04

31 5 0
                                    

"Maaf rel aku gabisa"

"Kenapa?!"

"Baru juga kenal masa udah nembak lagi" sahut dinda

"Alesan lo basi! Ada alesan lain ga?"

"aku sukanya oranglain bukan kamu"

"Terus oranglain itu suka ke kamu?"

"Aku gatau, yang pasti aku bakal berjuang, siapa tau dia balas cinta aku"

Hening, tak ada yang berbicara lagi, keduanya sama sama diam

"Lo tau? Cinta itu gabisa dipaksain, karna semakin lo berjuang, hati lo bakal semakin sakit" ucap darrel, sepertinya dia telah berpengalaman sekali dalam urusan cinta

"Kamu pernah ngalamin?"

"Pernah, rasanya itu gimana ya? Kaya sakit tapi gabisa dijelasin gitu"

"Sakit yang ga berdarah ya?"

Darrel menganggukkan kepalanya. Lalu setelahnya kembali hening, tak ada lagi yang berbicara.

"Oke gue gabakal maksa kalau lo gamau jadi pacar gue, asalkan.." darrel memotong ucapannya membuat dinda mengerutkan keningnya. "Asalkan apa?"

"Asalkan lo mau ajarin gue"

Dinda semalin mengerutkan keningnya. "Apasih? Gajelas"

"Lo bego banget sih, Gue minta lo ajarin gue, ya belajar, tapi dirumah gue. Dan lo harus mau"

Dinda mengerti, dia lalu menganggukan kepalanya sambil tersenyum dan berlalu. Namun sebuah tangan menghentikkan gerakannya, dinda menoleh "Apalagi?" ucapnya

"Gue minta id line lo"

"Buat apa? Ga sembarang orang boleh punya kontak line aku"

"So ngartis banget sih lo! Ini cuma buat.." darrel menghentikan ucapannya lalu ia seperti sedang berfikir

"Apa?" tanya dinda

"Yaudah intinya gue minta id line lo, gue yakin suatu saat lo bakal butuh pertolongan gue"

Dinda tidak mengerti, pria didepannya ini memang aneh, dia Selalu mengucapkan kata kata yang tidak dinda pahami maksudnya. Karna dinda tidak mau berlama lama lagi maka ia pun memberikan id linenya. Lalu setelahnya ia kembali melanjutkan langkahnya

"jangan dibodohin sama cinta din, semua orang nganggap cinta itu indah karna mereka belum merasakannya!" teriak darrel. Dinda semakin tidak mengerti, ia lalu menghentikan langkahnya dan tersenyum ke arah darrel sebelum akhirnya pergi.

===

Kini tengah pukul 8 malam, Acara pensi baru saja selsai, dan semua siswa diperbolehkan untuk pulang,dinda celingukkan karna ia tidak menemukan angkot untuk pulang. Dia sendiri karena sahabatnya, ica dan sisil telah pulang naik bus terlebih dahulu. Dari kejauhan dia melihat darrel bersama temannya, sepertinya dia juga akan pulang.

"Hei". Dinda kaget, dia menoleh dan mendapati farrel dipinggirnya sambil tersenyum, dindapun hanya membalas senyuman farrel. "Kamu mau pulang?" . Dinda hanya menganggukan kepalanya. "Mau barengan sama aku?"

"Gausah, makasih" ucap dinda sambil tersenyum dan celingak celingukan masih mencari angkot.

"Jam segini angkot udah jarang lewat, kalau kamu mau ayo bareng"

Dinda belum menjawab, dia masih berfikir, benar juga, jam segini angkot sudah jarang lewat. Ia pun menganggukan kepalanya. Farrel lalu menyuruh dinda naik ke motornya. "Maaf ya lo ga pake helm, soalnya gue gabawa, tapi gue janji bakal jalanin motornya hati hati"

Lagi lagi dinda hanya tersenyum padahal di dalam hatinya, entah apa yang terjadi namun sepertinya para sel sel hati dinda tengah menari kegirangan.

Dari kejauhan, darrel melihat kepergian dinda dan farrel, lalu ia tersenyum kecut . "Jadi dia cowo yang lo suka din?" batin darrel

i believe i'm strongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang