

Aku berbalik menghadapnya dengan tatapan terkejut. "Apa kau bilang?"

"Kau mau jadi kekasihku?" Ulang Wonwoo.

"Jangan bercanda."

"Apa aku terlihat bercanda?"

Aku mengamati wajah Wonwoo. "Tidak."

"Jadi?"

"Jadi apa?"

"Kau mau tidak?"

"Mau apa?"

"Astaga, lupakan saja."

"Eiy, kau tidak serius yah?"

"Aku serius. Tapi aku gugup sekali, dan kau malah mengulangnya terus menerus."

Aku tergelak, eskpresi Wonwoo yang sedang merengut benar-benar lucu. Wajahnya memerah dan mulutnya mencebik tidak suka.

Aku tergelak lagi, jarang sekali menemukan ekspresi menggemaskan Wonwoo yang seperti sekarang.

"Memangnya kau menyukaiku?"

"Orang bodoh mana yang menyatakan cinta jika tidak suka?"

"Mungkin saja kau salah satunya." Timpalku cepat.

"Astaga, aku menyukaimu Lee Ahreum, aku mencintaimu."

Aku tersenyum lebar lalu memeluknya. "Nah, seperti itu, itu baru pengakuan namanya."

Wonwoo membalas pelukanku. "Kau mau jadi kekasihku 'kan?"

Aku mengangguk dalam pelukannya. "Tentu saja!"

***

End.

Noooooo!

Hahaha, masih ada satu chapter lagi sebelum end.

Love,
Ocidxx

[1] Hello | Jeon Wonwoo✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang