Saat dinda masuk kedalem mobil darrel, dinda sempat terbelalak kaget saat melihat darrel masuk sambil memakai kacamata hitam yang ad dinakas mobilnya. "Orang ini bener bener udah gila" . Darrel sepertinya tidak sadar bahwa dinda menatapnya dengan tatapan aneh.
Mobil darrelpun melaju, selama perjalanan mereka hanya sibuk sendiri, dinda sibuk memperhatikan jalanan sementara darrel sibuk bernyanyi, karna tadi dia memutar kaset jazz pada radio mobilnya.
Dinda melirik darrel. Dia Masih menggunakan kaca mata hitamnya, dengan mulut yang terus bernyanyi, tanpa sadar bibir kecil dinda tertawa, darrel yang mendengar tawa dinda langsung melihat kearahnya, dinda yang malu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil mengalihkan kembali pandangannya kejalan. Darrel mengangkat sebelah alisnya "lucu" gumam darrel.
"Heh cewe, pulang sekolah bareng gue ya" ucap darrel memulai pembicaraan
"Hah? Kenapa?" tanya dinda bingung
Darrel mendengus sebal. "Heran gue, udah jelas lo itu telmi, tapi kenapa nilai lo bagus terus ya? Perasaan gue aja yang otaknya normal nilainya selalu dibawah kkm"
Dinda tertawa kecil "Makanya kamu harus belajar"
"Nah itu dia"
"Apa?"
"Lo pikun"
"Iya apa?"
"Lo lupa?"
"Ih apa?"
"Lo kan udah setuju mau ngajarin gue"
"iya terus?"
Darrel ingin sekali mengelus kasar wajah polos dinda. Tak habis pikir, mengapa siswi telmi seperti dinda bisa dijadikan sebagai siswi berprestasi?
"oh aku tahu" ucap dinda tiba tiba "Jadi nanti pulang sekolah aku harus ngajarin kamu ya?" sambungnya
"Hmm" jawab darrel yang sudah terlanjur kesal
.........
Mobil darrel masuk kehalaman sekolah, karna ini masih pukul enam lebih, jadi sekolah masih sepi. Darrel membuka kaca mata hitamnya lalu menatap dinda lekat lekat. Dinda yang sedang membuka sabuk pengamanpun menyadari hal itu. "Ada apa?" tanyanya
"Denger ya, gue mau berjanji nih, dan lo jadi saksinya, lo harus siap dong kalau jadi saksi" ucap darrel serius. Dinda terkekeh, mau janji aja ribet gumamnya dalam hati.
"Iya mau janji apa?" tanya dinda sambil masih terkekeh
"Gue Darrel, anak kelas XI 3 berjanji akan belajar dengan benar dan tidak akan bolos lagi"
Dinda tertawa, kali ini bukan terkekeh melainkan tertawa. Darrel tersenyum melihat dinda tertawa seperti ini
"Harusnya itu bukan janji rel, tapi prinsip" ucap dinda disela sela tawanya
"Prinsip gitu? Bukannya janji ya?"
Dinda menggeleng sambil terus tertawa. Ternyata ada satu sifat darrel yang baru dinda ketahui, Darrel itu sebenarnya badboy yang humoris dan tidak terlalu bad menurutnya, buktinya dinda tahu bahwa darrel bukan perokok, darrel hanya selalu menjahili dan bukan melawan guru. Dan dia itu pemalas, bahkan untuk belajarpun malas.
"Ohiya satu lagi din" ucap darrel semangat
"Apa?" tanya dinda
"Gue kan bikin janji, tapi gue gabilangkan bakal ngejalaninnya kapan? Jadi sekarang aku belum mau dulu nepatin janji itu"
Dinda melongo. Bisakah seperti itu? Yaudahlah terserah dia, toh hidup juga hidup dia, fikirnya
"Iya iya asal harus tepatin janjinya"
"siap" ucap darrel sambil hormat kepada dinda
"Apasih? Ko hormat ke aku bisa tapi kalau hormat kebendera jarang? Hahaha"
"Ih ko dinda tau?Lo suka ngepoin gue ya?" pede darrel
"Emang kamu gatau?"
"Apa?"
"Setiap kita upacara itu diabsen"
"Anjing" refleks darrel. Sekolah macam apa ini? Upacarapun diabsen, kalau begitu berarti alfanya banyak sekali. Dinda hanya tertawa
"Bodo ah yang penting lulus, udah sekarang lo masuk kelas kayanya bebtar lagi bel" karna keasyikan mengobrol mereka jadi lupa bahwa ini sudah jam tujuh kurang
"Terus kamu gaakan sekolah?" tanya dinda
"Besok besok deh, sekarang gue ngantuk, mau bolos aja, tolong bilangin ke kelas gue ya kalau gue gamasuk karna izin"
"Aku gamau bohong" ucap dinda sambil menjulurkan lidahnya. "Terus nanti pulang sekolah katanya mau belajar, kalau kamu gasekolah jadinya gimana?" tanya dinda butuh penjelasan. Darrel tampak berfikir lalu sebuah ide cemerlang melintas di otak cerdasnya
"Nanti gue tungguin lo di depan fotocopy ya, jangan telat"
"Iya, makasih ya udah anterin, sukses bolosnya haha"
Darrel ikut tertawa mendengar ucapan dinda sebelum akhirnya pergi meninggalkan sekolah
KAMU SEDANG MEMBACA
i believe i'm strong
Teen FictionKalau nanti kamu tidak ditakdirkan denganku. Percayalah, aku pernah begitu sungguh menginginkanmu. Memperjuangkanmu semampu yang aku bisa. Bekerja dengan keras. Sebab aku paham ada hal-hal yang harus aku taklukan. Hidup yang harus aku gapai kemudian...